Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ikutan Samber THR Kompasiana 2021, Jantung Saya Dagdigdug

8 Mei 2021   20:54 Diperbarui: 8 Mei 2021   21:06 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sejatinya ini adalah Samber THR tahun kedua yang seharusnya bisa saya ikuti. Tapi sepertinya akan terlewati begitu saja deh. Sayang banget sih. Padahal kompetisi ini bisa menjadi ajang mengasah kemampuan saya menulis.

Samber THR tahun lalu saya lewati begitu saja karena tidak tahu. Maklum, saya masih baru di Kompasiana. Benar-benar baru banget bergabung dan masih polos. Tidak mengerti selanjutnya harus bagaimana. Jadi, saat itu menulis yang receh-receh begitu.

Tahu ada kompetisi Samber THR ketika membaca tulisan pak guru Ozy V Alandika yang mendapatkan hadiah kulkas. Saya tidak tahu apakah hadiah ini sebagai hadiah utama.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saat itu, saya menduga pak guru Ozy masih pelajar SMA karena tulisan yang menanti kulkas tiba untuk dipersembahkan kepada emak, seperti pelajar yang curhat. Eh, belakangan saya baru tahu ternyata seorang guru. Guru muda dan enerjik. Lha kok jadi mengulas sosok ini? Bisa-bisa terbang dia hehehe... 

Samber kali ini sepertinya juga akan terlewati begitu saja. Saya tahu ada kompetisi Samber, tapi saya tidak tahu ternyata setiap hari mengulas tema berbeda. Saya pikir selama sebulan itu, menulis apa saja terkait ramadhan. Tanpa tema tertentu.

Saya baru menyadari setelah membaca beberapa tulisan Kompasianer kok mengangkat hal yang sama? Itu pun setelah beberapa hari Ramadhan. Setelah saya cek, ternyata temanya memang sudah ditentukan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya pun berpacu dengan waktu. Keesokan harinya saya menulis sesuai dengan tema. Saya kasih limit waktu kepada diri saya, sebelum tidur malam, tulisan itu sudah harus tayang. Di sela aktifitas saya, saya curi-curi kesempatan. Jika tulisan saya belum rampung, jantung saya jadi dagdigdug.

Tapi, apa boleh buat selama seminggu saya tidak menayangkan satu tulisan pun karena kesibukan saya. Peluang saya sepertinya kecil untuk bisa memenangi kompetisi ini. Peluangnya tipis banget. Nah, saya kembali dagdigdug deh.

Bukannya saya pesimis sih, tapi lihat faktanya ya begitu. Bayangkan saja, sampai hari ke-25 ini, saya hanya bisa mengikuti 9 tulisan yang sesuai tema. Ada 16 tulisan yang terlewatkan begitu saja karena faktor tidak tahu dan tidak ada waktu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Jadi, bagaimana mungkin saya bisa mendulang juara? Syarat utama menulis selama satu bulan tanpa putus saja tidak terpenuhi. Gagal deh saya menyaingi pak guru Ozy. Energinya untuk menulis tidak pernah kendor.

Meski "kecewa", saya masih tetap bisa menulis. Menuangkan pikiran saya sesuai tema. Tidak masalah jika akhirnya tidak disertakan sebagai peserta. Paling tidak, saya bisa ikut meramaikan. Yang terpenting lagi, saya masih bisa terus mengasah kemampuan menulis saya.

Tak hanya itu. Saya juga bisa belajar dari rekan-rekan Kompasianer yang begitu konsisten menulis, menuangkan pemikiran menjadi suatu tulisan bermanfaat. Dan, ini adalah ilmu yang berharga buat saya, yang nilainya tidak bisa diukur dengan uang.

Untuk  menunjukkan saya memang benar-benar niat ingin ikut meramaikan tema Samber hari ke-25 ini, saya sampai bela-belain bikin akun twitter. Meski saya sendiri sejujurnya gaptek bagaimana menggunakan akun twitter. Yang menurut saya sih tidak sesimple Facebook.

Terlepas dari itu semua, Samber kali ini harus bisa saya jadikan pelajaran untuk Samber tahun depan. Semoga saja saya masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan sehingga bisa mengikuti Samber dari puasa hari pertama hingga hari terakhir.

Setidaknya, celahnya sudah bisa saya pelajari hehehe... Bukankah ada kata pepatah  "jadikanlah pengalaman sebagai guru terbaik"?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun