Mohon tunggu...
Nelwan Satria Putra
Nelwan Satria Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi Universitas Brawijaya Malang

Suka menulis random

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Sisi Lain Penggunaan Literatur sebagai Sarana Penyampaian Informasi di Era Modern

27 Juni 2019   22:45 Diperbarui: 27 Juni 2019   22:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malang, 12 Oktober 2017

Literasi adalah sebuah kegiatan kompleks yang melibatkan kemampuan dalam memahami, menganalisis, dan mengikhtisarkan sebuah bahan baca (literatur) menjadi sebuah informasi yang berdaya guna. Literasi di masa kini terutama di wilayah Indonesia masih sangat minim intensitasnya. Titik berat dari fenomena keterpurukan itu bersumber pada terfokusnya materi bacaan literasi dengan materi bacaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 

Hal ini seakan-akan membuat ambiguitas di tengah carut marut pemahaman mengenai budaya literasi itu sendiri. Literasi sudah seharusnya dianggap sebagai suatu wadah pengaplikasian kemampuan membaca kompleks yang sudah ditanamkan sejak mata pelajaran Bahasa Indonesia telah dikenalkan sejak bangku sekolah dasar. Aplikasi literasi ini diharapkan mampu mengangkat eksistensi literatur secara menyeluruh pada setiap jenjang pendidikan.

Permasalahannya sekarang pada era modern ini sumber informasi dapat didapatkan tanpa harus membuka buku/ literatur fisik. Informasi dapat dibagikan melalui wadah online yang sering kita kenal sebagai internet. Internet sebagai sebuah sistem jaringan informasi yang luas mampu menyediakan opsi pembelajaran literasi yang jauh lebih interaktif dan inovatif. 

Mengutip dari Tekno Kompas, terdapat survei yang dilakukan oleh UNICEF pada penelitiannya yang bertajuk "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard, Amerika Serikat. Studi tersebut menelusuri aktivitas online dari sampel anak dan remaja yang melibatkan 400 responden dari rentang usia 10-19 tahun di seluruh Indonesia. 

Ditemukan data sebanyak 98 persen dari anak dan remaja mengaku tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Hal ini kembali menegaskan bahwa hampir remaja usia pendidikan menjadi pengguna internet. 

Dibandingkan dengan data dari American Psychological Association ditemukan bahwa sebanyak 6.250 responden perwakilan nasional dari total 50.000 siswa kelas 10 dan kelas 12 menghabiskan waktu untuk berselancar di internet dan menghindari buku, surat kabar, dan majalah. Dengan adanya hal tersebut semakin memperkuat bahwa media literasi konvensional mulai tergerus modernitas yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

Ketertarikan remaja usia pendidikan terhadap literasi konvensional ini tentunya memiliki beragam faktor. Mahalnya harga literatur fisik, isu penggunaan kertas sebagai salah satu bentuk tindakan yang tidak ramah lingkungan, serta minimnya tema-tema literatur yang cocok dan sesuai dengan pola psikis literasi generasi milenial merupakan beberapa alasan remaja memilih menggunakan gawai nya untuk mengakses informasi. 

Di samping jauh lebih fleksibel dan efisien, penggunaan gawai yang tersinkronisasi dengan media pembelajaran berbasis literasi online mampu menyuguhkan informasi yang lebih dapat dipahami dengan mudah. Adanya fitur umpan balik langsung melalui forum dan kolom komentar menjadi langkah revolusional yang mampu membuat pembaca merasa dihargai dan mampu berdiskusi di dalam materi informasi yang ingin diketahui. T

idak hanya sebatas sebidang kertas seperti buku konvensional, gawai yang terhubung dengan internet mampu disesuaikan dengan kebutuhan remaja. Mulai dari ukuran layar, kelengkapan fitur (smart-pen), serta mulai bermunculannya aplikasi-aplikasi yang menggunakan metode IoT (Internet of Things) dengan mengintegrasikan data perpustakaan nasional dengan ketersediaan e-book  yang bisa diakses bebas oleh kaum awam. Berdasarkan hal tersebut betapa literasi konvensional mulai didobrak dengan pembaharuan yang lebih sesuai dengan era modernitas itu sendiri.

Namun, tak semua remaja usia pendidikan menyukai sarana literasi berbasis internet. Remaja memilih menggunakan buku, surat kabar, dan majalah sebagai sarana penyampaian informasi yang efektif dalam literasi. Bentuk fisik diyakini sebagai unsur eksentrik pertama yang dirasakan oleh remaja ketika menggunakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun