Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kata Pakar, Indonesia Memasuki Gelombang Ketiga Covid-19, Puncaknya Februari - Maret

6 Februari 2022   07:31 Diperbarui: 6 Februari 2022   09:53 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Fachmi Idris, M.Kes (hasil tangkapan layar)

Indonesia dalam bayang-bayang gelombang ketiga pandemi Covid-19. Alarm ini nyata adanya. Kondisi akan berimbas pada sistem kesehatan Indonesia. Ada tekanan yang luar biasa ketika memasuki puncaknya.

Begitu persoalan yang mengemuka dalam webinar "Perkembangan Terbaru Omicron: Indonesia Harus Berbuat Apa?", Jumat, 4 Februari 2022, malam.

Webinar yang dimoderatori Dr. Zaenal Abidin Ketua Umum PB IDI 2012-2015, ini diadakan oleh Majelis Pimpinan Pusat (MPP) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda), 

Ketua Koordinasi bidang MPP ICMI, Prof Fachmi Idris, M.Kes, dalam pengantarnya menyampaikan, saat ini tingkat keterisian rumah sakit memang masih rendah. 

Namun, harus diingat kataristik Omicron ini sangat mudah menular dibandingkan Delta. Itu terlihat dari angka peningkatan kasus harian yang sangat cepat.

"Varian Omicron itu menyebar cepat, maka kasusnya pun akan sangat  banyak. Meski persentase yang terkena Covid membutuhkan rumah sakit kecil, akhirnya secara kuantitas juga tetap tinggi," kata mantan Direktur Utama PT. ASKES (Persero)  ini.

Kalau sebelumnya di pertengahan Desember, kasus Omicron muncul karena imported cases. Artinya virus yang dibawa dari orang luar negeri atau pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Namun, setelah berlangsungnya waktu, sekarang sudah terjadi penularan di komunitas. Diduga penularan di komunitas sudah lebih dari 20 persen.

Makin banyak kasus kian banyak juga orang yang perlu dirawat, baik secara isoman mandiri di rumah maupun di berbagai rumah sakit.

"Dengan penyebaran yang cepat itu, dikhawatirkan penularan di tingkat komunitas tinggi. Akibatnya, banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka," tegasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun