Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesalahan adalah Hak Setiap Anak

30 Juli 2020   02:10 Diperbarui: 30 Juli 2020   02:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya yakin anak - anak indonesia pintar - pintar hanya saja mereka sangat malu dan takut untuk mengutarakan nya. Ini pengalaman yang saya dapat ketika mengajar. Kebanyakan dari anak - anak ini tidak mau di ajak aktif dan tidak mau berkomentar karena kita sendiri sebagai orang tua yang membebani si anak dengan "takut salah". 

Ini saya rasakan juga ketika melihat kurang baik nya masyarakat kita dalam berkomunikasi saya juga menulis di kaskus di sana bisa di lihat dari komentar baik yang pro atau kontra. Dalam menyikapi perbedaan mereka lebih senang dengan mencaci atau umpatan, atau ketika berbeda pendapat mereka selalu mengeluarjan kata "Maaf" apalagi jika di ketahui orang itu ada diatas mereka,

"Maaf gan/pak/mas tapi menurut saya ............"

Kita memproduksi dari pikiran nya sendiri dan itu adalah hak kita kenapa harus minta maaf dulu, kalau salah ya salag kalau benar ya benar jangan dikit - dikit minta maaf terus, karena cara pandang kita bahwa kritik adalah cari masalah dan subuah wujud dari permusuhan, dari mana pikiran seperti ini berasal kalau bukan dari apa yang dia pelajari saat masih kecil.

Pemerintah dan organisasi non pemerintah di indonesia selalu memikirkan bagaimana cara membuat model / program pendidikan untuk anak, jika melihat dari apa yang peneliti inggris katakan bahwa masyarakat indonesia baru bisa memahami dan menghadapi abad 21 di abad 31 atau baru bisa faham dan siap untuk abad 21 dalam 1000 tahun lagi, jelas - jelas ini kegagalan kita bersama, 

Kenapa tidak mengembangkan pendidikan bagi para orang tua jug., di amerika dan arab obesitas itu karena makmur, di indonesia anak - anak nya obesitas itu karena mereka dilarang membeli mainan dan selalu di anjurkan membeli makanan. Mental pendahulu kita yang dulu terjajah dan ketika indonesia masih sangat miskin di adopsi sampai sekarang, jaman dulu ketika indonesia belum bergelimpangan pangan seperti sekarang, jatah makan di rumah itu terbatas, makanya zaman dulu jika anak jajan itu sama mengabiskan jatah makan nya.

Karena malas berfikir dan tidak mau kritis tradisi "jajan makanan" ini jadi awet sampai sekarang, karena si anak di larang membeli mainan mereka gagal mengembangkan minat dan bakat, ingat bermain itu ratusan kali lebih baik untuk anak memahami sesuatu dibanding duduk diam di kelas belajar dimana paman budi. Dengan bermain mental mereka terasah, sosialisasi juga terasah, fisik dan kognisi juga terbangun dengan baik. Kenapa harus melarang membeli atau melakukan apa yang mereka sukai dan tidak di berikan pilihan lain selain makan dan makan saja.

Memang para orang tua yakin jajanan berbentuk makanan dan minuman di indonesia sehat - sehat, orang tua juga harus kritis jangan berfikir asal kenyang saja.

Rokok di indonesia itu di larang keras, dari pajak nya di tinggikan sampai aturan periklanan nyapun di perketat dengan alasan merusak kesehatan. Tapi apa yang terjadi dengan produk gula di indonesia, padahal jika dibandingkan, tingkat kematian yang di timbulkan oleh asap rokok dan gula itu sama, dan jika lebih idealis lagi gula lebih mematikan daripada rokok. 

Di indonesia, gula malah di paksakan oleh anak - anak, bahkan di anjurkan dan di iklankan minum gula 2 gelas sehari yang di kemas dengan bentuk susu padahal hampir tidak ada susu nya sama sekali. Pemerintah mengkampanyekan generasi bangsa untuk gemuk dan penyakitan sejak dini dan kampanye nya berhasil di serap oleh para orang tua.

Kepada para orang tua dan calon orang tua mulai lah banyak belajar dan berfikir tentang bagaimana cara mendidik anak termasuk memberikan ke leluasaan bermain untuk mengembangkan bakat dan kreatifitas nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun