Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Shalat Perdana di Masjid Setelah 1 Tahun Berlalu

13 April 2021   08:44 Diperbarui: 13 April 2021   08:57 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana shalat subuh berjamaah di Masjid Al Ihsan Permata Depok (Dokumen pribadi)

Setelah lebih dari setahun tidak menjejakkan kaki di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Citayam, Jawa Barat, karena pandemi Covid-19, akhirnya subuh tadi, Selasa (12/4/2021) saya pun berkesempatan shalat subuh berjamaah di masjid.

Ini pertama kalinya saya ke luar rumah subuh-subuh sejak pandemi mewabah. Jadi, saya penasaran juga bagaimana suasananya. Apakah suasananya sama seperti tahun sebelumnya? Kalau ke luar siang hari sih sudah sering. Tapi, kalau subuh, nah ini pertama kalinya.

Sebelum Covid-19 sih saya memang sering shalat berjamaah di masjid mengingat jarak rumah ke masjid begitu dekat. Tidak sampai 5 menit sampai. Kalau kata orang selemparan batu.

Ketika saya ke luar rumah, saya dapati pemandangan lampion warna warni di depan masjid. Adanya lampu ini menandakan sudah memasuki bulan Ramadhan. Biasanya di luar bulan itu tidak ada lampion.

Tahun lalu, saya tidak sempat memperhatikan apakah ada atau tidak lampion mengingat kegiatan ibadah selama Ramadhan pure dilakukan di rumah masing-masing.

Saya juga jarang banget ke luar rumah. Segala aktifitas saya sebagian besar dilakoni di rumah. Paling suami yang beli-beli buat buka.

Ketika saya sampai di masjid, area di lantai 1 masjid penuh, lantai yang khusus untuk jamah laki-laki. Tetapi setiap jamaah berjarak yang ditandai dengan petunjuk di mana masing-masing jamaah menempatkan posisinya. Tidak ada pemeriksaan suhu di sini.


Suasana Masjid Al Ihsan Permata Depok yang dihiasi lampion warna warni (Dokumen pribadi)
Suasana Masjid Al Ihsan Permata Depok yang dihiasi lampion warna warni (Dokumen pribadi)
Tapi sudah bisa saya pastikan jamaah di sini tidak dalam keadaan demam atau batuk atau pilek atau menunjukkan salah satu gelaja Covid-19, sebagaimana terpampang dalam pengumuman di depan masjid.

Jamaah juga diminta membawa sajadah sendiri dan sudah dalam keadaan berwudhu, dan tentu saja memakai masker. Bagi jamaah yang lupa memakai masker diharap menghubungi petugas masjid agar diberikan masker gratis.

Anak-anak dan usia lanjut juga dilarang shalat di masjid mengingat keduanya menjadi kelompok beresiko tertular Covid-19. Ini bentuk kewaspadaan guna menghindari virus corona.

Terlebih di area perumahan tempat saya tinggal warga yang terkena Covid-19 seperti "mati satu tumbuh seribu". Warga di blok sekian dinyatakan sembuh, eh muncul lagi warga di blok lain yang terpapar Covid-19.

Saya pun naik ke lantai 2 yang dikhususkan untuk jamaah perempuan. Saya perhatikan hanya beberapa orang saja. Oh begini keadaannya sekarang?

Di lantai saya perhatikan dipasangi tanda posisi jamaah dengan jarak 1 meter. Tandanya bergambar dua kaki, bukan tanda silang yang biasa saya lihat di foto-foto berita.

Karena jamaah perempuan sedikit, maka kami diminta mundur ke belakang karena area depan akan dipakai oleh jamaah laki-laki. Di hari pertama puasa Ramadhan, warga Permata Depok begitu antusias shalat berjamaah di masjid.

Lantai 2 masjid (Dokumen pribadi)
Lantai 2 masjid (Dokumen pribadi)
Sebelum shalat subuh di masjid, saya shalat sunat fajar di rumah, mengantipasi saja jika saya batal wudhu, saya tinggal wudhu. Sesampainya di masjid sudah siap-siap shalat subuh berjamaah. Dan, ini pertama kalinya saya shalat subuh berjamaah di masjid.

Sesudah shalat subuh dilanjutkan dengan pembacaan beberapa hadist, yang kali ini berkaitan dengan berbakti kepada kedua orangtua. Tidak bedalah dengan sebelum pandemi Covid-19 menjangkiti negeri ini.

Jamaah tidak diperkenankan lama-lama di masjid. Seusai melaksanakan hajatnya seperti berdzikir, jamaah pun dihimbau untuk segera meninggalkan masjid dan dilarang untuk berkerumun.

Ketika saya mau ke luar masjid, saya perhatikan penjaga masjid sudah bersiap-siap membersihkan area masjid yang sudah digunakan. Saya perhatikan juga di masjid disediakan sabun cuci tangan atau hand sanitizer.

Sejatinya, tidak ada larangan perempuan yang ingin melaksanakan shalat berjama'ah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman.

Dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar bahwasanya 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
 
"Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia." (HR. Muslim, no. 442).

Ada tiga syarat yang mesti dipenuhi ketika seorang wanita ingin shalat berjamaah di masjid: (1) menutup aurat, (2) tidak memakai minyak wangi, (3) harus mendapatkan izin suami. Demikian dinyatakan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 3457.

Begitulah laporan pandangan mata saya mengenai suasana shalat subuh berjamaah di masjid perumahan saya di hari pertama puasa Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun