aku tahu kau tak bangga, cinta yang selalu kau jaga, dalam ikatan keluarga, hingga lahir berbilang tiga, nyatanya tak seperti surga, remuk hati dan raga, napas pun tak terasa lega.
aku ikuti langkahmu ke dermaga, lalui bereret anak tangga, di senja yang jingga, angin menghembuskan dahaga, burung-burung berbisik curiga, menatap temaram mega.
sudah bisa ku duga, kau tak ada lagi tenaga, sejalan bersama rangga, yang buatmu merasa tak lagi berharga, menyesakkan hingga ke rongga, oh sungguh tega.
aku bawa kau ke telaga, yang dikelilingi pohon jambu dan mangga, ku ajak kau duduk beryoga, tenangkan pikiranmu hingga, keputusan yang sudah kau siap siaga, sejernih syair para pujangga.
"tak perlu kau berteriak astaga, ini bukan tentang cinta segitiga, tak usah kau dengar kata tetangga, anggap saja kau tengah berlaga, aku percaya kau sekuat naga, ujian sabar akan kuatkan iman: semoga..."