Suasana Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten malang, akhir pekan lalu benar-benar meriah dan menjadi pusat perhatian warga. Ribuan warga memadati jalan utama untuk menyaksikan karnaval budaya tahunan. Dentuman sound horeg hingga sorakan penonton berpadu menciptakan suasana yang meriah dan menggembirakan.
Suara bass yang dalam, treble yang tajam, dan volume yang luar biasa tinggi memang menambah semangat dan meriahnya suasana. Namun di balik euforia itu, suara dari sound horeg juga menimbulkan fenomena menarik bila ditinjau dari sisi fisika gelombang bunyi yang memiliki dampak nyata terhadap lingkungan dan kesehatan pendengaran manusia.
Gelombang Bunyi di Balik "Sound Horeg"
Gambar di atas menunjukkan bagaimana bunyi merambat dalam bentuk gelombang longitudinal di udara. Saat speaker sound horeg bergetar, permukaan speakernya mendorong molekul udara di depannya. Proses ini menciptakan dua daerah utama:
Compression (pemampatan) --- bagian udara di mana molekul-molekul saling berdekatan karena dorongan gelombang suara.
Rarefaction (pengendoran) --- bagian udara di mana molekul-molekul saling berjauhan setelah dorongan tadi lewat.
Kedua daerah ini terjadi secara bergantian dan bergerak menjauhi sumber bunyi, membawa energi suara hingga mencapai telinga pendengar.
Bagian bawah gambar memperlihatkan bentuk gelombang transversal sebagai representasi visual untuk memahami amplitudo dan panjang gelombang (wavelength):