Perkembangan teknologi robotik dalam dunia medis membuka peluang baru untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Salah satu inovasi terkini adalah penggunaan robot drug delivery atau robot pengantar obat yang mampu menargetkan area spesifik dalam tubuh dengan presisi tinggi. Di Indonesia, teknologi ini berpotensi mengatasi masalah ketidakmerataan layanan kesehatan dan meningkatkan akurasi terapi obat . Namun, implementasinya tidak lepas dari tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, biaya tinggi, dan kesiapan regulasi. Artikel ini menganalisis peluang dan tantangan penerapan robot drug delivery di Indonesia serta rekomendasi untuk mempercepat adopsinya. Â
Peluang Implementasi Robot Drug Delivery di Indonesia
Robot drug delivery menawarkan solusi inovatif untuk masalah distribusi obat konvensional. Teknologi ini memungkinkan pengiriman obat langsung ke jaringan target, seperti tumor atau organ yang rusak, sehingga mengurangi efek samping pada jaringan sehat . Contohnya, robot berukuran butiran beras yang dikembangkan di Nanyang Technological University (NTU) mampu membawa empat jenis obat dan melepaskannya secara terkendali menggunakan medan magnet . Di Indonesia, teknologi semacam ini dapat dimanfaatkan untuk terapi kanker, tuberkulosis, dan penyakit kronis lainnya yang membutuhkan presisi tinggi. Â
Selain itu, robot drug delivery dapat mendukung pemerataan layanan kesehatan di daerah terpencil. Dengan bantuan telemedicine, dokter dapat mengontrol robot dari jarak jauh untuk memberikan terapi tepat sasaran tanpa pasien harus melakukan perjalanan jauh . Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan akses kesehatan melalui digitalisasi, seperti yang terlihat dalam operasi telerobotik urologi antara Bali dan Jakarta . Â
Tantangan Implementasi di Indonesia
Meski menjanjikan, adopsi robot drug delivery di Indonesia menghadapi beberapa kendala. Pertama, biaya pengembangan dan implementasi teknologi ini sangat tinggi. Sebagai perbandingan, alat bedah robotik seperti "da vinci" bisa mencapai USD5 juta, sementara robot mikro untuk pengiriman obat membutuhkan investasi besar dalam riset dan produksi . Kedua, infrastruktur pendukung, seperti jaringan internet 5G dan fasilitas medis canggih, belum merata di seluruh Indonesia. Tanpa koneksi stabil, kontrol robot dari jarak jauh menjadi tidak optimal . Â
Tantangan lain adalah regulasi dan keamanan pasien. BPOM sebagai regulator perlu menyusun standar khusus untuk memastikan keamanan dan efektivitas robot drug delivery . Selain itu, edukasi tenaga medis dan masyarakat tentang manfaat dan risiko teknologi ini juga diperlukan untuk meningkatkan penerimaan. Â
Saran Untuk Akselarasi ImplementasiÂ
Untuk mengoptimalkan potensi robot drug delivery, Indonesia perlu memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri. Riset bersama dengan universitas dan perusahaan bioteknologi dapat mengurangi ketergantungan pada teknologi impor. Selain itu, insentif fiskal dan pendanaan riset dari Kemenkes dapat mendorong inovasi lokal . Â
Pemerintah juga harus memprioritaskan penguatan infrastruktur digital, termasuk perluasan jaringan 5G dan pelatihan SDM medis dalam pengoperasian robotik. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat memanfaatkan robot drug delivery untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan secara merata. Â
Daftar Pustaka
[1] Sandle, T. (2024). 5 Areas of Drug Delivery Innovation To Watch In 2025. Drug Delivery Leader. https://www.drugdeliveryleader.com/doc/areas-of-drug-delivery-innovation-to-watch-in-2025-0001
[2] Gupta, S. (2024). Magnet-Guided grain-sized robot created for noninsaive, multi-drug delivery. Interesting Engineering.https://interestingengineering.com/innovation/grain-sized-robot-noninvasive-drug-delivery
[3] Wisnubroto, K. (2024). Babak Baru Bedah Urologi di Indonesia. Indonesia.go.id. https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8595/babak-baru-bedah-urologi-di-indonesia?lang=1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI