Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tahukah Anda Hak Paten Tempe Bukan Milik Indonesia

9 September 2018   11:40 Diperbarui: 9 September 2018   11:44 2424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Akhir-akhir ini media di hebohkan dengan Tempe, makanan kesukaan saya dari kecil, iya produk yang tiap pagi oleh abang atau mpok sayur jual untuk emak-emak kita, dan saat ini bertepatan dengan menguatnya dolar terhadap rupiah ,tempe pun jadi bahan pergunjingan, berita, status media sosial hingga masuk isu penting untuk di politisasi. 

Tak tanggung-tanggung para tokoh nasional hingga rakyat akar rumput pun heboh membicarakan tempe, harga tempe hingga semua yang berhubungan dengan tempe, bahkan tempepun laris jadi bahan kampanye dan counter kampaye itu sendiri.

Tapi tahukah anda bahwa hak paten pembuatan tempe dan produk yang berhubungan dengan tempe 35 buah milik Amerika Serikat dan 6 buah milik Jepang, Indonesia baru 2 dan itupun masih di daftarkan belum mendapat hak paten. Hak paten dari Amerika Serikat tersebut dimiliki oleh perusahaan Z-L Limited Partnership, Gyorgy, Pfaff, serta Yueh dan kawan-kawan. Z-L limited Partnership memiliki delapan paten, Gyorgy mengantongi dua paten mengenai minyak tempe, Pfaff memiliki dua paten mengenai alat inkubator dan cara membuat bahan makan, serta Yueh dan kawan-kawan memeliki paten mengenai pembuatan makan ringan dengan campuran tempe.

Enam paten dimiliki tujuh penemu. Masing-masing empat paten pembuatan tempe, satu paten mengenai antioksidan, dan satu paten mengenai kosmetik menggunakan bahan tempe yang diisolasi. Dari data tersebut, secara keseluruhan terdapat 12 Paten mengenai antioksidan dari tempe, empat paten mengenai pembuatan tempe menggunakan alat inkubator dan cara membuat bahan makanan.

Paten lain untuk Jepang, Tempe, Temuan Nishi dan Inoue (Riken Vitamin Co. Ltd.) diberikan pada tanggal 10 Juli 1986. Tempe tersebut dibuat dari limbah susu kedelai dicampur tepung kedelai, tepung terigu, tepung beras, tepung jagung, dekstrin, na-kasinat, dan putih telur. Akibatnya para pengrajin tempe Indonesia harus berhati-hati ketika memproduksi tempe karena dapat saja dituntut oleh pemilik hak paten tempe dari Jepang atau Amerika Serikat. Jepang mematenkan tempe karena negara maju tersebut bisa mengolah tahu dan soya, yang bahan dasarnya adalah kacang kedelai. Jepang kemudian mendaftarkannya ke Komisi Intelectual Property Rights.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis ragi Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan ragi (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Ragi jenis Rhizopus inilah yang dipatenkan oleh Jepang. Mereka mengklaim yang menemukan ragi Rhizopus oligosporus terbaru adalah seorang Jepang bernama T. Yokotsuka. Ragi ini dipakai untuk tempe yang dibungkus oleh plastik. Sedangkan yang dibungkus oleh daun pisang, raginya lebih alami karena dibantu oleh fermentasi dari daun pisang itu sendiri.

Masalah ini bisa menjadi pelajaran untuk Indonesia agar lebih peduli dengan makanan khas Indonesia. Saat ini harga tempe di Indonesia berkisaran antara Rp 3.000 -- Rp 5.000 jika pada tauhun tahun mendatang terjadi perdagangan internasional maka harga tempe akan melonjak tinggi. Hal ini menjadi PeEr bagi pemerintah bagainama caranya menolong pedagang-pedagang kecil yg menjual tempe atau olahan tempe karna mereka tidak boleh menjual sembarangan tempe yg sudah di hak patenkan Negara lain.

Entah ini karena kelalaian ilmuan atau apa tapi fakta ini adalah warning bagi kita semua bangsa Indonesia, jangan sampai produk-produk asli indonesia lainnya juga dipatenkan oleh negara lain. Oleh karena itu sudah saatnya para ilmuan berfikir dan terus melakukan riset untuk produk-produk asli Indonesia dan segera mendaftarkan untuk dipatenkan. 

Sumber Tulisan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun