Mohon tunggu...
NAVID ZILQISTAS
NAVID ZILQISTAS Mohon Tunggu... mahasiswa uin prodi ilmu komunikasi 2024

24107030142

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Krisis Empati di Era Digital: Ketika Kita Asing di Tengah Keramaian Virtual

12 Juni 2025   23:47 Diperbarui: 12 Juni 2025   23:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Overload Informasi
Setiap hari kita disuguhi ratusan berita buruk: perang, bencana, kecelakaan, kasus kekerasan. Awalnya kita kaget dan peduli. Tapi lama-lama, kita kebal. Empati kita tumpul karena terlalu sering "dipaksa" merasakan.

  • Budaya Respons Instan
    Di media sosial, kecepatan lebih dihargai daripada kedalaman. Orang berlomba-lomba menjadi yang pertama berkomentar, kadang tanpa membaca keseluruhan konteks. Akibatnya, empati dikorbankan demi eksistensi.

  • Anonimitas dan Jarak Emosional
    Di balik layar, kita merasa lebih bebas. Kata-kata kasar lebih mudah keluar karena kita tak melihat ekspresi lawan bicara. Tak ada tatapan mata yang mengingatkan bahwa kita sedang menyakiti sesama manusia.

  • Fenomena Komentar dan Cancel Culture
    Banyak orang dengan cepat menghakimi, mem-bully, atau "mencancel" tanpa benar-benar memahami situasi. Empati digantikan oleh amarah massal.

  • Bab 3: Generasi yang Tumbuh Tanpa Pelukan

    Ada satu generasi yang besar dengan interaksi digital sejak kecil---mereka yang kini remaja dan dewasa muda. Mereka belajar mengekspresikan diri lewat emoji, bukan pelukan. Mereka lebih percaya pada Google ketimbang orang tua.

    Dampaknya?

    • Banyak yang merasa kesulitan memahami ekspresi orang lain secara langsung.

    • Tidak terbiasa menangani konflik secara tatap muka.

    • Lebih nyaman curhat lewat teks daripada berbicara langsung.

    Padahal, empati tumbuh dari kontak manusia yang nyata---dari melihat mata yang berkaca-kaca, mendengar suara yang bergetar, atau menggenggam tangan seseorang yang sedang sedih.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun