Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kematian Akseyna 6 Tahun Masih Misteri

17 Mei 2021   15:30 Diperbarui: 17 Mei 2021   15:41 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akseyna Ahad Dori ditemukan mengambang di Danau Kenangan, Universitas Indonesia pada 26 Maret 2015. Saat ditemukan, jasadnya sulit dikenali. Selain bengkak dan lebam di wajah, juga tanpa identitas diri (yang 4 hari kemudian baru diketahui)

Saat ditemukan, tubuhnya berjaket hitam, kaos putih polos, celana hijau. Di dalam tas ranselnya ditemukan batu seberat 14 kilogram. Atas temuan ini, Polresta Depok yang menangani kasus ini menduga Ace, sapaan Akseyna, bunuh diri. 

Dari semula saya tidak percaya anak jenius itu tewas karena bunuh diri. Luka lebam di bagian wajahnya memperkuat dugaan saya. Masa orang mau bunuh diri harus babak belur dulu? Lha kan harusnya mulus-mulus saja wajahnya. Kalau niatnya mau bunuh diri ya kan tinggal nyemplung, begitu logika saya.

Tapi syukurlah, dugaan bunuh diri kemudian berubah. Ace dinyatakan mati karena dibunuh. Dugaan ini diperkuat dari hasil analisis polisi terhadap tulisan secarik kertas yang ditemukan di kamar Ace, yang diduga ditulis oleh dua orang. 

Ada pula sobekan di sepatunya di bagian tumit yang memperkuat dugaan korban diseret pelaku menuju Danau Kenanga.

Namun, enam tahun berselang, hingga Kapolresta Depok silih berganti -- dari Kombes Ahmad Subarkah, Kombes Dwiyono, Kombes Harry Kurniawan, Kombes Herry Heryawan, Kombes Didik Sugiarto, hingga terakhir Kombes Azis Andriansyah, kasus mahasiswa asal Yogyakarta pemenang olimpiade Sains itu belum jua terungkap.

Terbaru, Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar yang menjabat mulai Januari lalu juga berjanji akan mengusutnya.

"Itu (misteri kematian Akseyna) jadi utang, PR buat Polres Depok. Insya Allah, nanti kami lihat dulu. Saya baru satu hari (menjabat), nanti saya pelajari, nanti Insya Allah," kata Imran, Jumat (8/1/2021) sebagaimana dikutip tribunnews.com, Rabu (21/4/2021).

Sang ayah mengungkapkan kegundahannya. "Tety, kamu mungkin gak tahu saya siapa, tapi mungkin pernah dengar nama anak saya," kata Kolonel (Sus) Mardoto, sang ayah, melalui email saya di tetypolmasari@yahoo.com, enam hari lalu, Rabu (12/5/2021).

"Akseyna Ahad Dori (Ace) adalah putra saya yang enam tahun lalu menjadi korban pembunuhan dan ditemukan meninggal di danau Universitas Indonesia. 

Setiap hari, selama enam tahun, saya menyebut namanya di media sosial supaya semua ingat, tapi sepertinya kepolisian dan UI udah melupakannya," begitu keluhnya. 

Ia pun meminta bantuan semua pihak, termasuk saya, untuk mengungkap kasus kematian anaknya. Setidaknya untuk terus menggaungkan agar orang-orang tidak lupa atas peristiwa tragis itu.

"Dari awal, saya dan keluarga merasa berjuang sendiri agar kasus anak saya segera diungkap dan selesai," tutur Marsekal Pertama TNI Mardoto yang masih menyisakan duka atas peristiwa ini.

Ia melanjutkan, ketika jenazah Ace pertama kali ditemukan, pihak kampus dan kepolisian tidak langsung mengontak dirinya sebagai orangtua. 

"Perasaan sayalah yang membawa saya ke Depok, hanya untuk lihat putra yang saya banggakan terbaring dingin karena tenggelam berhari-hari," urainya.

Ketika ditemukan, di ransel Ace ada bata 14 kg. Ditemukan juga 'surat wasiat', makanya ia awalnya dibilang bunuh diri. Tapi, setelah dicek, 'surat' itu bukan tulisan Ace. 

Hasil otopsi juga menunjukkan Ace sudah tidak sadarkan diri ketika dia tenggelam di Danau UI. Sebab, pada paru-paru Akseyna terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan bila korban sudah tidak bisa bernapas.

Dari penyelidikan, kasus Ace sudah ditegaskan sebagai kasus pembunuhan. Tapi, enam tahun berlalu, kasusnya masih tetap tak jelas.

"Kami sudah minta tolong ke UI, Tety. Minta bantuan hukum, bentuk tim investigasi, dan beri sanksi dosen penggiring opini negatif tentang Ace. Tapi UI menolak. Katanya, mereka mau menyerahkan ini seluruhnya kepada kepolisian," urainya.

Kepolisian sudah bilang ini utang yang harus mereka bayarkan. Ya... tapi kami harus menunggu berapa lama lagi?

wartakota.tribunnews.com
wartakota.tribunnews.com
Ia pun membuat petisi "Sudah 6 Tahun, Segera Ungkap Pembunuh Putra Kami Akseyna!"

Petisi ini dibuat supaya Kepolisian Daerah Metro Jaya segera menyelesaikan dan mengungkap kasus Ace. Ia juga minta UI agar lebih aktif dan transparan dalam penyelesaian kasus ini. 

Hingga kini sudah lebih dari 20.000 yang tanda tangani petisi, tapi sepertinya masih kurang untuk mendorong kepolisian dan UI supaya memberikan tanggapan.

"Bantu kami untuk dapatkan kejelasan tentang putra yang kami bangga dan rindukan," pintanya.

Sebagai orangtua jelas saya merasakan kesedihannya yang mendalam. Jika saya berada di posisinya, pasti saya juga akan diliputi kegundahan karena belum ditemukan titik terang siapa pelakunya. 

Dari awal mengikuti kasus ini (kebetulan saya banyak agenda pekerjaan di UI dan sering mampir ke danau itu), saya sudah menaruh harapan besar pihak kepolisian cepat mengungkap kasus ini secara terang benderang. 

Kasus memburu teroris di ujung dunia saja sanggup, pasti kasus ini lebih mudah lagi diungkap. Begitu optimistis saya. Tapi ternyata, sudah 6 tahun belum ada titik terang lagi. 

Kasusnya masih saja gelap. Tak ada perkembangan signifikan yang ditemukan polisi untuk menangkap pelaku dugaan pembunuhan tersebut.

Hasil analisis Grafolog Deborah Dewi, terhadap surat wasiat yang diduga ditinggalkan Akseyna Ahad Dori (19) sebelum jasadnya ditemukan mengambang di Danau Kenanga, UI, seharusnya bisa dijadikan petunjuk kuat.

Grafolog adalah orang yang mampu menganalisis pola tulisan tangan yang dapat mengidentifikasi kondisi psikologis maupun karakter dari seseorang. Termasuk mengungkap apakah tulisan tangan itu asli atau palsu.

Deborah Dewi menyimpulkan surat wasiat Akseyna dibuat oleh dua orang yang berbeda. Orang pertama adalah Akseyna sendiri, orang kedua adalah orang yang mencoba meniru tulisan dan tanda tangan mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu.

"Siapapun orang kedua itu, dia pikir dia cerdas," tulis Deborah dalam e-mailnya kepada Wartakotalive.com, Kamis (21/5/2015) lalu sebagaimana dikutip kompas.com, Jumat, 26 Maret 2021.

Adapun surat itu bertuliskan, "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything."

Terdapat coretan perubahan dalam surat tersebut. Kata "not" sebelumnya ditulis "never" namun dicoret. Kata "ever" diubah menjadi "eternity", dan kata "me" menjadi "existence".

Apakah mengungkap misteri kematian Aksyena sesulit itu sampai bertahun-tahun? Apakah di antara teman-teman korban ketika itu tidak ada yang bisa dicurigai? 

Padahal saat peristiwa itu terjadi beberapa kawan Aksyena berada di dalam kost korban. Bahkan, ada teman Ace yang masuk ke kamar Ace dan menginap di kamar tersebut pada Minggu malam, 29 Maret 2015.

Dengan banyaknya orang yang telah masuk ke kamar Ace, tidak ada seorang pun yang dapat menjamin di antara orang-orang tersebut tidak melakukan sesuatu.

Dan, pada saat peristiwa itu terjadi ada salah satu kawan korban yang menerima telepon dari ibu korban pada Minggu, 29 Maret 2015 malam. Nah, apakah itu tidak mencurigakan?

Harusnya, menurut saya, momentum penyelidikan ketika teman-teman korban masih berkuliah di UI. Yang ruang geraknya bisa dipantau dan dibatasi. Mereka bisa dikonfirmasi terkait peristiwa tersebut.

Kalau sekarang kan mereka sudah lulus kuliah, sudah bekerja, menikah, dan kemungkinan ada di luar kota atau luar negeri. Yang bisa jadi juga memori akan peristiwa tersebut mulai berkurang.

Meski demikian, orangtua Ace tidak patah semangat. Ia masih menaruh harapan kematian anaknya bisa terungkap. Keluarga tak hilang harapan mengungkap kasus pembunuhan mahasiswa UI ini.

Saya mendoakan, semoga pelakunya terus dibayang-bayangi rasa bersalah lalu membuat pengakuan sehingga misteri pun terungkap. Cepat atau lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun