Mohon tunggu...
Naufal Adhitya
Naufal Adhitya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Surungan, Cerita Lain di Balik Budaya Minum dengan Ngemil

8 November 2017   18:47 Diperbarui: 8 November 2017   19:34 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mentormate.com

Minum kopi paling pas jika ditemani rokok, kalimat tersebut mungkin sudah lazim ditelinga orang perokok ditambah dengan kalimat persuasif propaganda oreo bersama segelas susu beserta atraksinya sebelum menikmati menambah ingatan kita tentang biskuit legend tersebut. Budaya minum dengan ngemil memang sudah menjadi suatu kewajiban di kala waktu senggang dan kegiatan kurang kerjaan yg akan dan terus booming tentunya yaitu nongkrong, bahkan setiap acara pada umumnya di indonesia seperti mewajibkan jika ada tamu berkunjung harus di suguhi minuman dan cemilan untuk menambah hangat suasana. 

Nah, diantara budaya yg menjalar turun menurun tentunya sudah menjadi suatu hal yg lazim jika terdapat polemik di dalamnya. Dari polemik tentang etika, budaya, hingga kesehatan saling melengkapi, dikatakan banyak orang jika minum ditemani cemilan membuat orang menganggur dan hanya ingin bersantai-santai hingga para bidadari di dunia menyebut kegiatan tersebut sebagai dosa besar karena mengakibatkan gemuk, tetapi masihkah mereka melakukan kegiatan pemicu kemalasan beserta dosa besar tersebut? 

Ya tentu saja masih, bukan sekedar omong belaka tetapi juga fakta jika budaya tersebut seperti mengakibatkan efek candu di setiap sela-sela waktu juga saat temu kangen dengan sahabat, bahkan saat beban skripsi di pundak mahasiswa abadi hal tersebut tetap dilakukan. Memang dosa besar hanya berlaku untuk para bidadari dunia untuk kegiatan tersebut tapi semua orang setuju jika ngopi ditemani rokok, oreo dengan susu, atau roma dengan segelas teh sebuah kenikmatan penambah kehangatan dengan adanya minuman ditambah berupa cemilan menambah pantat ingin berlama-lama diatas kursi maupun tikar. 

Tetapi adakah dosa besar selain itu? Ya tentu saja sangat jelas ada, tetapi  bukanlah tentang dosa besar batu epic Malin Kundang terhadap ibunya atau dosa kids jaman now yg suka kumpul kebo tetapi dosa diantara polemik minuman dengan cemilan, yaitu minuman keras beserta cemilannya(disebut surungan). Benar saja jika HAM diciptakan agar manusia dapat menjalankan kegiatan mereka dengan kebebasan yang tentu saja diborgol rantai tanggung jawab yg ditanggung masing masing insan yang melakukan, minum miras contohnya mungkin orang korban ketidakarifan acara televisi sebut saja sinetron akan menganggap hal yg terdoktrin dikepala mereka dengan cemilan seperti kacang dan rokok, tetapi persepsi bagaimanakah yang akan tercuat dari pikiran mereka jika minum miras dengan daging asu/celeng? Mungkin sebagian orang bernorma menganggap hal tersebut sudah gila, tetapi bagi para musafir beban pikiran yang ingin sejenak melangkah ke dunia imajinasi dengan budget yg minim mungkin menjadi hal yang lumrah. 

Menurut sebagian para penikmat air surga kurang afdol jika minum tanpa ditemani daging asu/celeng, disebutkan bahwa dengan teman daging seperti itu tubuh mereka akan terasa hangat bahkan dipercaya menambah efek terbang lebih lama hingga stamina. Terkejut? Ya tentunya, saya juga tidak habis pikir doktrin seperti apa yg membuat mereka mau mengkonsumsi daging yang notabene jelas-jelas menurut sisi kesehatan merupakan daging berdosa besar. Dari yang dianggap menularkan virus rabies hingga dengan kumpulan cacing-cacing pitanya yang menggerogoti tubuh pengkonsumsi dianggap penambah stamina? 

Mungkin itu adalah trik DEWA MLM penjual miras yang disebutkan bahwa mereka juga menjual beserta paket surungan untuk menambah keuntungan mereka, tetapi dalam kenyataan justru merugikan para musafir imajinasi berbudget minim, ditilik dari sisi kesehatan mereka sangatlah rugi, kita tahu bahwa tidak ada dan tidak akan pernah ada dokter bahkan profesor yang menyebut miras mempunyai efek positif, ditambah dengan daging berdosa besar tersebut tentunya menambah daftar dosa besar melebihi dosa bidadari dunia yg sedang tongkrong :D Bahkan paling mengejutkan baru baru ini di daerah saya terdengar kabar sekumpulan remaja tewas setelah melakukan dosa besar yaitu miras!! 

Mengutip informasi dari seorang ibu-ibu penjual rokok yang saya tanyai perihal kejadian tersebut, beliau mengatakan bahwasanya remaja-remaja naas tersebut mengonsumsi miras bukan lagi tentang ditemani daging asu/celeng tetapi daging kambing mentah yang di beri kecap, kemudian pada pagi harinya para korban pusing hingga muntah-muntah, banyak orang menyayangkan kejadian tersebut juga tidak habis pikir terhadap apa yang dilakukan para remaja naas tersebut. Dirunut dari kesehatan tentunya dari sisi kandungan daging kambing, hal tersebut dapat dijelaskan, menurut penuturan Hendi Permana - necturajuice.com, bahwasanya daging kambing dapat menimbulkan pusing dikarenakan mengandung zat tyramin serta zat besinya yang tinggi. 

Zat besi dalam porsi tertentu memang dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi protein hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen ke darah. Akan tetapi, bila zat besi yang dikonsumsi berlebihan maka akan menjadi boomerang bagi kesehatan tubuh. Kelebihan zat besi bisa menjadi racun yang dapat memicu pusing dan sakit kepala. Selain itu, penderita yang mengalami keracunan zat besi ini akan mengalami gejala seperti mual, pusing, sakit kepala, nafas pendek dan tubuh lemah. Juga sama halnya dengan miras yang dikonsumsi pelaku, menurut penuturan Jeffry Laseduw - www.tribunnews.com, kandungan alkohol dalam miras memiliki kemampuan untuk mengganggu sistem saraf simpatik yang berfungsi untuk mengatur pengecilan serta pelebaran pembuluh darah sebagai reaksi dari tubuh kita terhadap perubahan suhu, stress maupun dalam penggunaan tenaga. Mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah berlebihan serta dalam waktu yang lama akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang nantinya akan menyebabkan gangguan kesehatan lainnya.

Menurut dari kedua sumber tersebut dapat ditarik opini bahwa kerja hati menjadi semakin berat dalam menetralkan racun baik dari miras ditambah daging kambing tersebut yang tentunya dengan hipertensi yang mereka alami menjadi 2x lipat didapat dari miras+daging kambing menambah beban kerja hati semakin berat yang tentunya berdampak pada terganggunya kerja  sistem pencernaan hingga pernafasan yang mengakibatkan mereka tewas.

Sejenak yang difikiran saya teringat bahwa saat itu adalah saat idul adha dan memanglah benar kalau daging tersebut dari jatah pembagian kurban, tetapi bukankah para panitia zakat membagikan daging tersebut berharap dapat membawa hal yang baik berupa pahala bukan dosa besar berupa bencana? Dibenak kita mungkin sebagian menggeleng-gelengkan kepala terhadap kelakuan para musafir imajinasi ini, dari yang dianggap kelewatan batas, gila, keterlaluan, ya mungkin itu kalimat dari orang bernorma, tetapi bagi sesama musafir imajinasi hal tersebut merupakan suatu pelajaran untuk kedepannya dalam memilih teman minum miras atau mungkin memasak dahulu daging kambingnya sebelum diberi kecap :D 

Dari semua hal tersebut memunculkan tanda tanya yang tentu saja hal tersebut tidak lepas dari berbagai polemik budaya hingga info kesehatan ngawur yang mengakibatkan tewasnya para musafir tersebut, dari hal tersebut siapa yang patut disalahkan? Para musafir imajinasi budget minim dengan kreativitas nya dalam mengolah daging kambing? Atau panitia zakat yang memberi daging tanpa memberi resep pengolahan yang benar? Atau penjual miras dengan trik DEWA MLM nya yang memberi info kesehatan ngawur? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun