Hanya saja pembenahan dan pengembangan teknologi di tingkat on farm memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi antara lain dikarenakan;Â
(1) melibatkan banyak pelaku dengan kondisi sosial dan ekonomi yang beragam,Â
(2) siklus usaha yang lebih panjang dibanding usaha pada off farm serta merupakan kategori industri biologi. Sebagai contoh ditemukan persamaan matematik bahwa keberhasilan produksi di on farm merupakan fungsi dari 5 variabel yaitu: mutu benih, mutu pakan, pengelolaan lingkungan, konstruksi wadah dan manajemen terukur.Â
Karena itu hubungan on dan off farm merupakan hubungan sebab akibat atau saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga penanganannya harus terkoordinir. Kelembagaan Asosiasi Di Indonesia, asosiasi yang bergerak pada bisnis udang masing-masing berdiri sendiri yaitu asosiasi pada on farm, off farm hulu maupun off farm hilir.Â
Berbeda dengan Negara maju kelembagaan asosiasi terhimpun dalam satu wadah yang besar sehingga asosiasi ini bisa fokus, solid dan kuat dan akhirnya  memilki posisi tawar yang tinggi dalam penyusunan regulasi Pemerintah.  Hal ini juga beralasan rumus keberhasilan produksi pada on farm merupakan hubungan sebab-akibat dengan off farm.
Bisnis udang berbasis Masyarakat
Lebih dari 20 persen pasokan produksi udang nasional adalah berasal dari produksi budidaya udang berbasis masyarakat yang selama ini masih menggunakan sistem produksi tradisional, sehingga masih banyak mengalami berbagai permasalahan yang memiliki efek pada kualitas produksi udang itu sendiri.Â
Berbagai kendala dan permasalahan yang di hadapi para pembudidaya tradisonal adalah Metode dan peralatan yang masih sederhana, keterbatasan modal usaha, manajemen usaha dan budidaya sederhana yang belum bisa menyaingi manajemen usaha budidaya skala modern dan minimnya informasi dan pendampingan pengembangan usaha.
Para nelayan, petani budidaya, dan perusahaan saat ini melakukan kegiatan produksi dan operasinya hanya sampai pada tahap pembuatan produk saja atau bisa dikatakan masih berjalan sendiri - sendiri.Â
Padahal seharusnya para nelayan, petani budidaya dan perusahaan tersebut dapat melakukan kegiatan yang mencakup rangkaian proses yang terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir melalui aspek keterkaitan.Â
Hal tersebut dapat dimulai dari perencanaan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan bahan baku, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi/transportasi kepusat distributor, gudang, pedagang kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan proses pembayaran, dan tentunya pada konsumen tingkat akhir. Serangkaian proses tersebut lebih terkait dengan aktivitas pada satu perusahaan dalam memasarkan produknya.Â