Hari Idulfitri identik dengan halalbihalal. Saling berkunjung kepada sanak saudara, kerabat, tetangga, dan sahabat. Salaman, cium tangan, saling mengunjungi sanak keluarga, dengan tetangga, dan makan bersama. Menjadi pemandangan yang lazim saat Idulfitri.Â
Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat akan patuh pada protokol kesehatan mengingat saat ini kita masih menghadapi wabah pandemi Covid-19?Â
Tentu saja sulit untuk bisa menjamin itu terjadi. Saat makan bersama misalnya, tidak ada yang bisa makan bersama tanpa membuka masker, yang terkadang disertai dengan mengobrol dan tertawa.
Pandemi Covid-19 memang tidak menjadi halangan untuk bersilaturahmi. Yang menjadi kekhawatiran adalah mulai melonggarnya protokol kesehatan Covid-19.Â
Berkumpul, berkerumun, tak ada jarak, bahkan ada yang tidak memakai masker. Kalau pun memakai masker dipakai tidak secara baik dan benar.
Dalam webinar bertajuk "Kontroversi Mudik Lebaran Saat Covid-19 Belum Persiun", Minggu (9/5/2021), mantan Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Zaenal Abidin, MH, menyampaikan, penularan Covid-19 terjadi melalui interaksi antarmanusia.
"Nah, maukah kita menahan diri untuk tidak menjadi agent penularan Covid-19 kepada sanak saudara? Kunci pengendalian Covid-19 adalah manusia dan interaksinya, yaitu dengan menghindari kerumunan dan menjaga jarak," katanya.Â
Ia melanjutkan, bila betul-betul terpaksa harus bertemu dengan orang lain, hendaklah pakai masker yang standar, jangan terlalu lama, dan rajin cuci tangan. Karena manusialah yang dapat membuat Covid-19 ini "pensiun".
Menurutnya, perlu ada pemahaman bersama bahwa pandemi ini adalah soal umat manusia secara keseluruhan. Pandemi Covid-19 menjadi urusan kesehatan masyarakat, bukan urusan kesehatan perorangan.
Karena itu, mantan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) ini menilai pendekatan yang seharusnya digunakan sejak awal adalah pendekatan kesehatan masyarakat, dengan dukungan dana yang maksimal.