Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Atambua, Mutiara Pariwisata di Perbatasan RI dan Timor Leste

9 Agustus 2020   07:14 Diperbarui: 9 Agustus 2020   13:09 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu perbatasan Timor Leste. Perbatasannya sendiri berjarak 500 meter dari sini (dokumen pribadi)

Saya lupa butuh waktu berapa lama untuk bisa sampai di hotel. Yang jelas, kami bisa beristirahat sejenak karena beberapa jam lagi kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Program Inklusif LDPB-KUMKM di Atambua, Kab Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (29/4/2019), dimulai.

Pada kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis tersebut dihadiri Ketua Bidang Manajemen Usaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Bintang Puspayoga, yang kini menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Deputi Bidang Pemasaran dan Produksi Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit, serta Direktur Bisnis LPDB-KUMKM Krisdianto.

***

Bersama Ibu Bintang Puspayoga (sekarang Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) ketika di Bandara AA Bere Tallo, Atambua (dokpri)
Bersama Ibu Bintang Puspayoga (sekarang Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) ketika di Bandara AA Bere Tallo, Atambua (dokpri)

Sore hari seusai acara, saya pun ingin meluangkan waktu mengelilingi Atambua. Tidak ada waktu lagi mengingat besoknya, saya akan kembali ke Jakarta. Jadwal kegiatan saya di NTT ya cuma selama tiga hari saja. Jadi, saya harus memanfaatkan waktu yang ada.

Oh iya, satu-satunya sinyal yang bertahan di Atambua adalah dari provider Telkomsel. Sementara untuk provider lainnya, mati gaya. Nomor Indosat saya tidak ada sinyal, tapi nomor Telkomsel saya sinyalnya ok banget. Tidak ada gangguan sama sekali. Kalau di hotel sih disediakan fasilitas WiFi. Jadi selama saya di sini untuk komunikasi tidak ada masalah.

Lalu saya menghubungi relasi saya yang kebetulan tinggal di NTT. Saya bertanya kira-kira ada temannyakah di sini yang bisa menemani saya keliling-keliling Atambua? Lalu ia pun memberikan nomor kontak saudara sepupunya, Erwin, yang berprofesi sebagai polisi.

Erwin yang saat itu sudah 10 tahun  berprofesi sebagai polisi, bingung mau mengajak saya ke mana. Ada pantai, tapi jauh sekitar 1 jam lebih perjalanan. Dan, apa yang mau dilihat? Kata erwin yang berusia 29 tahun ini, biasanya pantai ramai kalau hari libur. Kalau hari biasa sepi. Kalau berangkat sore begini, dia tidak menjamin saya bisa menikmati alam karena sudah bisa dipastikan sampai di sana Maghrib.

Kalau ingin ke Perbatasan Timor Leste, dia tidak menyarankan jalan sore karena akan sampai di sana malam, lalu apa yang mau dinikmati? Mau foto-foto gelap. Selain itu, pulang malam dari perbatasan sangat riskan dengan tindakan kejahatan. Terlebih di sekitar perbatasan itu samping kiri kanannya hanya hutan-hutan.

Jadilah saya hanya keliling-keliling kota Atambua dengan menumpang sepeda motor. Diajak ke Alun-alun Atambua, ke gereja terbesar di sana. Nah, untuk mencari makanan khas sini ternyata susah. Harus dipesan terlebih dahulu, katanya. Tidak dijajakan setiap hari.

Bagi muslim yang tengah berada di sini, jangan pusing soal makanan. Tidak usah khawatir karena banyak perantau Minang yang berjualan nasi Padang di sini. Tapi saya tidak berselera. Masa jauh-jauh ke sini makannya nasi Padang lagi. Oh tidakkkk! Di sini juga banyak perantau asal Jawa yang berjualan soto Lamongan dan pecel ayam. Jadi mencari makanan halal, bukanlah suatu masalah.

Kalau mau mencoba makanan khas Atambua, Erwin bisa saja sih mengajak saya ke Pojok Lokal Mak Ona di Pasar Senggol, Alun-alun Atambua. Mak Ona ini menjual Jagung Boseh yang ditumbuk dan dikukus lalu dimakan dengan teri dan bunga pepaya. Ubi Kukus isi gula merah dan Sambal Luat yang katanya pedasnya ajib. Tapi pas ke sana ternyata tutup. Mungkin karena sudah terlalu sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun