Tidak mengejutkan apabila sistem pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, termasuk Israel. Menurut penilaian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Israel termasuk salah satu negara paling berpendidikan di dunia. Bukan tanpa sebab, berdasarkan data dari OECD, 47% dari total penduduk Israel yang berusia di atas 25 tahun memiliki gelar minimal pascasarjana. Artinya, lebih dari setengah penduduk usia dewasa di Israel setidaknya pernah melanjutkan studi ke jenjang sarjana. Angka presentase tersebut membuat Israel memiliki posisi yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain yang juga terkenal akan kemajuan sistem pendidikannya seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Angka jumlah penduduk dengan pendidikan tinggi yang impresif di Israel tidak lain karena kualitas perguruan tinggi Israel yang mumpuni. Contoh-contoh perguruan tinggi teratas di Israel seperti Universitas Ibrani Yerusalem, Universitas Tel Aviv, dan Institut Teknologi Israel, semuanya merupakan perguruan tinggi dengan persaingan tingkat global.
Faktor lain yang mendorong kemajuan sistem pendidikan Israel adalah adanya peningkatan pada mutu dan kualitas tenaga pendidik mulai dari tenaga pendidik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Israel, upah tenaga pendidik Israel mengalami kenaikan sebanyak 54% sejak 2005 sampai sekarang dan diperkirakan akan terus naik di masa depan. Dengan meningkatkan kesejahteraan hidup tenaga pendidik, maka yang terjadi selanjutnya adalah peningkatan mutu dan kualitas generasi masa depan Israel terutama pada sifat intelektual.
Demografi penduduk
Aspek lain yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang seringkali diabaikan, namun tidak kalah pentingnya dengan aspek lain adalah demografi. Kaitan kondisi demografi penduduk dengan kualitas sumber daya manusia adalah ketersediaan jumlah tenaga kerja yang dapat digunakan oleh negara dalam melaksanakan kegiatan perekonomian. Apabila suatu negara memiliki kualitas tenaga kerja yang tinggi tetapi jumlahnya tidak cukup, maka tetap saja kegiatan perekonomian tidak dapat berjalan dengan baik.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat potensi ketersediaan tenaga kerja yang cukup pada suatu negara adalah meninjaunya dari populasi keseluruhan. Ketika berbicara tentang populasi suatu negara, sebaiknya tidak hanya ditinjau dari ukuran besar kecilnya, tetapi juga mempertimbangkan seperti apa kondisi dalam populasi tersebut. Contoh nyata terbaik yang sekiranya dapat dijelaskan, misalnya suatu kesalahpahaman apabila menganggap potensi ketersediaan tenaga kerja yang dimiliki oleh Jepang dan Mesir sama berdasarkan populasi kedua negara yang sama-sama berjumlah 100 juta penduduk. Angka populasi tersebut tidak menunjukkan jumlah penduduk di usia kelompok tertentu serta latar belakang mereka. Oleh karena itu, potensi ketersediaan tenaga kerja dalam suatu negara tidak dapat ditentukan jika hanya melihat dari angka jumlah populasi saja.


Di balik persamaan angka populasi Mesir dan Jepang, terdapat perbedaan jumlah dari segi persebaran kelompok usia. Berdasarkan data dari Population Pyramid tahun 2022, piramida populasi Mesir menunjukkan pertumbuhan yang tidak merata di mana kelompok usia 5-19 tahun atau kelompok usia muda adalah kelompok usia dengan jumlah populasi tertinggi dibanding kelompok usia lainnya. Kemudian kelompok usia dengan jumlah terendah terdapat pada kelompok usia lanjut atau kelompok usia pensiun yang sudah tidak memberikan kontribusi apapun untuk negara. Maka dari itu, angka kelahiran jauh lebih tinggi daripada angka kematian sehingga Mesir menghasilkan banyak bakal calon yang akan menjadi pekerja dengan cepat diiringi dengan pertambahan usia pensiun yang lambat. Dengan demikian, akan terdapat penumpukan tenaga kerja yang parah di masa depan sehingga terjadi ketimpangan jumlah tenaga kerja di setiap sektor. Sedangkan, populasi piramida Jepang juga menunjukan komposisi kelompok usia yang tidak merata di mana kelompok usia muda jauh lebih sedikit dibanding kelompok usia tua. Dengan kata lain, Jepang mengalami penurunan angka kelahiran yang masif serta angka kematian yang tinggi. Maka dari itu, di masa depan Jepang diperkirakan secara cepat atau lambat akan terjatuh karena jumlah masyarakat yang berperan sebagai tenaga kerja tidak akan mencukupi untuk menggerakan perekonomian negara secara maksimal. Ditambah lagi dengan tingginya jumlah masyarakat golongan usia tua yang tidak memberikan kontribusi apapun untuk negara membuat masyarakat pekerja sibuk merawat mereka sehingga semakin mengurangi persediaan tenaga kerja. Dengan demikian, Mesir dan Jepang memiliki masa depan yang mengkhawatirkan bagi keberlangsungan perekonomian negara karena adanya ketidakmerataan komposisi kelompok usia dalam populasi yang mempengaruhi ketersediaan tenaga kerja.
                                                   Â
Selanjutnya, berkenaan dengan potensi ketersediaan tenaga kerja di Israel. Berdasarkan data dari Pyramid Population tahun 2022, piramida populasi Israel tidak menunjukkan pertumbuhan populasi yang begitu mencolok. Â Â Â Namun tetap bertumbuh secara stabil dengan komposisi kelompok usia yang merata. Maka dari itu, Israel memiliki jumlah tenaga kerja yang ideal dan cukup untuk menggerakkan perekonomian negara di masa depan. Selain itu, akan kecil kemungkinan terjadi ketidakmerataan dalam persebaran tenaga kerja pada setiap sektor yang menggerakan perekonomian negara. Dengan adanya tenaga kerja yang merata, maka setiap sektor tersebut mampu bersinergi secara maksimal sehingga saling memberikan keuntungan satu sama lain, termasuk sektor sains dan teknologi.