Mohon tunggu...
Anastasye Natanel
Anastasye Natanel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

pencinta olahraga dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Cinta Ini Hadiah Untukmu, Ma

20 Desember 2017   15:54 Diperbarui: 20 Desember 2017   16:27 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Ma...

Masih marah ya sama aku?

Sudah berapa lama ya kita nggak ngobrol di telepon? Terakhir bulan November kemarin? Lama juga ya. 

Maaf kalau aku selalu salah dan belum bisa menjadi anak yang berbakti untuk mama. Aku juga tahu aku banyak salah sama mama. Mungkin mama masih butuh waktu makanya belum mau ngobrol lagi sama aku. Ya sudah, nggak masalah. Aku tetap sayang mama, kok.

Oh iya, apa kabar?

Mama pasti baik-baik saja kan? Soalnya postingan di Facebook mama kelihatan sehat dan bahagia.

Semoga selalu seperti itu ya, Ma. 

Ehm, apalagi ya? Aku bingung mau ngobrol apa lagi sama mama, karena keluarga kita bukan tipe yang senang curhat sih, hahaha..

Maaf mendadak menulis surat ini untukmu, Ma. Menulis surat seperti ini sebenarnya membuat aku trauma karena...

Ehm.. Mama mungkin tak ingat, tapi dulu mama pernah membuang surat dan bunga mawar yang sengaja aku simpan di lemari sebagai kejutan hadiah ulang tahun. Mama masih ingat kejadiannya? Aku masih SMA kelas 2 waktu itu. Kalau mama lupa aku ingatkan lagi deh.

Jadi waktu itu ulang tahun mama dan tiba-tiba aku ingin memberi hadiah untuk mama. Memang sih, nggak ada tradisi saling memberi hadiah di keluarga kita. Ucapan selamat ulang tahun saja kadang lupa. Tapi waktu itu aku ingin sekali memberikan mama hadiah sebagai bentuk terima kasih dan rasa sayang aku ke mama. Selama ini kan aku nggak pernah mengucapkan "I love you, Ma" satu kalipun. Karena.. ya itu tadi, sejak kecil aku nggak terbiasa diajarkan untuk mengekspresikan perasaan aku ke keluarga.

Eh, sebenarnya itu bukan surat sih, tapi puisi. Kali pertama aku menulis puisi ala-ala yang kupelajari dari majalah yang mama bawa pulang dari tempat kerja. Lalu bunganya, bunga mawar merah yang baru saja berbunga di halaman. Salah satu bunga milik, Mama. Iya, nggak modal banget anakmu ini, Ma. Hadiahnya cuma kertas ditulisi puisi dan bunga hasil colongan di pekarangan. Maaf ya, Ma. Yang penting anakmu ini ada usahanya.

Waktu itu aku sengaja meletakkan 2 benda itu di lemari baju mama, karena aku tahu mama sering buka lemari itu jadi hadiahnya gampang ditemukan. Aku menunggu dengan was-was, menunggu reaksi mama saat membuka lemari. Entah berapa kali aku bolak-balik buat mengintip apakah m ama sudah melihat hadiahnya atau belum. Menunggu momen itu bikin gugup seperti mau presentasi di depan kelas, Ma.

Ketika tahu mama sudah melihat hadiahnya, aku berharap mama akan memeluk aku atau minimal bilang terima kasih. Ternyata mama cuek saja. Lalu aku menemukan kertas puisi dan bunga mawar pemberianku berada di dalam keranjang sampah plastik di sudut kamar mama. Saat itu sebenarnya hatiku kecewa banget, Ma. Tapi mungkin mama berharap hadiah yang lain. Aku maklum. Mama juga bukannya tak sayang, mungkin kurang ekspresif saja.

Karena kalau mama tak sayang. Tak mungkin saat aku hampir menjadi bungkuk dan hanya bisa terbaring di tempat tidur tanpa bisa berbuat apa-apa lalu mama biarkan. Mama justru yang memandikanku. Menyuapiku. Bahkan yang membawaku ke dua rumah sakit sebelum akhirnya harus ke suatu daerah terpencil untuk pengobatan tradisional agar aku bisa sembuh. Mama menemaniku di sana sampai aku bisa kembali berjalan normal dan diperbolehkan pulang. Padahal sebelum aku sakit itu, aku sudah menyakiti hati papa dan mama. Anak perempuan yang kalian sayangi justru membuat malu karena pergaulan bebasnya semasa kuliah. 

Saat itu aku sadar. Sikap mama yang datar dan tak pernah memelukku bukan berarti tak sayang. Cara tiap orangtua menyayangi anaknya yang berbeda-beda. Semakin sadar saat aku sekarang memiliki anak. Ternyata begini sebenarnya menjadi orangtua, selalu marah-marah dan sok tak peduli tapi anak selalu menjadi dunianya. Walau anaknya sudah menyakiti hatinya sekalipun.

Tahu gak, Ma. Sebenarnya sebelum papa meninggal aku selalu minta sama Tuhan agar memberi aku berkat lebih supaya bisa mengajak mama dan papa jalan-jalan. Sayang papa sudah dipanggil Tuhan dan doaku belum terkabul. Tapi aku masih terus berdoa kok, Ma. Tak pernah putus.  Aku masih minta ke Tuhan agar aku bisa membawa mama jalan-jalan dan membelikan apa pun yang mama mau. Aku nggak tahu apakah ini termasuk hadiah idaman mama atau bukan. Tapi setidaknya walau cuma sekali saja, aku ingin membuat mama bersenang-senang dan menikmati jalan-jalan untuk liburan, karena selama ini Mama nggak pernah bepergian untuk liburan.

Harapan ini selalu aku ucapkan dalam doa, Ma.

Selalu.

Sampai benar-benar terwujud.

Karena itu tetap sehat dan bahagia di sana ya, Ma.

Sudah dulu ya, Ma. Sudah sore. Aku mau bersih-bersih dan menyiapkan makanan buat dua cucumu. Si kakak dan adek kebetulan lagi main di luar rumah. Sekarang jam main mereka sampai nanti Maghrib.

Oh iya, sebentar lagi Natal. Sayangnya, lagi-lagi tahun ini aku dan keluarga kecilku belum bisa pulang. Anak mantumu belakangan sibuk dengan tugas luar kota dari kantornya. Terdengar fancy ya, Ma. Nyatanya pekerjaannya sungguh berat. Dia harus bergumul dengan alat berat, ketinggian dan lembur tiap hari. Kemarin saja dia kena luka bakar di dadanya saat sedang memperbaiki mesin. 

Padahal aku kepengin sekali pulang agar bisa mengirup aroma kue kering dan mencicipi masakan buatan mama. 

Lalu bersimpuh maaf di kakimu. 

Maaf lagi kalau ternyata hadiah Natal yang bisa aku berikan masih berupa surat seperti dulu. Jangan dibuang lagi ya, Ma. Doakan tahun depan hadiahnya bisa sesuai impian mama.

Jangan marah kelamaan juga, Ma. Si kakak dan adek sudah kangen dengar suara omanya.

Salam sayang selalu dari anak bungsumu ini.

Love,

Ana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun