Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bukan Youtuber, Apapun Cita-citamu Gapailah Setinggi Langit

27 September 2020   16:44 Diperbarui: 27 September 2020   16:48 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibu saya yang saat ini berusia 75 tahun menyarankan cucu-cucunya, yang berarti termasuk di dalamnya anak-anak saya, untuk menjadi Youtuber. Dalam pandangannya, dari Youtuber bisa menghasilkan uang banyak.

"Tuh lihat contohnya Atta Halilintar nggak sekolah tinggi aja uangnya banyak. Padahal cuma ngomong-ngomong gitu aja," kata ibu saya dalam bahasa Sunda saat berkumpul di rumah abang kedua saya, beberapa hari lalu.

Dalam pandangan ibu saya, daripada sekolah tinggi-tinggi tapi akhirnya menganggur ya lebih baik jadi Youtuber. Tidak perlu harus sarjana. Terlebih sekarang anak-anak sudah banyak yang sukses menjadi Youtuber dan menghasilkan uang sendiri.

Saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkan kelak jadi apa anak-anak saya selama itu sesuai dengan passionnya. Semuanya tergantung bagaimana anak-anak. Saya sebagai orangtua hanya bisa mengarahkan, memfasilitasi, dan mendorong apapun cita-citanya.

Ketika saya tanya anak-anak saya -- Putik Cinta Khairunnisa (Putik), Annajmutsaqib (Najmu), Fattaliyati Dhikra (Aliya), apakah ingin jadi Youtuber, tidak ada yang mau. "Nggak mauuu," jawab mereka kompak.

Anak pertama saya memang sempat punya channel Youtube dengan konten permainan game yang dinarasikan. Ada beberapa konten yang sudah diupload. Ia mencoba mengikuti jejak MiawAug, gaming Youtuber asal Indonesia yang bernama asli Reggie Prabowo Wongkar.

Ia juga sempat "syuting" cerita film pendek bersama teman-teman rumah, yang kemudian diupload di Youtube. Saya lihat sudah ada belasan episode yang dikemas seperti layaknya bermain.

Tapi itu dulu. Ketika anak pertama saya masih SD. Nah, saat SMP keinginannya menjadi Youtuber berubah. Mungkin karena beranjak remaja (entah ada korelasinya atau tidak) ia malu untuk bercuap-cuap. Saat ini ia berkeinginan menjadi ahli IT. Entah ketika SMA, apakah berubah?

Anak kedua saya juga begitu yang enggan menjadi Youtuber. "Kenapa nggak mau? Kan tinggal cuap-cuap. Soal konten nanti kita bisa diskusikan," kata saya.

"Kenapa bukan bunda aja yang jadi Youtuber?" ia bertanya balik, yang saya jawab "Bunda mah udah tua." Saya sebenarnya punya channel Youtube juga, tapi ya cuma nama saja. Berlalu begitu saja.

Sampai detik ini anak kedua saya bersikukuh ingin menjadi dokter. Eh sebelumnya anak saya ini ingin menjadi model. Saya fasilitasi dengan mengikuti lomba fashion show sebagaimana keinginan anak saya. Tapi ya tidak bertahan. Lalu berubah haluan.

Meski anak ketiga saya sering ngoceh di depan cermin, sering bergaya, juga tidak mau jadi Youtuber. Inginnya menjadi dokter. Masih SD, nanti juga berubah. Perjalanan hidupnya masih panjang dan bisa dipastikan akan berubah seiring perjalanan waktu.

"Anak-anak daddy mau jadi apa aja terserah. Mau jadi Youtuber ok, mau jadi dokter ok, mau jadi polisi ok, jadi tentara nggak masalah. Mau dua-duanya nggak masalah. Mau jadi dokter sekaligus Youtuber, silakan. Daddy nggak akan maksain anak-anak daddy harus jadi ini jadi itu," kata suami pada anak-anak.

Saya mengingatkan anak-anak, apapun kelak profesinya, semua pencapaian butuh proses. Tidak bisa instan. Termasuk menjadi Youtuber. Kesuksesan yang kita lihat bukan terjadi begitu saja. Ada proses yang dilalui. Ada perjuangan yang harus ditempuh. Ada kesabaran yang harus disikapi.

Sebagai orangtua saya hanya mengarahkan dan membimbing. Juga memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan anak untuk mengembangkan potensi diri agar cita-citanya tercapai secara optimal.

Bagi saya, setiap anak memiliki kesempatan untuk bisa unggul dalam meraih cita-cita mereka. Dan, mewujudkan cita-cita anak adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab kita sebagai orangtua.

Sebagai orang terdekat anak, saya mengingatkan anak-anak untuk bisa menjadi diri mereka sendiri. Menjadi diri sendiri sangat penting agar anak tidak melepaskan jati dirinya ketika memiliki sosok yang diidolakan.

Orangtua berperan penting dalam meraih masa depan anak-anak. Meski sudah dipersiapkan melalui kerja keras, peran pendampingan tetap dibutuhkan. Kedekatan orangtua dengan anak-anak akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menentukan masa depannya.

Ketika kondisi ini sudah tercipta, tanggung jawab anak dalam belajar akan dilakukannya dengan ikhlas tanpa harus bersusah payah menyuruhnya untuk belajar sebagai jembatan meraih cita-cita.

Sebagaimana kata Bung Karno, "Gapailah mimpimu setinggi langit, setidaknya jika kamu terjatuh kamu akan jatuh di atas awan dan di antara bintang-bintang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun