Mohon tunggu...
Naura Syafiqa Atthaliyah
Naura Syafiqa Atthaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengenalan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar pada Anak Usia Dini

25 Juni 2022   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2022   14:04 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://raisingchildren.net.au/

                                                                                  

Bahasa Indonesia adalah bahasa kenegaraan resmi negara Indonesia dengan jumlah penutur sebanyak 260 juta. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memiliki arti bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu dan komunikasi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa komunikasi tingkat nasional, bahasa media massa, serta bahasa pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kemendikbudristek, 2017). 

Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa Melayu namun terdapat proses yang membedakan Bahasa Indonesia saat ini dengan bahasa-bahasa Melayu lainnya. Bahasa Indonesia terus berkembang dan menciptakan beragam kosakata baru. Sehari-hari, penutur Bahasa Indonesia sering menggabungkan dengan dialek lain ataupun bahasa ibunya. Meski begitu, dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Anak usia dini merujuk pada anak-anak yang berusia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Sedangkan menurut pakar pendidikan anak, anak usia dini berada pada rentang 0-8 tahun. Menurut Mansur (2005: 88), anak usia dini sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang spesial. Pada masa ini juga dikenal istilah golden age atau masa emas dimana pertumbuhan dan perkembangan pesat yang sedang dialami anak tidak akan bisa tergantikan di masa depan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, dibutuhkan stimulasi yang tepat. 

Menurut Lenneberg, perkembangan bahasa anak usia dini sesuai dengan jadwal biologisnya (Eni Zubaidah, 2003: 13). Sehingga tidak heran jika anak pada umur tertentu sudah mampu berbicara, sedangkan anak lain pada usia yang sama, belum mampu berbicara. Perkembangan bahasa sangat ditentukan oleh lingkungan anak, bukan pada umurnya. Melalui beragam interaksi sosial dengan orang dewasa, bahasa anak akan timbul dan berkembang dengan sendirinya (Kartono, 1995: 127).  

Bahasa memiliki peranan tersendiri bagi anak usia dini yaitu sebagai wadah berpikir, wadah mendengarkan, wadah berbicara, dan wadah untuk dapat menulis dan membaca (Suhartono, 2005: 13-14). Kemampuan bahasa berhubungan kuat dengan kemampuan kognitif anak, meskipun bahasa dan kognitif merupakan dua aspek yang berbeda (Mansur, 2005: 36). Seiring dengan perkembangan kognitif anak, bahasa merupakan perwujudan dari ungkapan pikiran. Setiap anak akan menunjukkan perangai tertentu dan pada usia tertentu dalam hal perkembangan bahasa. Anak usia dini memiliki empat perkembangan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, serta menulis. Keempatnya harus dilaksanakan dengan seimbang untuk mencapai hasil yang optimal. 

Keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. Keterampilan berbahasa reseptif merupakan keterampilan bahasa yang diterapkan untuk memahami sesuatu melalui lisan dan tulisan. Yang termasuk bahasa reseptif yaitu kegiatan menyimak dan membaca. Sedangkan keterampilan berbahasa produktif merupakan keterampilan bahasa yang diterapkan untuk mengekspresikan informasi secara lisan maupun tertulis. Yang termasuk bahasa produktif yaitu kegiatan berbicara dan menulis. 

Pada nantinya, bahasa akan menjadi sarana bagi anak tersebut untuk menorehkan keinginan dan pendapatnya. Diketahui bahwa anak-anak berusia 5-6 tahun dapat berbicara dengan struktur kalimat yang lebih membingungkan berbelit-belit dan anak-anak suka menggunakan bahasa untuk berbagi pikiran, pengalaman, informasi dan apa yang dia pikirkan kepada orang lain. Menurut Prof. Dr. Benny Hoedoro, ahli bahasa dari Universitas Indonesia, Bahasa Indonesia dibutuhkan sebagai alat komunikasi pada tingkatan nasional. Hal ini dikarenakan Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang resmi bagi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia juga mewujudkan identitas bangsa yang mempersatukan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia harus diajarkan pada anak usia dini secepat mungkin. 

Hal ini bukan berarti anak tidak perlu diasah kemampuan berbahasa asingnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebaliknya, anak akan lebih cepat menguasai bahasa-bahasa asing jika diperkenalkan dengan bahasa ibunya terlebih dahulu sedini mungkin. Semakin anak menguasai banyak bahasa, maka semakin menandakan bahwa anak memiliki kecerdasan yang diatas rata-rata. Apabila bahasa anak semakin berkembang, terutama Bahasa Indonesia, maka semakin memudahkan anak dalam menyampaikan keinginannya pada orang lain. Itulah pentingnya pengenalan bahasa Indonesia pada anak usia dini agar mereka mampu berkomunikasi dengan lancar. 

Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan keterampilan bahasa anak usia dini terutama dengan berinteraksi secara rutin. Contoh sederhananya adalah dengan membacakan cerita dan menyanyikan lagu ataupun aktivitas-aktivitas lain yang dapat mendorong anak untuk meningat setiap kata. Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk menstimulasi keterampilan bahasa Indonesia pada anak usia dini. 

1) Mengunjungi Perpustakaan 

Berkunjung ke perpustakaan dapat meningkatkan minat anak untuk membaca buku. Selain itu, orang tua juga dapat membacakan buku-buku menarik seperti dongeng ataupun sajak agar anak tertarik berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Membaca bersama-sama diketahui dapat mendorong anak untuk lebih bisa mengekspresikan ide, perasaan, dan pikiran mereka secara verbal. 

2) Liburan Dalam Negeri 

Melakukan liburan dalam negeri selain mengenalkan dan mengajarkan anak untuk menghargai nilai budaya dan bahasa bangsa, juga dapat memperlancar kemampuan komunikasi anak. Tentu dengan mengajaknya berinteraksi dengan warga lokal dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

3) Melakukan Gestur Saat Berbicara Pada Anak 

Komunikasi non-verbal terbukti sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa anak usia dini. Sehingga jangan ragu untuk menunjukkan gestur tubuh saat mengajari mereka kosakata baru. Gerakan-gerakan seperti bergoyang dan melambai nampak sederhana dan sepele untuk dilakukan, namun hal ini justru membantu menstimulasi perkembangan bahasa Indonesia pada anak usia dini. 

4) Sering Mengajak Anak Berbicara 

Semakin sering berinteraksi secara verbal dengan anak akan menstimulasi perkembangan bahasa mereka. Usahakan untuk tidak pernah berbicara kepada mereka dalam baby talk. Berbicaralah kepada mereka dengan menggunakan kata-kata yang sederhana dan jelas dan selalu mengulangi kata yang sama hingga sekitar 4 kali dalam rentang waktu satu atau detik agar mereka dapat mengingat kata tersebut dan tentunya memahami pesan yang ingin kita sampaikan. 

Perlu diingat bahwa tempat anak mengenali Bahasa Indonesia pertama kali sebelum berlanjut ke Taman Kanak-Kanak adalah lingkungan keluarga. Sehingga orang tua dituntut untuk mendidik anak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, benar, dan sopan dengan selalu berbicara dalam kata-kata yang baik dan sopan pula. Hal ini dikarenakan anak usia dini mudah meniru apa yang orang terdekatnya katakan sehingga jika tidak segera dididik dan dikenalkan pada penggunaan Bahasa Indonesia yang baik, benar, dan sopan dikhawatirkan dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan mengganggu perkembangan bahasa anak. 

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah juga selayaknya dilakukan dengan aktif untuk mencapai suatu komunikasi verbal antara pengajar dengan peserta didik maupun antara sesama peserta didik. Selain itu, untuk mencapai proses pembelajaran efektif, diperlukan inovasi kreatif agar peserta didik tidak jenuh dan selalu semangat mengikuti dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun