Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengenal Herman Lantang dari Suami yang Anggota Mapala UI

23 Maret 2021   19:20 Diperbarui: 23 Maret 2021   21:39 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Saya, suami, dan anak-anak bersama Opa Herman Lantang dan isteri (Dokumen pribadi)

Suami bersama Herman Lantang
Suami bersama Herman Lantang

Nah, suami bercerita, sudah pernah juga mendaki ke puncak Puncak Carstenz, Pegunungan Jayawijaya, entah tahun kapan. Yang jelas, saat suami masih kuliah, jauh sebelum saya berjumpa dengan suami saya.

Saya sendiri terakhir berjumpa dengan Opa Herman Lantang pada Desember 2019 saat kemping di Herman Lantang Camp (HLC) dalam rangka ulang tahun Mapala UI.

Sebagaimana namanya, area kemping ini memang milik Herman Lantang yang dibangunnya pada 2015. Lokasinya di Taman Nasional Halimun-Salak berjarak 17 KM dari Kota Bogor, Jawa Barat.

Herman Lantang membangun HLC dengan konsep Glamour Camping. Jadi, saya dan anggota Mapala UI lainnya tidak perlu membawa peralatan camping seperti tenda, matras, dan kawan-kawannya.

Di sini, semuanya sudah disediakan seperti tenda, selimut, kasur, bantal. Bahkan fasilitas tambahan seperti listrik dan kamar mandi juga sudah ada. Tidak perlu bersusah payah mendirikan tenda atau memasak.

Dalam pertemuan itu, saya sempat mengobrol dengannya. Meski sudah sepuh, tetap terlihat energik. Senyum ramahnya selalu terukir dari bibirnya. Didampingi isteri tercintanya, yang juga seorang pencinta alam.

Herman Lantang, mantan aktivis di zaman Soekarno, lahir di Tomohon, Sulawesi Utara, pada 2 Juli 1940, ini bercerita mendaki pertama kali pada 1952, ketika itu berusia 12 tahun. Dan terakhir naik gunung yaitu pada 2015.

Suami (berjaket kuning) bersama Herman Lantang saat pendakian ke Gunung Semeru (Dokumen pribadi)
Suami (berjaket kuning) bersama Herman Lantang saat pendakian ke Gunung Semeru (Dokumen pribadi)
Berpulangnya Herman Lantang membawa duka bagi dunia pencinta alam. Suami pun menulis kesan-kesannya yang saya kutip dari Facebooknya.

Senin, 22 Maret 2021

Aku menghormatimu sebagai Orang Tua yang penuh Kasih Sayang. Kami mencintaimu sebagai Guru ladang ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun