Nah, suami bercerita, sudah pernah juga mendaki ke puncak Puncak Carstenz, Pegunungan Jayawijaya, entah tahun kapan. Yang jelas, saat suami masih kuliah, jauh sebelum saya berjumpa dengan suami saya.
Saya sendiri terakhir berjumpa dengan Opa Herman Lantang pada Desember 2019 saat kemping di Herman Lantang Camp (HLC) dalam rangka ulang tahun Mapala UI.
Sebagaimana namanya, area kemping ini memang milik Herman Lantang yang dibangunnya pada 2015. Lokasinya di Taman Nasional Halimun-Salak berjarak 17 KM dari Kota Bogor, Jawa Barat.
Herman Lantang membangun HLC dengan konsep Glamour Camping. Jadi, saya dan anggota Mapala UI lainnya tidak perlu membawa peralatan camping seperti tenda, matras, dan kawan-kawannya.
Di sini, semuanya sudah disediakan seperti tenda, selimut, kasur, bantal. Bahkan fasilitas tambahan seperti listrik dan kamar mandi juga sudah ada. Tidak perlu bersusah payah mendirikan tenda atau memasak.
Dalam pertemuan itu, saya sempat mengobrol dengannya. Meski sudah sepuh, tetap terlihat energik. Senyum ramahnya selalu terukir dari bibirnya. Didampingi isteri tercintanya, yang juga seorang pencinta alam.
Herman Lantang, mantan aktivis di zaman Soekarno, lahir di Tomohon, Sulawesi Utara, pada 2 Juli 1940, ini bercerita mendaki pertama kali pada 1952, ketika itu berusia 12 tahun. Dan terakhir naik gunung yaitu pada 2015.
Berpulangnya Herman Lantang membawa duka bagi dunia pencinta alam. Suami pun menulis kesan-kesannya yang saya kutip dari Facebooknya.
Senin, 22 Maret 2021
Aku menghormatimu sebagai Orang Tua yang penuh Kasih Sayang. Kami mencintaimu sebagai Guru ladang ilmu pengetahuan.