***
Terbayang tidak bagaimana rupa wajah kawan satu geng saat SMA yang tidak berjumpa selama 30 tahun? Apakah ada yang berubah?
Nah, itulah yang saya alami, ketika berjumpa dengan beberapa kawan geng dua pekan lalu. Bayangkan 30 tahun tak bersua?! Jadi, saya begitu antusias ketika diajak ketemuan.
Sejatinya, di geng ini "beranggotakan" 8 orang termasuk saya. Dari 7 orang ini, satu di antaranya sudah sering berjumpa dalam berbagai kesempatan. Kebetulan juga bersekolah di SMP yang sama.
Sayang, waktu berjumpa, yang hadir hanya berempat. Yang lain tidak diketemukan jejak digitalnya. Dicari-cari tidak ada. Ditanya ke sana ke sini, tidak ada yang tahu. Hanya kata-katanya saja.
Oh iya, ada satu yang terendus jejaknya, cuma kawan saya ini tidak bisa hadir karena di saat bersamaan kondisi ibunya yang sudah sepuh kurang sehat.
Saat SMA, kaami, para anggota geng kerap "taruhan". Siapa di antara kami yang bisa masuk 5 besar, wajib mentraktir para anggota. Apakah ada? Ya adalah hehehe...
Kawan saya juara pertama, sementara saya masuk 10 besar saja. Yang lain, lupa. Tapi tidak buncit-buncit amat rankingnya. Jadi, yang juara pertamalah yang mentraktir. Asyikkk...
Di gank kami, ada arisan "mie ayam" yang dikocok setiap Sabtu. Yang namanya keluar, berarti giliran mentraktir kami makan mie ayam gerobak yang biasa mangkal di depan sekolah.
Dulu, seingat saya mie ayam termasuk makanan "baru" di Depok, sehingga menjadi favorit teman-teman saya. Rasanya yang enak ditambah saos sambal, semakin nikmat.
Saya lupa berapa harga seporsinya? Yang jelas, masih terjangkau oleh kantong teman-teman. Dan, itu berlangsung hingga kami lulus SMA pada 1991.
Anggota geng saya sih sebenarnya termasuk yang baik-baik saja. Tidak banyak bikin ulah. Meski saya pernah diusir guru kelas karena dinilai tidak mengikuti pelajarannya dengan serius.