Begitu pula dengan keluarga Imran yaitu Maryam yang melahirkan anak tanpa bapak, dan Isa sebagai rasul bagi Bani Israil melebihi segala umat pada masa masing-masing.
Iduladha tidak sekedar tilas balik bagaimana Nabi Ibrahim mengurbankan anaknya, Ismail, tetapi ada suri teladan dari keluarga Ibrahim. Â Ini adalah salah satu profil keluarga ideal yang dikisahkan dalam Alquran.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim AS. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh.
Bagaimana Nabi Ibrahim menjaga keutuhan keluarga. Menjadikan keluarganya unggul dan berkualitas. Tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat.
Dengan menjaga keluarga kita yang utuh, harmonis, berkualitas, maka banyak kesempatan untuk kita melakukan amal sholeh.
Setiap materi yang diberikan, kalimat baik yang diucapkan, sikap baik yang ditunjukkan kepada keluarga semua bernilai sedekah. Amal-amal sholeh ini akan tercatat sebagai ketakwaan di sisi Allah dan diberikan ganjaran oleh Allah.
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)
Banyak kasus keluarga yang tidak utuh dan berantakan, menciptakan keburukan-keburukan, yang berujung nestapa dan mengundang murka Allah.
Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi).
Artinya, kita tidak dilarang berbuat baik pada semua orang. Tetapi keluargalah yang harus menjadi orang pertama yang menerima kebaikan kita dan orang pertama yang terhindar dari keburukan kita.