"Dia terpapar dari keluarga suaminya. Sejauh ini gue merasa baik-baik saja sih," katanya.
Saya lantas mengingatkannya untuk tidak menganggap enteng virus Corona, meski dia merasa baik-baik saja. Bagaimana kalau ternyata kawan saya ini positif Covid yang tanpa gejala yang justeru harus lebih diwaspadai.
Apalagi kawan saya ini saat menemani dia juga tidak berjarak, duduk dan berdiri berdekatan. Yang bisa jadi juga makan bersama.
Saya ingatkan, semakin cepat diketahui semakin baik. Kalau hasilnya negatif ya Alhamdulillah. Kalau hasilnya positif ya Alhamdulillah juga karena bisa segera ditangani.
Jadi, jangan didiamkan karena 1 orang yang positif ya bisa merembet ke mana-mana. Bisa menulari ke orang lain, dan orang lain bisa menulari ke yang lain, yang lain menularinya ke yang lain. Begitu seterusnya, seperti lingkaran setan, yang entah berhenti di titik mana.
"Gue begitu tahu dia positif, gue langsung minum vitamin, herbal. Kemarin beli Qistin Hindus. Kalau gue sih nggak ada keluhan apa-apa. Kalau dia kan baru tes itu Senen kemarin. Hasilnya keluar kemarin," katanya.
"Iya, tesnya Senin, virusnya sudah bersarang di tubuh 7 - 14 hari sebelumnya. Dihitung mundur jadinya. Jadi perlu tracking terhadap orang-orang yang selama 14 hari terakhir kontak dengan positif Corona," kata saya.
Tiba-tiba saya jadi teringat kalau Minggu kemarin kawan saya bertandang ke rumah saya bersama anaknya yang kecil. Saya dan kawan saya saling ngobrol, anak saya dan anaknya saling bermain. Itu tanpa masker, meski kami masih berjarak, dan kawan saya sempat mencuci tangan.
Kalau Rabu kemarin kawan saya ini bertemu dengan kawan yang positif Corona, berarti saat kawan saya berkunjung ke rumah saya, ada resiko bagi saya dan anak saya.Â
Itu artinya, saya dan anak-anak perlu waspada juga. Jangan sampai, tanpa disadari diam-diam saya membawa virus itu lalu menulari ke anak-anak saya.
Saya lantas jadi dagdigdug. Khawatir saya dan anak saya terpapar. Panik sih tidak, tapi ya was-was juga. Â Terlebih saya punya riwayat penyakit penyerta.Â