Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penting Isolasi Mandiri Usai Liburan Akhir Tahun

9 Januari 2021   10:43 Diperbarui: 9 Januari 2021   10:49 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai melakukan rapid test di RS Harapan Depok (Dokumen pribadi)


Ini hari keenam saya dan keluarga melakukan isolasi mandiri usai menuntaskan "tour de java" pada 24 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021. Tujuannya untuk menekan penyebaran Covid-19 karena potensi terpapar bagi siapa saja yang bepergian di tengah pandemi Corona bisa saja terjadi.

Di mana pun lokasi berlibur atau tempat wisatanya risiko itu ada, meski kita tidak mengalami gejala atau bahkan merasa sehat. Bisa saja terpapar selama dalam perjalanan.

Selama isolasi mandiri, saya tidak menerima tamu. Setiap kawan yang ingin ke rumah, saya sampaikan kondisi saya dan keluarga. "Gue sih ada di rumah, tapi lagi isolasi mandiri karena habis dari daerah, jadi sorry loe nggak bisa ke rumah dulu," kata saya.

Terlebih berdasarkan informasi di group ada beberapa warga di beberapa blok kompleks perumahan saya  terpapar positif Covid-19, jadi saya harus lebih waspada.

Saya juga tidak berani menjenguk kedua orang tua saya yang sedang kurang sehat mengingat lansia adalah pihak paling rentan terpapar Covid-19. Khawatir saja.

Sebenarnya sebelum memulai "tour de java" kami melakukan rapid test antibody di RS Harapan Depok dan hasilnya non reaktif. Mengapa bukan antigen karena lebih kepada masa berlakunya yang lebih singkat, hanya 3 hari.


Jalanan yang tidak terlalu ramai, bisa dibilang sepi, usai wisata dari Air Terjun Jumog, Karanganyar, Jawa Tengah (Dokumen pribadi)
Jalanan yang tidak terlalu ramai, bisa dibilang sepi, usai wisata dari Air Terjun Jumog, Karanganyar, Jawa Tengah (Dokumen pribadi)
Kalau rapid test antibodi masa berlakunya selama 14 hari. Sama lamanya dengan masa petualangan kami, hingga sampai di rumah. Jadi tidak merepotkan untuk mampir ke rumah sakit atau klinik yang bisa saja lokasinya jauh dari lokasi kami berada.

Lagi pula dalam Surat Edaran No.3 Tahun 2020 Satgas Penanganan COVID-19 yang berlaku pada 19 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021 rapid test antibodi masih boleh digunakan sesuai ketentuan yang ada untuk perjalanan Jawa dan Bali dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Kami memang berkeliling menggunakan kendaraan pribadi sehingga kami menyakini dapat meminimalir potensi penularan. Selain itu, tempat-tempat wisata yang kami kunjungi tidak mensyaratkan harus menyertakan rapid test antigen. 

Yang lebih penting lagi, syukurnya tempat-tempat wisata yang kami singgahi tidak ramai. Bisa karena sepi, bisa juga karena jumlah pengunjung yang dibatasi.

Ada yang ramai seperti di Kawasan Gunung Bromo Tengger Semeru, Malang, Jawa Timur, tapi menurut saya ramai yang tidak berpotensi memunculkan kerumunan. Mungkin karena areanya begitu luas, jadi wisatawan satu dengan wisatawan lain begitu berjarak.

Ketika berwisata di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pun begitu. Terlihat ramai tapi sebenarnya sepi. Mungkin karena jumlah pengunjung yang dibatasi dan dibagi dalam dua waktu yang berbeda. Sehingga tidak memunculkan potensi kerumunan. Jadi, sejauh ini amanlah menurut saya.

Selama perjalanan juga kami memakai masker meski kendaraan yang lalu lalang tidak begitu ramai. Ketika singgah di suatu tempat sebisa mungkin kami menjaga jarak dengan pengunjung dan membatasi interaksi dengan yang lain. Saya juga selalu menyarankan anak-anak untuk sering mencuci tangan minimal menggunakan hand sanitizer.

Kondisi tol yang juga tidak terlalu ramai kendaraan saat menuju pulang (Dokumen pribadi)
Kondisi tol yang juga tidak terlalu ramai kendaraan saat menuju pulang (Dokumen pribadi)
Jadi, saya dan suami merasa perjalanan ini cukup aman dari potensi tertular dari paparan Covid-19. Itu sebabnya, ketika sampai di kawasan Depok, suami akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan rapid test lagi. Cukup dengan mengisolasikan diri di rumah minimal selama sepekan.

Selama isolasi mandiri di rumah, kami benar-benar di rumah. Tidak ada yang keluar-keluar. Selama itu pula saya memperhatikan kondisi anak-anak dan suami. Saya mencoba memperhatikan lebih seksama gejala-gejala yang berpotensi memunculkan kecurigaan terpapar Covid-19.

Kalau pun ada perubahan kondisi kesehatan mungkin lebih karena faktor kelelahan. Si kecil, misalnya, badannya agak hangat dan sedikit pilek. Ia juga mengeluh lemas. Lalu ia meminta untuk dikerok. Punggungnya merah menandakan "gejala masuk angin" sebagaimana biasanya saya pahami.

Berdasarkan informasi yang saya baca di hallodoc.com, kerokan sebagai metode pengobatan rumahan untuk mengatasi masuk angin bukan mitos belaka, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya secara ilmiah. 

Saat tubuh dikerok, sirkulasi pada jaringan lunak di area tubuh yang mengalami kerokan terangsang, sehingga aliran darah pada bagian tersebut menjadi lancar. Tidak hanya itu, kerokan dipercaya membantu mengobati peradangan dan memperbaiki metabolisme yang sering memicu munculnya masalah kesehatan tertentu.

Setelah dikerok saya anjurkan anak saya untuk sering minum air hangat karena berdasarkan apa yang saya baca itu sesuatu yang tidak disukai virus. Saya juga memperhatikan asupan nutrisinya.  Tak lupa untuk mengonsumsi satu sendok makan madu setiap hari.

Alhamdulillah sejauh ini, sampai detik ini baik-baik saja, menepis kekhawatiran terpapar Covid-19. Dan, itu membuat saya tenang dan lega.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Setidaknya, sejauh ini nafsu makan anak saya masih normal. Tidak kehilangan nafsu makan. Penciuman terhadap aroma dan rasa makanan juga masih normal. Karena salah satu gejala terkena Covid-19 adalah hilangnya fungsi indra pengecap dan indra penciuman.

Kalau anak pertama dan kedua saya, juga saya, biasa-biasa saja. Tidak ada keluhan berarti seperti pusing, sakit kepala, demam atau lemas. Mungkin karena setiap hari saya sering minum lemom tea madu hangat. Jadi, badan terasa segar.

Nah, kalau suami baru bereaksi dua hari setelah isolasi mandiri. Punggungnya bintik-bintik kecil hampir di seluruh punggung yang disertai rasa gatal, demam dan pegal-pegal. Semula saya mengira alergi, tapi kalau alergi kan tidak disertai dengan demam. Jadi, kemungkinan disebabkan oleh virus atau bakteri.

Ya, saya obati dengan persedian obat yang ada di rumah. Paracetamol dan bedak gatal. Setiap hari minum susu hangat dan air minum hangat. Tak lupa minum vitamin C dan vitamin D yang saya dapatkan dari relasi. 

Alhamdulillah hari ini sudah lebih membaik dibanding kemarin.Jadi, menepis kekhawatiran kami bahwa terpapar Covid-19. Terlebih indra pengecap suami masih berfungsi dengan baik. Masih bisa merasakan ini manis, asin, atau pahit. Pokoknya tidak mati rasa.

Menurut saya, penting melakukan isolasi mandiri usai mengisi liburan akhir tahun untuk menekan penyebaran Covid-19. Terlebih jika kita bepergian ke wilayah zona oranye dan atau merah.

Perlu membangun kesadaran lebih dari masyarakat untuk menerapkan isolasi mandiri guna mencegah penyebaran Covid-19. Meski angka penyembuhan lebih tinggi dari pada angka kematian, namun, untuk mengantisipasi tetap perlu kesadaran isolasi mandiri dan menjaga jarak antarsatu dengan yang lain.

Kebetulan selama sepekan ini pekerjaan saya masih santai dan bisa dikerjakan di rumah. Suami juga mengerjakan tugasnya dari rumah. Seperti hari-hari sebelumnya.

Pemerintah memang telah mewajibkan bagi orang yang baru pulang dari berpergian ke luar kota wajib melakukan PCR test atau swab antigen. Selain demi menekan angka pasien positif yang terus bertambah, PCR test atau swab antigen juga bermanfaat untuk deteksi dini atau memastikan kesehatan dan keselamatan bersama.

Usai isolasi mandiri, baru kami memutuskan untuk rapid test antigen untuk memastikan kami baik-baik saja. Demikian laporan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun