Banyak orang mengira dakwah Islam hanya ditujukan untuk orang Muslim saja. Padahal, jika kita menilik langsung dari Al-Qur'an, misi kenabian Muhammad SAW justru sangat luas: menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ini artinya, dakwah beliau tidak eksklusif untuk umat Islam saja, melainkan menyentuh semua lapisan manusia---bahkan makhluk selain manusia.
Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Anbiya ayat 107:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Ayat ini jelas menyatakan bahwa tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk membawa rahmat, bukan hanya bagi satu golongan, tapi untuk seluruh alam semesta (rahmatan lil 'alamin).
Apa Makna "Rahmat" dalam Konteks Dakwah?
Kata "rahmat" dalam konteks ini bisa dimaknai sebagai kebahagiaan atau keselamatan. Artinya, mereka yang menerima dan mengikuti dakwah Rasulullah akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, mereka yang menolak akan kehilangan kesempatan itu---bukan karena Islam menghakimi, tetapi karena mereka memilih menutup diri dari petunjuk yang menyelamatkan.
Bahkan, menurut para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, rahmat yang dibawa Nabi juga berlaku bagi jin. Hal ini karena kata "alamin" (semesta alam) dalam ayat tersebut merujuk pada semua makhluk ciptaan Allah secara umum, bukan hanya manusia.
Mengapa Nabi Muhammad yang Dipilih Membawa Misi Ini?
Nabi SAW adalah sosok yang paling mulia akhlaknya dan paling kuat integritasnya. Maka sangat masuk akal jika beliau yang dipilih untuk membawa risalah besar ini. Dalam QS. Al-Ahzab: 21, Allah menegaskan:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Apa yang Nabi sampaikan pun murni berasal dari wahyu, bukan dari hawa nafsu pribadi. Ini ditegaskan dalam QS. An-Najm ayat 3--4:
"Dan tidak pula ia berkata-kata menurut hawa nafsunya. Ucapannya tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya."
Lalu, Bagaimana Dakwah Itu Menjadi Rahmat untuk Orang Non-Muslim?
Pertanyaan ini sering muncul: jika dakwah Nabi adalah rahmat, apakah itu juga berlaku bagi orang kafir atau yang menolak Islam? Jawabannya: iya, tetap rahmat---karena tidak serta-merta mendatangkan azab.
Pada masa nabi-nabi sebelum Muhammad SAW, orang yang menolak ajaran biasanya langsung dibinasakan oleh azab Allah di dunia. Namun, pada masa Rasulullah SAW, orang-orang kafir tetap diberi kesempatan hidup, tidak langsung dihancurkan, bahkan masih bisa merasakan keamanan dan perlindungan dalam tatanan sosial Islam. Inilah bentuk rahmat itu---bahwa Islam datang tidak membawa kutukan, tapi membawa ruang dialog, hidayah, dan harapan.