Mohon tunggu...
Negara KITA
Negara KITA Mohon Tunggu... Penulis - Keterangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bio

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demagogi Sandiwara Uno Soal Petani

14 Februari 2019   17:52 Diperbarui: 14 Februari 2019   18:12 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandi dan petani 'bawang' [Foto: Instagram @sandiuno]

Entah mengapa pasangan Capres dan Cawapres nomor 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, hampir selalu lekat dengan stigma penuh prasangka, irasional dan tanpa dasar yang bias dipertanggunjawabkan tiap kali melontarkan isu ke publik. Sepertinya keduanya berusaha mencari pendukung yang siap menelan angin kosong tersebut dan berharap mereka akan menembak kesana kemari dengan modal angin kosong tersebut.

Dalam bahasa kerennya, tindakan politis yang mereka lakukan dikenal dengan istilah Demagogy atau Demagogi. Oxford Dictionaries mendefinisikan kata tersebut sebagai "Political activity or practices that seek support by appealing to the desires and prejudices of ordinary people rather than by using rational argument."

Rocky Gerung mengibaratkan demagogi sebagai ilmu menyiram angin demi menuai bau demi mencari sensasi dalam psikologi massa untuk menikmati kebanggaan diri. "Sang tokoh akan mencari penonton demagogis, mereka yang siap menelan angin, siap berjuang dengan modal angin. Dengan psikologi inilah politik mengepung publik. Demokrasi kita hari ini ada dalam situasi itu," terangnya.

Dalam berbagai peristiwa, pasangan tersebut sarat dengan demagogi. Sandiaga  selaku cawapres kerap kali melakukan praktik demagogi. Saat kunjungan kampanyenya ke Brebes pada 11 Januari 2016 lalu, ia sempat diperhadapkan pada tangisan seorang petani bernama Muhammad Subhan yang mengadu lantaran tidak bisa membayar cicilan bank karena harga bawang yang terus anjlok. Ia mengunggah momen tersebut ke dalam akun Instagram pribadinya @sandiuno.

Mendengar petani yang terdzolimi oleh harga, ia lantas berjanji akan menampung semua keluhan yang disampaikan para petani. Sandi mengaku punya pengalaman saat menjabat wakil gubernur DKI Jakarta. Dia membeli langsung dari petani bawang Brebes melalui PT Food Station Tjipinang Jaya untuk menjaga pasokan bawang.

Padahal masih segar dalam ingatan kita ketika September 2018 lalu Sandi mengatakan uang Rp100 ribu saat ini yang hanya dapat dipakai untuk berbelanja bawang dan cabai. Ia mengaku mendengar langsung dari seorang ibu bernama Lia saat berkunjung ke Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu sebelumnya.

Sebelumnya ia pernah melakukan politik demagogi dengan melontarkan pernyataan yang kontroversial terkait isu harga pangan ,dengan mengatakan harga bahan makanan di Indonesia lebih mahal dari negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Singapura. Hal ini disebabkan panjangnya rantai distribusi yang telah menjadi kendala di Indonesia sejak lama.

"Sepiring nasi ayam di Singapura juga lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia. Jika di Singapura harga sepiring nasi ayam sekitar 3,5 dolar Singapura (SGD) atau sekitar Rp35 ribu, di Indonesia harganya sekitar Rp50 ribu," terangnya.

Padahal faktanya Singapura kerap kali muncul dalam daftar kota termahal di dunia. Hasil survei terbaru dari The Economist Intelligence Unit berjudul "Worldwide Cost of Living 2018" menunjukkan negeri mibi tersebut menduduki posisi teratas kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Ini merupakan tahun kelima Singapura dinobatkan sebagai kota termahal oleh survei tersebut. Mahalnya biaya hidup di Singapura disebut lebih tinggi dari negara-negara di Eropa seperti Paris, Zurich dan Kopenhagen.

Setali tiga uang, Prabowo Subianto pun menggunakan taktik yang sama. Masih segar dalam ingatan kita cerita tentang penganiyaan yang menimpa Ratna  Sarumpaet, yang saat itu menjabat sebagai juru kampanye nasional Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Kasus ini langsung menjadi perhatian publik. Sejumlah tokoh politik Rachel Maryam dan Fadli Zon ikut bereaksi. "Jahat dan biadab sekali," cuit Fadli melalui akun Twitter-nya @fadlizon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun