"Setiap fase usia bayi hingga anak, terdapat jenis keterampilan yang mestinya dimiliki oleh anak," kata dr. Meri saat ditemui di pembukaan Klinik Tumbuh Kembang Anak RS YPK Mandiri, Jumat 12 Agustus 2022, di Graha Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat.
Dokter Meri mengakui banyak orang tua yang kurang menyadari adanya gejala gangguan tumbuh kembang anak. Biasanya terdeteksi oleh dokter anak ketika anak diajak kontrol ke rumah sakit.
"Ada perilaku yang tidak biasa. Itulah yang kemudian mendorong kami mengeksplorasi lebih mendalam lagi kepada orang tua," tambahnya.
Ia mengingatkan gangguan tumbuh kembang harus ditangani sejak dini. Jika dibiarkan terus dapat mengganggu aktivitas anak ketika dewasanya.
Kemampuan berbicara ini bisa menjadi indikator seluruh perkembangan anak. Keterlambatan bicara akan memengaruhi keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya.
Perlu dipahami, dalam berbahasa atau berbicara seorang anak melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, sosial dan emosionalnya. Kurangnya stimulasi akan menyebabkan gangguan bahasa dan bicara yang mungkin dapat menetap hingga anak dewasa.
"Anak dengan gangguan lambat bicara, tentu akan sulit berkomunikasi dan itu akan mengganggu kegiatan belajarnya sehari-hari, aktivitas bersosialisasi dan aktivitas lainnya," kata dr Meri.
Orang tua, katanya, sedikit abai menstimulus anak untuk belajar bicara melalui komunikasi dan kontak harian. Anak kerap diberikan gadget daripada diajak mengobrol.
Maksudnya sih biar anak tidak rewel dan orang tua juga bisa melakukan aktifitasnya dengan tenang. Tetapi dampaknya, anak akan mengalami keterlambatan bicara dan gangguan motoriknya.
Memang sih anak akan melihat warna-warna di layar gadget, tapi otak anak tidak mampu merekam warna-warna yang dilihat. Komunikasi juga searah. Tidak ada interaksi.
Kalau anak sejak usia 3 bulan atau ketika ia sudah bisa melihat, anak harus sering-sering diberi stimulus. Meski si anak tidak tahu makna ucapan yang orang tua sampaikan, tapi anak akan merekamnya di otak.