Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bias Perjuangan Pegiat Feminisme

26 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 26 Juni 2020   17:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekali lagi si pria mengurangi ke berhargaan nya untuk mengejar kemampuan sedangkan si wanita mengejar ke berhargaan dengan mengurangin kemampuan (filosopi zaman dulu). 

Sekarang kita pertanyakan laginyang membuat perempuan itu berharga apa?, Laki - laki juga bisa berharga tapi bukan berdasarkan esensi, laki - laki di anggap berharga karena eksistensinya, kemampuan nya, bisa mencipta, berkuasa dan sebagai nya, tapi wanita berharga sudah dari kodrat nya (essensi).

Contoh saat ini wanita langsung akan dihargai dengan hanya memperlihat kan ke berhargaan nya seperti nampang saja di tv, youtube, dan di media lain nya tanpa melakukan apa - apa. 

Sedang kan untuk si pria akan di hargai di media yang sama, tapi dengan kemampuan tang dia miliki bahkan tidak sedikit muka si pria tidak di ekspos yang di ekspos adalah kemampuan dan daya ciptanya. 

Begitupun dengan foto, si pria akan susah payah untuk mendapat eksistensi dengan berfoto di puncak gunung dan sebagai nya sementara wanita cukup menampilkan foto wajah saja.

Sekali lagi ini di karenakan si pria mengedepan kan kemampuan dan si wanita memang pada dasarnya berharga.

Untuk menjawab pertanyaan di saat ini dengan apa yang membuat perempuan lebih berharga dari pria adalah perempuan bisa bereproduksi dan di liputi atribut sexsualitas. 

Maka dari itu segala upaya yang di lakukan oleh perempuan di fokus kan pada sexsualitas dan reproduksi. Jika ada perkataan perempuam tidak boleh keluar malam - malam, atau tampil terlalu seksi itu semua tidak lepas kaitan nya dengan reproduksi dan seksual.

Coba kita sematkan dan apa yang terjadi si masyarakat pada umum nya, tentu ini bukan bentuk ideal dan bukan pandangan psikologis, jika bisa dinyatakan sebagai filsafat silahkan, seperti kata nakal dan tampil berani.

Pria itu nakal, pria itu berani, oke sampai disini atribut nakal yang di sematkan pada laki - laki  ya hanya seperti itu.

Perempuan itu nakal, perempuan itu tampil berani, secara skala mayoritas apa yang di pikirkan orang / masyarakat akan kembali lagi pada masalah sexualitas dan reproduksi tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun