Sejatinya ini adalah Samber THR tahun kedua yang seharusnya bisa saya ikuti. Tapi sepertinya akan terlewati begitu saja deh. Sayang banget sih. Padahal kompetisi ini bisa menjadi ajang mengasah kemampuan saya menulis.
Samber THR tahun lalu saya lewati begitu saja karena tidak tahu. Maklum, saya masih baru di Kompasiana. Benar-benar baru banget bergabung dan masih polos. Tidak mengerti selanjutnya harus bagaimana. Jadi, saat itu menulis yang receh-receh begitu.
Tahu ada kompetisi Samber THR ketika membaca tulisan pak guru Ozy V Alandika yang mendapatkan hadiah kulkas. Saya tidak tahu apakah hadiah ini sebagai hadiah utama.
Samber kali ini sepertinya juga akan terlewati begitu saja. Saya tahu ada kompetisi Samber, tapi saya tidak tahu ternyata setiap hari mengulas tema berbeda. Saya pikir selama sebulan itu, menulis apa saja terkait ramadhan. Tanpa tema tertentu.
Saya baru menyadari setelah membaca beberapa tulisan Kompasianer kok mengangkat hal yang sama? Itu pun setelah beberapa hari Ramadhan. Setelah saya cek, ternyata temanya memang sudah ditentukan.
Tapi, apa boleh buat selama seminggu saya tidak menayangkan satu tulisan pun karena kesibukan saya. Peluang saya sepertinya kecil untuk bisa memenangi kompetisi ini. Peluangnya tipis banget. Nah, saya kembali dagdigdug deh.
Bukannya saya pesimis sih, tapi lihat faktanya ya begitu. Bayangkan saja, sampai hari ke-25 ini, saya hanya bisa mengikuti 9 tulisan yang sesuai tema. Ada 16 tulisan yang terlewatkan begitu saja karena faktor tidak tahu dan tidak ada waktu.
Meski "kecewa", saya masih tetap bisa menulis. Menuangkan pikiran saya sesuai tema. Tidak masalah jika akhirnya tidak disertakan sebagai peserta. Paling tidak, saya bisa ikut meramaikan. Yang terpenting lagi, saya masih bisa terus mengasah kemampuan menulis saya.
Tak hanya itu. Saya juga bisa belajar dari rekan-rekan Kompasianer yang begitu konsisten menulis, menuangkan pemikiran menjadi suatu tulisan bermanfaat. Dan, ini adalah ilmu yang berharga buat saya, yang nilainya tidak bisa diukur dengan uang.
Untuk  menunjukkan saya memang benar-benar niat ingin ikut meramaikan tema Samber hari ke-25 ini, saya sampai bela-belain bikin akun twitter. Meski saya sendiri sejujurnya gaptek bagaimana menggunakan akun twitter. Yang menurut saya sih tidak sesimple Facebook.
Terlepas dari itu semua, Samber kali ini harus bisa saya jadikan pelajaran untuk Samber tahun depan. Semoga saja saya masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan sehingga bisa mengikuti Samber dari puasa hari pertama hingga hari terakhir.
Setidaknya, celahnya sudah bisa saya pelajari hehehe... Bukankah ada kata pepatah  "jadikanlah pengalaman sebagai guru terbaik"?
Â