Happy new year. Januari, Februari, Maret, April, Mei dan bulan Juni akhirnya sebagian kegelisahan yang aku rasakan berkurang dengan mengaktifkan akun ltmpt aku bersemangat tentang ujian SBMPTN tanpa terburu-buru aku berpikir dengan hati-hati universitas apa yang harus pilih.
Setelah berpikir alasan dan keterbatasan yang tidak bisa kita singkirkan, akhirnya aku mendaftarkan diri di dua tempat yang satu Unpad dan Upn veteran Yogyakarta dengan kedua nya jurusan HI.
Aku juga belajar bermodal dengan kuota, HP dan youtube, sampai mengikuti grup tele dengan banyak quis soal yang ada. Kadang kadang masuk peringkat tapi setelah sadar aku masih di bawah rata-rata. Aku menhan diri tetap menatap layar HP dari pagi sampai sore karena memang aku pengangguran tidak berguna.
Terus berlanjut sampai akhirnya aku berkecil hati dan kepala ku berpikir sendiri, menatap sekeliling lebih lama aku sadar aku bukan apa apa di banding banyak orang lain. Aku terlalu payah dan memuakkan.
Kenapa mimpi kecil ini harus mengukir luka, sampai rasanya tercekik tidak bisa bernafas. Tiap hari aku mengusap leher agar tidak menangis dengan bersuara. Kenapa mimpi ini begitu menyakitkan? Kenapa mimpi ini harus begitu melelahkan? Kenapa aku harus bermimpi?
Padahal lebih baik untuk menginjak-injak mimpi itu sampai aku tak berani bermimpi lagi. Rasanya terlalu sulit sampai aku setuju dengan pemikiran salah seperti 'Kalo bunuh diri aja bukan dosa besar pasti aku menjadi salah satu dari banyak orang' salah. Memang salah pemikiran itu.
Tapi mau bagaimana lagi, aku pernah baca 'hal lebih membuat kita berkecil hati dan tak mampu menatap dengan senyuman adalah ketika kita menjadi beban untuk orang lain' sekarang aku di posisi itu, posisi dimana aku adalah beban dan tanjakan untuk banyak orang.
Hai.
Untuk ra yang gagal SBMPTN kedua kali, masih ingat bagaimana aku membuka pengumuman meski gugup setengah mati, aku melafalkan hasbullah wanimal wakil sebanyak seribu kali. Niat nya mau buka pengumuman setelah sholat ashar namun kebetulan hari itu juga siang nya aku halangan.
Di samping ku adik perempuan ku sedang memegang HP ku, sedangkan aku membawa print an kartu SBMPTN dan di samping nya ada mamah ku juga. Aku sudah menangis lebih dulu setelah mengatakan.