Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bus TransJakarta D21 Kini Berwarna Biru, Bukan Oranye

23 Oktober 2020   16:53 Diperbarui: 23 Oktober 2020   17:14 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus TransJakarta D21 di halte terakhir, Lebak Bulus (dokumen pribadi)

Kamis (22/10/2020) kemarin saya ada agenda kegiatan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Biasanya saya naik bus Trans Jakarta low entry bernomor trayek D21 dengan rute Universitas Indonesia - Lebak Bulus dari Stasiun Tanjung Barat. 

Rencananya dari Lebak Bulus saya akan berjalan kaki ke Batan. Menurut ukuran saya jaraknya tidak jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit.

Jadi, saya naik kereta dari Stasiun Citayam, lalu turun di Stasiun Tanjung Barat, baru nyambung dengan bus Trans Jakarta bernomor trayek D21.

Menurut informasi yang saya dengar, rute bus ini sebenarnya sampai Jatijajar, tapi dipotong sampai UI karena Pemerintah Kota Depok tidak mengizinkan bus ini masuk Depok. 

Sepertinya pengecualian buat bus Trans Jakarta Rute Depok - Cawang UKI karena saya pernah naik bus ini tujuan akhirnya di Terminal Depok.

Kalau saya yang jadi Walikota Depok, saya dengan senang hati ada bus dari Jakarta yang mau masuk Depok untuk angkut penumpang. 

Penumpang juga jadi lebih aman. Karena meski Jalan Margonda Raya macet, bus ini tetap lebih tenang di jalan daripada naik angkot yang ugal-ugalan yang sering menyebabkan kecelakaan di jalanan.

Kembali ke laptop...

Di halte Stasiun Tanjung Barat saya pun menunggu, sambil mengecek tarif ojek online jika bus yang saya tunggu ini lama tiba. Saya lihat tarifnya hampir Rp30.000.

Setelah menunggu sekitar 10 menit saya melihat ada bus Trans Jakarta berwarna biru. Biasanya yang ke Lebak Bulus itu berwarna oranye. Lebih baru dibanding bus TransJakarta yang oranye di awal-awal beroperasi.

Ketika berhenti di halte non koridor atau non-BRT yang ditandai dengan rambu berlambang bus Trans Jakarta, saya perhatikan trayek di layar kendaraan tertulis Universitas Indonesia - Lebak Bulus. Seketika saya pun langsung naik tanpa banyak bertanya.

"Bayarnya pakai kartu ya," kata petugas perempuan. Ada tiga penumpang yang naik dari halte Stasiun Tanjung Barat. 

Mendengar perkataan petugas, saya agak ketar ketir juga karena saldo e-money saya limit. Entah berapa jumlahnya. 

Biasanya, masih bisa bayar cash. Petugas sambil bawa mesin Electronic Data Capture (EDC) portabel dan sebundel tiket menghampiri penumpang.

Kalau kurang bagaimana, apa saya akan diturunkan? Lalu saya tempelkan kartu e-money di mesin EDC di pintu depan. Taraaa... transaksi berhasil. Alhamdulillah...

Di mesin sisa saldo saya tertera Rp1.500. Berarti saldo saya tadi Rp5000 dong. Saya jadi tertawa geli di dalam hati.

Oh iya, ini kali pertama saya naik bus Trans Jakarta D21 selama pandemi Covid-19. Jadi, saya pun heran sejak kapan bus ini berubah warna jadi biru?

Bus Trans Jakarta D21 yang sebelumnya berwarna oranye (dokpri)
Bus Trans Jakarta D21 yang sebelumnya berwarna oranye (dokpri)
Saya sih lebih suka dengan bus yang warna oranye terang karena interiornya yang keren. Setidaknya dalam pandangan saya. Bus yang oranye ini terlihat lega tapi ramping.

Kursi-kursi semua berwarna oranye. Kursi yang di depan menghadap ke depan searah jalan. Posisinya agak tinggi. Ada di kiri dan kanan. Biasanya kalau sepi saya memilih duduk di depan sambil melihat "pemandangan" dari kaca kendaraan yang lebar.

Di dekat pintu tengah, ada kursi yang saling berhadapan di sebelah kiri dan kanan. Empat di kiri dan 4 di kanan dengan jarak yang cukup lebar. 

Kursi bagian belakang semua menghadap se arah jalan. Kursi yang paling belakang yang berjajaran posisinya agak tinggi. 

Nah, kalau bus biru yang saya naiki ini lebih lebar dengan kursi yang saling berhadapan ke arah kiri dan kanan jalan. Jadi kalau mau melihat ke arah depan harus menengokkan kepala.

Jumlah penumpang sedikit. Saya hitung sekitar 6 orang. Di dalam juga terasa cukup dingin. Apa jumlah penumpang lagi sepi barangkali ya. Tersedia pula hand sanitizer yang tertempel di area tengah bus.

Seperti biasa, karena penasaran saya pun bertanya kepada petugas sejak kapan bus Trans Jakarta D21 berwarna biru? Lalu ke mana bus yang berwarna oranye?

Kalau pembayaran dengan kartu e-money, saya bisa maklum, tanpa bertanya pun saya sudah bisa tahu tujuannya untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. 

Transjakarta memang telah meniadakan transaksi non-tunai guna meminimalisir kontak antara petugas dan penumpang. Karenanya, penumpang harus memastikan saldo uang elektronik tercukupi. Kalau saya tadi untung-untungan saja.

Tapi, kalau berubah warna ya perlu ditelusuri hahaha..

Rupanya rute D21 Universitas Indonesia-Lebak Bulus sempat tidak beroperasi menyusul pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh Pemda DKI Jakarta. Nah, kembali beroperasi lagi pada 19 Agustus 2020 tapi hanya beroperasi pada jam-jam tertentu.

Waktu operasionalnya adalah pukul 05.00--10.00 WIB dan 14.00--22.00 WIB pada hari Senin hingga Jumat dengan waktu kedatangan setiap 20 menit karena mempertimbangkan masa perpanjangan PSBB transisi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Lantas sejak kapan berubah biru mengingat bus oranye yang terakhir saya naiki masih mulus, masih fresh, dan cerah? Saya tidak mendapatkan jawaban pasti dari petugas. "Yang saya tahu sih ini," katanya. 

Ah, jangan-jangan petugasnya orang baru. Mungkin maksudnya rute UI - Lebak Bulus, ya ini, tidak ada yang lain. Berarti pertanyaan saya belum terjawabkan dong ya.

Perjalanan yang tenang karena lengang, sampailah saya di halte terakhir di Lebak Bulus. Karena ini bus pengumpan, jadi tidak bisa ikut transit di halte Lebak Bulus. Meski jaraknya tidak sampai 50 meter.

Penumpang tidak bisa berganti ke bus Transjakarta lain di halte BRT Lebak Bulus karena halte bus ini terpisah dengan bus lainnya, seperti Transjakarta 6H, 7A, 8, S21, dan S22. 

Jadi, ya harus bayar lagi Rp3500 kalau ingin ke tujuan lain. "Oh jadi harus bayar lagi ya, harus ngetap lagi ya?" tanya penumpang di depan saya, yang dijawab "iya" oleh petugas

Dari sini saya pun berjalan kaki sampai ke Batan.

Dan, sampai sekarang saya belum mendapatkan jawaban atas pertanyaan saya, "Kapan bus Trans Jakarta D21 tidak lagi berwarna oranye?"

Ada yang tahu...?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun