Mohon tunggu...
Naura Zahrani Purti
Naura Zahrani Purti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

A journalist student who like anime and history!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

"Mereka" yang Tidak Menikmati Libur Lebaran bersama Keluarga

17 April 2024   07:24 Diperbarui: 17 April 2024   07:27 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pak Pur, supir taksi yang masih bekerja di hari libur lebaran. Sumber: Dok. Pribadi

Berdasarkan hasil sidang isbat yang ditetapkan oleh Kementerian Agama, 1 Syawal 1445 Hijriah atau Hari Raya idul fitri jatuh pada 10 April 2023. Hal ini dilihat dari posisi hilal pada posisis yang seharusnya (rukyat) dan dipadu dengan menghitung bulan baru secara sistematis juga astronomis (hisab). 

Dalam menyambut hari libur penuh kemenangan ini, tentu akan lebih membahagiakan saat berkumpul bersama keluarga. Bahkan para perantau rela untuk melakukan perjalanan panjang yang jauh dan macet demi bertemu dan menikmati lebaran bersama keluarga besar. Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk semua orang. 

Banyak diantara mereka yang terpaksa mengorbankan libur lebarannya demi keluarga dan tanggung jawab yang diemban, atau menghindari pertanyaan dan ketidaknyamanan dari keluarga besar sekaligus mendapatkan tambahan uang lembur. Walaupun diantara mereka dapat memilih untuk bisa mengambil libur, terdapat skala prioritas yang diutamakan para pekerja dan tulang punggung keluarga ini. 

Edy, kepala keluarga dari 5 orang anak yang tinggal di Ciledug ini terpaksa bekerja saat hari libur lebaran. Engineering di apartemen plaza senayan harus selalu ada dan standby saat dibutuhkan, oleh karena itu Edy harus tetap bekerja walaupun saat hari libur lebaran. Walaupun ada pilihan untuk mengambil libur, uang lembur yang didapat saat bekerja di hari lebaran terbilang lumayan (sepadan dengan kerja yang dilakukan) untuk membantu biaya kuliah kedua anak tertuanya. 

Pihak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja disaat libur lebaran ini meminta pekerjanya yang tidak mudik (dalam kasus ini tinggal dan memiliki keluarga di sekitar Jabodetabek) untuk bekerja guna mencegah kekosongan karyawan di apartemen, terlebih lagi profesi Edy sangat dibutuhkan disaat-saat tertentu. Namun demikian, Edy tetap bisa meluangkan waktu dengan keluarganya saat siang atau malam hari karena ada sistem rolling, dimana setiap pegawai mendapatkan jam kerja yang berbeda agar lebih efisien. 

Walaupun begitu, pihak perusahaan memprioritaskan para pekerja dari luar daerah (luar Jabodetabek) untuk mengambil libur atau mudik ke kampung halaman. Dengan adanya sistem rolling, Edy dapat mengambil hari libur di luar libur nasional, dan dapat digantikan dengan pekerja lain yang mengambil libur lebaran saat itu. 

Sedih yang dirasakan Edy karena tidak dapat berkumpul bersama keluarga di hari kemenangan terbayar dengan kesejahteraan keluarganya yang sehat selalu dan terus tercukupi tanpa adanya kekurangan. Selain itu kewajiban yang harus ia emban terhadap perusahaannya juga menjadi alasan utama mengapa Edy memilih untuk bekerja saat hari libur lebaran. 

"Momen lebaran itu adalah momen saat kita kumpul keluarga, sedangkan kita (saya dan beberapa karyawan lain) malah bekerja, tetapi begitulah kewajiban (sebagai kepala keluarga dan pekerja), mengikuti arahan dari perusahaan." Ujar Edy

Profesi Tak Bergaji

Berbeda dengan Edy yang merupakan pekerja atau karyawan dengan pendapatan gaji, Pak Pur, supir taksi salah satu perusahaan transportasi di Indonesia tidak mendapat pilihan lain selain bekerja saat libur lebaran. Pendapatan yang tidak menentu disesuaikan dengan permintaan konsumen dalam penggunaan transportasi taksi. 

Pria paruh baya berusia 53 tahun asal Cileungsi ini terpaksa jauh dari keluarga saat libur lebaran karena harus membiayai salah satu anaknya yang masih kuliah dan membutuhkan biaya lebih. Walaupun terbantu oleh anak pertamanya, Pak Pur berusaha keras untuk tidak menambahkan beban anak pertamanya. 

"Saat ini tinggal di mess yang disediakan pool, tempat tidur setelah pulang narik (taksi). Seminggu sekali, bapak pulang ke rumah di Cileungsi. Dari rumah ke pool sekitar 15 menit perjalanan kalau lancar, di daerah Cikeas." Ucap Pak Pur

Saat hari lebaran, pihak perusahaan transportasi tersebut menyediakan 'bonus' tambahan bernama BHR atau Bonus Hari Raya yang hanya dapat didapatkan di hari libur lebaran. Persyaratannya pun terbilang cukup mudah, yaitu berdasarkan jumlah berapa hari supir menjalankan taksi. Adanya tanggung jawab dalam menafkahi keluarga, perhitungan BHR, dan ramainya konsumen saat hari raya membuat Pak Pur merasa sayang untuk melewatkan hari 'narik' di libur lebaran. 

Pak Pur menjelaskan tentang sistem pendapatan supir taksi. Sumber: Dok. Pribadi
Pak Pur menjelaskan tentang sistem pendapatan supir taksi. Sumber: Dok. Pribadi

Walaupun terasa sedih harus melewatkan hari kemenangan bersama keluarga, Pak Pur masih menyempatkan untuk sholat Idul Fitri bersama di rumah. Beliau juga harus giat dan rajin mengemudikan taksi, pendapatan bersih yang didapat dibagi menjadi 60%-40%, 60 setoran untuk perusahaan taksi tersebut, dan 40 untuk pengemudi taksi. Dengan perhitungan tersebut jika tidak giat, Pak Pur tidak akan mampu menutup biaya kuliah sang anak. 

Selain itu Pak Pur yang tidak memiliki kampung (keluarga dan orang tuanya masih tinggal di sekitar Jabodetabek) tidak mempunyai beban untuk mudik keluar kota. Bertemu dengan sanak keluarga pun dapat dilakukan pada hari kedua atau ketiga mudik lebaran karena terbilang cukup dekat (dapat diakses dengan kereta komuter).  

Beda Zaman Beda Alasan

Jika Edy dan Pak Pur rela bekerja di hari libur lebaran karena tanggung jawab sebagai pekerja dan demi keluarga, berbeda dengan Jasmine. Seorang Sales Associate di Liquor Shop yang berusia 20 tahun asal Depok ini memiliki alasan yang berbeda dari Edy dan Pak Pur. Karena adanya kesalahpahaman dan pertengkaran oleh salah satu anggota keluarganya membuat Jasmine tidak nyaman saat berkumpul bersama keluarga besar. 

Selesai melaksanakan sholat Idul Fitri, siangnya ia langsung bekerja lembur untuk menjaga toko. Selain mendapat uang lembur tambahan yang lumayan, ia bisa sekaligus menghindari cekcok dengan anggota keluarga lain. Dengan keadaan yang tidak mengharuskannya untuk mudik (karena seluruh keluarganya memutuskan untuk datang ke Depok, tempat tinggalnya. 

Perbedaan zaman dan tanggung jawab yang diemban membuat ketiga narasumber memiliki alasan yang berbeda satu sama lain. Edy dan Pak Pur merupakan tulang punggung keluarga yang bekerja demi keluarga mereka, sedangkan Jasmine sebagai gen Z dan bukan tulang punggung keluarga memanfaatkan keadaan untuk mendapat uang tambahan. Walaupun merasakan kesedihan karena bekerja di hari libur lebaran, mereka masih berusaha untuk meluangkan waktunya kepada keluarga untuk setidaknya merayakan 'kemenangan' bersama-sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun