Mohon tunggu...
Navika Handini Oktaviana
Navika Handini Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya senang menonton film maupun serial karena bisa memberikan hiburan sekaligus wawasan baru. Melalui tontonan, saya bisa merasakan berbagai emosi, memahami budaya yang berbeda, dan saya suka mendengar musik, mendengarkan musik adalah cara saya melepas penat dan menenangkan pikiran. Setiap alunan lagu mampu membangkitkan suasana hati, menemani aktivitas, dan terkadang juga menjadi sumber motivasi dalam menjalani hari. serta saya senang berkunjung ke tempat-tempat yang berbau alam seperti hutan, pegunungan, atau pantai. Suasana alami memberi ketenangan hati, menghabiskan waktu di alam adalah cara saya mengisi ulang energi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ruang Tenang : Antara Film dan Heningnya Alam

5 Oktober 2025   03:14 Diperbarui: 5 Oktober 2025   03:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hai, aku Navika, seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang suka belajar memahami makna di balik setiap bentuk komunikasi baik lewat kata, gambar, maupun perasaan. Buatku, Hidup itu seperti film panjang yang setiap adegannya punya pesan tersendiri yang baru bisa dimengerti  jika mau diam sejenak dan mendengarkan. 

Aku suka dengerin musik, dan nonton film buat ngilangin penat dari tugas-tugas kuliah. Selain itu , aku juga suka nyari suasana yang berbau alam entah itu duduk di taman, jalan di bawah pepohonan, atau sekedar ngeliatin langit sore yang selalu terlihat indah. 

Sebagai mahasiswa, aku termasuk orang yang gampang ngerasa capek sama keramaian. Kadang dunia terasa terlalu bising, terlalu cepat, dan penuh hal-hal yang bikin pikiran ga tenang. Hidup ditengah tugas kuliah, deadline, dan berbagai hal yang datang bikin aku kewalahan, ada hari-hari dimana semuanya terasa begitu padat, dan aku cuman ingin berhenti sebentar buat ngatur napas. 

Di tengah segala riuh itu, aku sering merasa butuh tempat buat menenangkan diri semacam "ruang tenang" yang bisa ngasuh jeda dari semua hiruk-pikuk. Bagi aku, ruang tenang itu seperti menonton film kesukaan dan juga ke tempat yang berbau alam. 

Kalau dipikir-pikir, film dan alam itu dua dunia yang bertolak belakang. Film penuh ide, cerita, gambar, dan suara yang diciptain manusia, sedangkan alam ada begitu saja tanpa adanya naskah ataupun aturan . Di tempat yang berbau alam itu cuman ada suara angin, gemercik air , suara burung. Tapi dua-duanya sama-sama bisa bikin aku diam, tenang, dan ngerasa hidup. 

Aku suka nonton film, jadi cara aku buat ngasih jeda di tengah rutinitas yang padat. Dari cahaya layar, alur cerita, sampai ekspresi para tokohnya semuanya bisa bikin aku kebawa masuk ke dalam dunia lain. Buat aku, film bukan cuman hiburan atau pelarian dari rutinitas kuliah. Film itu bisa menjadi ruang buat aku ngerasain emosi yang kadang gak bisa aku keluarin di dunia nyata.

Lewat film, aku bisa belajar banyak hal tanpa harus ngalamin semuanya langsung. Ada film yang bikin aku ketawa lepas, ada yang bisa bikin aku nangis diam-diam, dan bisa bikin aku merenung lama setelahnya. Rasanya kayak film itu ngajarin aku sesuatu tanpa harus bilang langsung. Nonton film tuh kayak ngaca ke diri sendiri lewat kaca , sebenernya aku tuh aku gak bener-bener jadi tokohnya, tapi perasaan yang muncul tuh nyata, di situ ruang tenangku mulai tercipta, karena aku tenggelem dalam ceritanya tanpa harus mikirin ributnya diluar sana. 

Kalau film ngajak aku "melihat" kehidupan, alam ngajak aku buat "merasakan" kehidupan itu sendiri, aku suka suasana alam yang tenang. Entah duduk di pinggir pantai,jalan di bawah pohon, atau sekedar mandangin langit sore yang warnanya berubah pelan-pelan yang menjadi indah. Alam gak pernah nuntut aku buat ngomong apa-apa, cuman buat aku ngerasain ketenangan.

Di tengah kesunyian alam, aku ngerasa tenang. Kayak gak perlu pura-pura kuat, gak perlu keliatan sibuk, gak perlu mikir harus jadi apa, gak perlu harus jadi apa, gak perlu menjadi orang lain. Cuma aku, alam, dan perasaan tenang yang susah dijelasin. Suasana di alam tuh kayak ngingetin aku kalau gak apa-apa buat berhenti sebentar, alam itu ngajarin aku buat diam, buat denger, dan buat aku sadar bahwa hidup gak harus cepat, kadang cukup dijalani pelan ikuti alur tapi sadar.

Kadang aku mikir, "bisa gak sih film dan alam berdampingan jadi satu ruang tenang?" ternyata bisa. Film ngasih aku cerita, dan alam ngasih aku waktu buat merenungkan cerita itu. Setelah nonton film yang nyentuh hati, aku sering keluar rumah buat cari udara segar atau duduk di taman. Di situ aku ngerasain makna dari filmnya, tapi dalam versi yang lebih sunyi dan nyata. Sebaliknya, setelah lama di alam, aku sering pingin nonton film mungkin karena pikiranku udah lebih tenang dan siap nerima cerita baru lagi. 

Akhirnya aku sadar, ruang tenang itu bukan cuman tempat, tapi keseimbangan. Film dan alam, meskipun beda banget , ternyata saling melengkapi. Film ngasih warna dan emosi dan alam ngasih keteduhan dan keheningan. Di dalam film ngajarin aku buat peka sama perasaan orang lain, sementara alam ngajarin aku buat peka sama perasaanku sendiri. 

Sebagaimana mahasiswa, kadang aku ngerasa hidup ini terlalu penuh target nilai, tugas, dan rencana masa depan. Tapi lewat film dan alam, aku belajar buat gak terus-terusan nuntut diri sendiri. Aku belajar buat berhenti sebentar, buat menikmati hal-hal kecil yang sering aku lewatkan. Saat aku nonton, aku belajar memahami hidup dari banyaj sudut pandang. Saat aku berada di alam, aku belajar buat mensyukuri hidup yang aku punya. 

Dan di akhirnya, aku sadar ruang tenang sebenernya gak cuman ada di layar film atau bentangan alam. Ruang tenang itu ada di dalam diri kita sendiri. Dari nonton film aku belajar bisa mengenali emosi, kalau dari alam aku belajar buat menerima emosi itu dengan damai. Ketika dua hal ini ketemu, aku ngerasa lebih utuh seimbang antara cerita dan keheningan. 

Mungkin itu alasan kenapa aku selalu menyempatin buat nonton film yang aku suka, jalan ke tempat alam, atau sekedar melihat senja tanpa mikir apa-apa. Karena di momen-momen seperti ini tuh , aku bisa ngebangun ruang tenangku sendiri, ruang dimana aku bisa jadi lebih jujur pada diri sendiri, lebih damai, dan lebih ada motivasi hidup. 

Setelah semua yang aku alami, aku sadar kalau hidup gak melulu soal ngejar sesuatu. Ada kalanya kita perlu berhenti sejenak buat ngatur napas, biar gak kehilangan arah. Dari film dan alam, aku belajar hal yang sama bahwa ketenangan itu gak datang dari kecepatan, tapi dari kesadaran buat menikmati setiap momen yang ada. Dan mungkin, hidup bisa disederhanakan lewat kalimat ini:

"Hidup gak harus cepat, kadang cukup dijalani pelan, didengarkan, dan dirasakan seperti nonton film atau menatap langit sore."

Dari semua hal yang aku temui, aku cuma belajar satu hal bahwa tenang bukan berarti berhenti, tapi tentang berjalan dengan sadar. Dan selama aku masih bisa menatap langit sore atau menikmati film yang aku suka, aku tahu, ruang tenang itu akan selalu ada untuk aku datangi kapan pun. Jadi, kapan pun dunia terasa terlalu bising, aku tahu ke mana harus kembali ke ruang tenangku sendiri, di antara cahaya layar dan lembutnya angin sore. Tempat di mana suara daun yang bergoyang, gemericik air, dan warna langit yang berubah pelan bisa ngingetin aku bahwa hidup gak harus selalu dikejar. Kadang cukup dinikmati, dirasakan, dan disyukuri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun