Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Aksi Mahasiswa Menolak UU Cipta Kerja

9 Oktober 2020   07:20 Diperbarui: 9 Oktober 2020   10:10 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo menolak UU Cipta kerja (Sumber: Dokumen pribadi)

Polri dan pemerintah sudah menghimbau masyarakat untuk menahan diri agar tidak melakukan unjuk rasa di tengah pandemi Covid-19, mahasiswa dan buruh tak mengindahkan. Ibarat pepatah "anjing menggonggong kafilah berlalu".

Bagaimana mau didengar, DPR saja dihimbau untuk menahan diri agar tidak mengesahkan UU Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19, ya tetap saja ngotot, DPR tetap mengetuk palu di tengah ketegangan dan ketidaksepakatan antarfraksi.

Dalam kesenyapan di tengah malam. Bagaimana mau didengar? Masyarakat diminta menahan diri untuk tidak demonstrasi, tapi DPR dan pemerintah tidak menahan diri untuk tidak mengesahkan UU itu. Ya, kan tidak adil namanya. Kalau mau adil, ya sama-sama dong menahan diri. Bukan hanya seruan kepada satu pihak. Bukan begitu?

Ya kan ironis pemerintah dan DPR bersikukuh mengesahkan aturan itu di tengah berbagai kritik dan aksi penolakan dari berbagai kelompok di banyak kota dan provinsi. Jadi, jangan salahkan rakyat kalau akhirnya turun ke jalan memprotes.

Kemarin, Kamis (8/10/20) saya ada dua agenda kegiatan yang harus saya hadiri di dua lokasi yang berbeda, yaitu sekitar Thamrin, Jakarta Pusat, dan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Saya memutuskan mengikuti agenda ini juga karena ingin mengetahui situasi terkini Jakarta dan sekitarnya.

Dalam perjalanan saya di dua lokasi itu saya menjumpai mahasiswa dan buruh berkumpul (yang sepertinya) di titik kumpul yang sudah ditentukan.

Saya sudah bisa memastikan, para massa ini akan kembali melanjutkan aksinya menolak UU Cipta Kerja yang disebutnya UU Cilaka. 

Terlebih saya membaca spanduk besar yang terpasang di body mobil dengan tulisan "Pengadilan Rakyat Bersatu". Mereka berkumpul tak begitu jauh dari Stasiun Gondangdia. Waktu menunjukkan pukul 12 siang.

Dalam orasinya sambil menunggu rekannya yang lain, mereka ternyata tidak hanya sekadar unjuk rasa turun ke jalan, tetapi juga tengah mengupayakan jalur gugatan judicial review ke Mahkamah Konstitusi dan mendesak Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) untuk mengagalkan Omnibus Law UU Cipta Kerja.

Dalam perjalanan pulang menuju lokasi berikutnya, di depan Hotel Saripan Pasifik, Thamrin, saya menjumpai mahasiswa berkonvoi. Arahnya menuju Monas. Saya sudah bisa menduga massa akan menyemut di sekitar Istana Merdeka. Jika aparat menghadang, paling mentok di sekitaran Monas seperti ketika saya ikutan demonstrasi 212 lalu.

Jangan harap mereka bisa patuh menerapkan protokol kesehatan. Apalagi yang namanya saling menjaga jarak. Susah. Di tengah ribuan massa mana ada jaminan bisa menjaga jarak? Memangnya lagi antri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun