Mohon tunggu...
NAVID ZILQISTAS
NAVID ZILQISTAS Mohon Tunggu... mahasiswa uin prodi ilmu komunikasi 2024

24107030142

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesepian di Era Digital: Ketika Dunia Ramai, Tapi Hati Sepi

13 Juni 2025   14:29 Diperbarui: 13 Juni 2025   14:29 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di zaman ketika semua orang terhubung melalui layar, kita hidup dalam ilusi kebersamaan. Notifikasi masuk tak berhenti, obrolan grup tak pernah sunyi, dan segala momen dibagikan dalam bentuk foto atau video. Tapi ironisnya, kesepian justru tumbuh subur di balik semua itu.

Duduk sendiri di kamar yang terang-benderang, kita menggulir beranda media sosial --- mencari kedekatan, tapi justru merasa semakin jauh dari semua orang. Kita menyapa ratusan orang lewat emoji, tapi tak tahu kepada siapa harus bercerita saat hati sedang hancur.

Kesepian: Bukan Sekadar Sendiri

Kesepian bukan hanya tentang tidak punya teman. Banyak orang yang dikelilingi keramaian tapi tetap merasa hampa. Ini karena kesepian adalah kondisi emosional, bukan kondisi sosial.

Seorang pekerja kantoran bisa merasa sepi meski kantornya ramai. Seorang ibu rumah tangga bisa merasa sepi meski setiap hari bersama keluarga. Bahkan mereka yang populer dan sering tampil di media sosial pun, tak sedikit yang diam-diam berteman dengan sunyi.

Apa yang salah dengan dunia hari ini?

Hyperconnectivity, Hypoempati

Dunia kini terlalu terhubung secara digital, tapi terlalu jauh secara empati. Kita tahu teman kita sedang di Bali, tapi tak tahu kalau ia baru saja kehilangan seseorang yang dicintai. Kita melihat tawa, tapi tak melihat tangis yang tersembunyi di balik filter.

Media sosial menjual citra, bukan realita. Maka tak heran, kesepian sering datang dari rasa tak mampu "mengejar kebahagiaan" yang dipamerkan orang lain. Padahal, semua orang sedang berjuang --- hanya saja bentuknya berbeda.

Mengapa Kesepian Berbahaya?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengklasifikasikan kesepian kronis sebagai risiko kesehatan serius. Kesepian yang berkepanjangan dapat menyebabkan:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
    Lihat Lyfe Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun