Mohon tunggu...
Nayara Aqila Salsabila
Nayara Aqila Salsabila Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa public health universitas airlangga tahun 2025

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontroversi Program Keluarga Berencana, Antara Manfaat Kesehatan Dan Kekhawatiran Masyarakat

12 September 2025   18:34 Diperbarui: 12 September 2025   18:34 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NAYARA AQILA SALSABILA/191251232

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 

UNIVERSITAS AIRLANGGA

     Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang paling berpengaruh sejak diluncurkan pada era Orde Baru tahun 1970-an. Dikelola oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), program ini bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui penggunaan alat kontrasepsi, pendidikan reproduksi, dan pembentukan keluarga kecil yang sejahtera. Namun, di balik tujuannya yang mulia, program KB sering kali menuai kontroversi. Di satu sisi, ia menawarkan manfaat kesehatan yang signifikan bagi ibu, anak, dan keluarga secara keseluruhan. Di sisi lain, kekhawatiran masyarakat terkait aspek moral, budaya, dan hak reproduksi sering menjadi penghalang. Essay ini akan membahas kedua sisi tersebut, dengan menyoroti data dan pandangan yang relevan, untuk memberikan pemahaman yang lebih seimbang.

     Manfaat kesehatan dari program KB tidak dapat dipungkiri. Pertama, program ini telah berhasil menurunkan angka kematian ibu dan bayi secara drastis. Menurut data, penggunaan kontrasepsi membantu mencegah kehamilan berisiko tinggi, seperti yang terlalu dekat jaraknya atau pada usia ekstrem. Hal ini mendorong kecukupan ASI eksklusif dan pola asuh anak yang lebih baik, sehingga meningkatkan kesehatan fisik dan mental keluarga. Selain itu, program KB berkontribusi pada pengendalian populasi, yang pada gilirannya mengurangi beban sumber daya negara dan meningkatkan kualitas hidup. Di Indonesia, program ini telah menurunkan angka kelahiran dari sekitar 5,6 anak per wanita pada 1970-an menjadi sekitar 2,3 pada 2020-an, memungkinkan akses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik bagi generasi muda. Manfaat lain termasuk pencegahan penyakit menular seksual melalui promosi kondom dan pendidikan reproduksi remaja, yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan, KB tidak hanya tentang pengendalian jumlah, tetapi juga pembentukan keluarga berkualitas yang aman dan tentram.

     Meskipun demikian, kekhawatiran masyarakat terhadap program KB tetap menjadi isu krusial. Banyak kalangan, terutama dari kelompok agama, memandang program ini sebagai pelanggaran nilai moral dan ajaran agama. Dalam perspektif Islam, yang mendominasi di Indonesia, terdapat pro-kontra mengenai penggunaan kontrasepsi permanen seperti vasektomi atau tubektomi, karena dianggap mengganggu ketentuan Tuhan atas keturunan. Kontroversi semakin memanas ketika program KB dikaitkan dengan penyediaan kontrasepsi bagi remaja, yang ditakutkan mendorong perilaku seks bebas dan melanggar norma budaya. Selain itu, ada kekhawatiran tentang efek samping kesehatan dari alat kontrasepsi, seperti gangguan hormon pada pil KB atau infeksi pada IUD, yang sering kali tidak diimbangi dengan informasi yang memadai. Masyarakat pedesaan juga mengeluhkan pendekatan paksaan di masa lalu, di mana target KB menyebabkan pelanggaran hak reproduksi perempuan. Pandangan tokoh masyarakat Muslim, misalnya di Bone, menunjukkan resistensi karena program ini dianggap bertentangan dengan konsep keluarga besar yang harmonis dalam budaya lokal. Kekhawatiran ini diperburuk oleh kurangnya partisipasi laki-laki dalam KB, yang sering kali membebani perempuan saja.

     Program Keluarga Berencana memang kontroversial karena berada di persimpangan antara manfaat kesehatan yang nyata dan kekhawatiran masyarakat yang berakar pada nilai budaya serta agama. Meski telah membawa kemajuan dalam mengurangi angka kematian dan meningkatkan kesejahteraan, program ini perlu direformasi dengan pendekatan yang lebih inklusif, seperti dialog lintas agama dan pendidikan komprehensif untuk mengurangi stigma. Pemerintah harus memastikan bahwa KB bersifat sukarela dan berbasis hak, sehingga manfaatnya dapat dinikmati tanpa menimbulkan konflik sosial. Dengan demikian, KB dapat menjadi alat pembangunan yang diterima luas oleh masyarakat Indonesia.

Kata Kunci: Berencana, Keluarga, Kesehatan, Masyarakat, Reproduksi

DAFTAR PUSTAKA:

Alodokter (2025) Kenali Tujuan dan Manfaat Program Keluarga Berencana. Available at: https://www.alodokter.com/kenali-tujuan-dan-manfaat-program-keluarga-berencana (Accessed: 25 August 2025).


CIMSA (n.d.) Dilema dibalik Kebijakan Penyediaan Alat Kontrasepsi Remaja. Available at: https://scora.cimsa.or.id/sisi-gelap-dan-terang-dilema-dibalik-kebijakan-penyediaan-alat-kontrasepsi-remaja/ (Accessed: 25 August 2025).


Daldukkbpppa Buleleng (n.d.) Jenis KB, Manfaat KB, Kekurangan Program KB, Tujuan KB. Available at: https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jenis-kb-manfaat-kb-kekurangan-program-kb-tujuan-kb-57 (Accessed: 25 August 2025).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun