Jadi, jilbab itu dipakai selama berada di lingkungan sekolah dan selama proses belajar berlangsung saja di hari itu. Setelah sekolah usai, terserah anaknya, mau lanjut pakai silakan, tidak juga boleh. Setidaknya, begitu yang terjadi di sekolahnya anak-anak saya.
Mungkin guru tersebut salah dalam berkomunikasi, tetapi maksudnya baik. Jadi, menurut saya, pihak guru juga tidak sepenuhnya salah.
Kita sebaiknya menyikapi kasus tersebut dengan bijak juga. Jangan dikaitkan bahwa tindakan guru tersebut sebagai bentuk intoleransi. Guru kan tidak menyinggung agama yang lain.
Guru tetap mengedepankan sikap toleransinya yang ditunjukkan dengan menghormati adanya perbedaan pendapat, agama, ras, dan budaya yang dimiliki individu setiap siswa yang bersekolah di sekolah tersebut.
Jika anak sudah di rumah, itu sudah menjadi tanggung jawab orang tua, bukan lagi guru dan sekolah. Tetapi selama berada di lingkungan sekolah, itu menjadi tanggung jawab sekolah.
Meski demikian, kita, siapapun itu, hendaknya memotivasi anak memakai jilbab dengan menggunakan bahasa yang halus, bukan dengan intimidasi atau perundungan.Â
Kasus ini menjadi pembelajaran buat kita semua bahwa apa yang menurut kita baik, belum tentu bisa diterima dengan baik pula. Jadi, cara berkomunikasinya harus diperbaiki dengan yang lebih humanis.
Demikian pendapat saya. Semoga Allah menjaga kita dari segala fitnah dan keburukan.
Wallahua'lam bishshowab