Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menakar Program "Makan Siang Gratis" sebagai Stimulasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem Masyarakat Pesisir

16 Februari 2024   13:13 Diperbarui: 17 Februari 2024   13:01 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu contohnya sekolah di wilayah pesisir akan memanfaatkan bahan makanan atau produk kelautan dan perikanan dari nelayan setempat. Dan dalam kalkulasi jangka panjang program Makan Siang Gratis di Sekolah diharapkan mampu menciptakan 1,8 juta lapangan kerja. Kalkulasi tersebut dengan memperhitungkan kebutuhan 377.000 dapur yang digunakan untuk menyiapkan Makan Siang Gratis di Sekolah. Di setiap titik makan siang, dan setiap dapur dilayani lima pekerja.

Program makan siang gratis dan upaya penanggulangan kemiskinan ekstrem pesisir

Melihat data kemiskinan ekstrem pesisir yang sangat memprihatinkan yang tentunya menjadi ironi dengan besarnya potensi ekonomi pesisir, percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di pesisir harus digenjot. Melihat kalkulasi dampak secara ekonomi program makan siang dan susu gratis tentunya program tersebut harusnya mampu menjadi stimulasi dari strategi-strategi penanggulangan kemiskinan ekstrem di wilayah pesisir.

Program makan siang gratis yang dijalankan di wilayah pesisir tentunya menyasar sekolah-sekolah di pesisir denga target adalah anak-anak atau siswa-siswa yang notabenenya adalah putra putri masyarakat pesisir, selain itu tentu program makan siang gratis juga diperuntukkan bagi anak-anak pesisir yang banyak juga mengalami stunting.

Dengan melihat hal tersebut tentunya pemenuhan bahan makanan dengan kandungan protein dan gizi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak-anak dan penanggulangan stunting bisa berasalah dari ikan atau produk-produk olahan milik masyarakat pesisir berbasis produk kelautan dan perikanan. Suksesnya program makan siang tentunya didukung oleh penyiaoan dapur-dapur yang bisa berasal dari dapur-dapur ibu nelayan.

Di samping itu untuk menyiapkan produk makanan yang bergizi tinggi dibutuhkan juga bahan baku yang berkualitas untuk itu pra nelayan juga harus mendapatkan pendampingan dan pelatihan dalam menangkap atau mebudidaya ikan sehingga produk atau ikan yang dihasilkan bisa memenuhi standar gizi yang diharapakan.


Selain cara pengolahan produk perikanan serta bahan makanan program makan siang juga perlu pendampingan ahli gizi dan mutu. Semua itu bisa dijalankan dengan program-program terintegrasi dan secara kolaboratif-partisipatif.

Program makan siang gratis mampu menjadi stimulus bagi strategi-strategi penanggulangan kemiskinan ekstrem diwilayah pesisir, tentunya harus dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara kolaboratif dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Pertama, Program makan siang gratis untuk anak-anak pesisir harus dilakukan dengan perencanaan yang optimal melibatkan semua pemangku kepentingan dan masyarakat dimulai dari pemetaan zona kemiskinan ekstrem serta anak-anak usia sekolah dengan gizi rendah hingga anak-anak berpotensi stunting.

Kedua, Program makan siang gratis untuk anak-anak pesisir harus memanfaatkan bahan makanan dari sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki atau dihasilkan oleh masyarakat pesisir.

Ketiga, Program makan siang gratis untuk anak-anak pesisir harus memanfaatkan potensi ibu-ibu pesisir dalam mengolah dan menyajikan makanan yang bergizi tinggi berbahan dasar hasil sumberdaya kelautan dan perikanan tentunya dengan stnadar gizi serta pendampingan gizi oleh tenaga ahli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun