KFC, sebagai salah satu restoran cepat saji terbesar di dunia, memiliki standar tinggi dalam pengolahan ayam gorengnya. Namun, dalam menjaga kualitas dan efisiensi produksi, berbagai tantangan masih dihadapi, seperti waktu penggorengan yang lama, kualitas produk yang kurang konsisten, dan pemborosan bahan baku. Oleh karena itu, penerapan Business Process Reengineering (BPR) menjadi solusi strategis untuk merombak proses produksi agar lebih efisien dan optimal.
Sebelum menerapkan BPR, KFC menghadapi berbagai kendala yang berdampak pada operasional dan kepuasan pelanggan. Waktu produksi yang mencapai 25-30 menit per batch menyebabkan antrean panjang, terutama saat jam sibuk. Kualitas ayam goreng juga tidak selalu konsisten, dengan tekstur yang terkadang terlalu kering di luar tetapi belum matang sempurna di dalam. Selain itu, pemborosan bahan baku menjadi masalah besar karena penggantian minyak masih dilakukan berdasarkan perkiraan, bukan pemantauan real-time. Tingginya ketergantungan pada tenaga kerja manual semakin menghambat efisiensi produksi, sementara ketiadaan sistem prediksi permintaan yang akurat menyebabkan ketidakseimbangan antara stok dan kebutuhan pelanggan. Dengan berbagai tantangan ini, transformasi proses produksi melalui BPR menjadi langkah penting bagi KFC untuk meningkatkan efisiensi, menjaga kualitas, dan memberikan pelayanan yang lebih optimal bagi pelanggan.
Dalam BPR, teknologi sering digunakan untuk mendukung proses yang lebih efisien. diKFC, misalnya, teknologi seperti alat penggorengan otomatis, sistem pemantauan stok, atau aplikasi prediktif untuk permintaan pelanggan dapat dintegrasikan untuk meningkatkan produksi. Dalam dekade terakhir ini, memperbaiki secara terusmenerus proses business tersebut sangatlah penting apabila suatu perusahaan masih menghendaki dapat bersaing di pasar. Selama waktu itu perusahaan dipaksa untuk terus menerus mempperbaiki proses businessnya karena para pelanggan terus menerus menuntut barang dan jasa yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Identifikasi Masalah dalam Proses Produksi
Hasil observasi dan wawancara di KFC KM 125 Cimahi mengungkap beberapa kendala utama dalam proses produksi ayam goreng yang berdampak pada efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan. Salah satu masalah utama adalah waktu produksi yang terlalu lama, dengan durasi penggorengan mencapai 25-30 menit per batch, sehingga menyebabkan antrean panjang saat jam sibuk. Selain itu, kualitas produk yang tidak konsisten menjadi tantangan, di mana proses penggorengan manual sering kali menghasilkan ayam yang terlalu kering di luar tetapi belum matang sempurna di dalam. Pemborosan bahan baku juga cukup tinggi karena penggantian minyak masih dilakukan berdasarkan estimasi, bukan data real-time. Efisiensi kerja pun terhambat oleh tingginya ketergantungan pada tenaga kerja manual, mengingat banyak tahapan produksi masih dilakukan secara konvensional. Ditambah lagi, absennya sistem prediksi permintaan yang akurat membuat produksi sering kali tidak selaras dengan kebutuhan pelanggan, menyebabkan kelebihan atau kekurangan stok yang menghambat operasional secara keseluruhan.
Solusi Melalui Business Process Reengineering
- Automatisasi Penggorengan: Pressure fryer otomatis mempercepat waktu produksi menjadi 15-20 menit per batch dengan hasil lebih konsisten.
- Sensor Kualitas Minyak: Pemantauan real-time memastikan penggantian minyak tepat waktu, mengurangi pemborosan.
- Digitalisasi Produksi: Prediksi permintaan berbasis data menyesuaikan produksi dengan kebutuhan pelanggan, serta mengurangi kesalahan manual.
- Optimalisasi Jadwal: Sistem prediktif membuat jadwal produksi lebih efisien dan terencana.
- Pelatihan Karyawan: Staf dilatih untuk mengoperasikan alat otomatis dan sistem digital guna meningkatkan efisiensi kerja.
Hasil Implementasi
Penerapan Business Process Reengineering (BPR) di KFC Rest Area KM.125 membawa perubahan besar dalam operasional restoran. Waktu penggorengan yang sebelumnya memakan 25-30 menit kini dipangkas menjadi hanya 15-20 menit per batch, membuat layanan lebih cepat dan efisien. Kualitas ayam goreng pun semakin konsisten berkat pengaturan suhu dan waktu otomatis, menghasilkan tekstur renyah dan cita rasa khas yang lebih terjaga. Tak hanya itu, inovasi ini juga berhasil mengurangi pemborosan bahan baku hingga 20% melalui pemantauan minyak otomatis dan sistem prediksi permintaan yang lebih akurat. Dengan proses produksi yang lebih ramping, karyawan kini dapat lebih fokus pada pelayanan pelanggan, meningkatkan pengalaman makan yang lebih menyenangkan. Hasilnya, kepuasan pelanggan melonjak hingga 20%, sementara efisiensi operasional turut berdampak pada penghematan biaya hingga 15%, memperkuat profitabilitas bisnis. Transformasi ini membuktikan bahwa inovasi proses tak hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih baik sekaligus mendukung pertumbuhan bisnis.
Penerapan Business Process Reengineering dalam proses produksi ayam goreng di KFC terbukti meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Dengan inovasi teknologi dan perbaikan strategi bisnis, KFC mampu mempertahankan daya saingnya di industri makanan cepat saji yang semakin kompetitif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI