Mohon tunggu...
Nathania Ega Descika
Nathania Ega Descika Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Antara Suka Dipuji dan Gangguan Kepribadian: Mengungkap NPD

12 Oktober 2025   13:05 Diperbarui: 12 Oktober 2025   13:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumen Penulis)

Pernahkah kamu bertemu orang yang haus pujian, tak suka dikritik, dan merasa dirinya paling hebat?

Kemajuan teknologi yang begitu cepat telah menjadikan fungsi dan manfaatnya mudah dijangkau oleh setiap orang, dimanapun mereka berada. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ini, media sosial kini dapat diakses dan dikuasai oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Perkembangan media sosial mendorong berbagai kalangan masyarakat untuk menunjukkan perilaku narsistik. Ini terlihat dari berbagai unggahan video, foto, dan tulisan di berbagai platform. Penelitian oleh Galih et al. (2019) mendukung temuan ini, bahwa banyak orang dari berbagai golongan gemar memamerkan perilaku narsis dengan memposting berbagai hal di media sosial untuk menarik perhatian orang lain. Namun jika berlebihan bukannya dapat membangkitkan rasa bangga justru dapat memicu kecenderungan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Konsep narsisme pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Ia mendefinisikan individu dengan kecenderungan narsistik sebagai mereka yang menganggap dirinya penting dan pantas mendapatkan perhatian lebih (Sirait & Syarqawi, 2024).

Selama beberapa dekade terakhir, narsisme telah menjadi topik penting yang banyak dibahas oleh para ahli psikologi. Narsisme tidak lagi dilihat sebagai gangguan kepribadian, tetapi juga sebagai bagian dari budaya populer dan media sosial. Penggunaan media sosial dapat memperkuat perilaku narsisme karena platform ini menyediakan cara yang efektif dan mudah untuk mempromosikan diri, mendapatkan pengakuan dari orang lain, serta memamerkan kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat memperburuk perilaku narsisme, yang pada akhirnya akan menyulitkan seseorang untuk memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain (Fernanda, 2024).

Faktor Penyebab Munculnya Kepribadian Narsistik

Kepribadian narsistik bisa muncul karena berbagai hal, terutama yang terjadi di masa lalu. Menurut para ahli seperti Kohut dan Kernberg, ada beberapa penyebab utama yang berakar dari pengalaman masa kecil.

1. Kegagalan Empati dari Orang Tua

Salah satu faktor paling penting adalah kurangnya empati dari orang tua. Kohut (1971) berpendapat bahwa gangguan kepribadian narsistik bisa terjadi karena anak gagal mencontoh empati dari orang tua, terutama di masa-masa awal perkembangannya. Akibatnya, saat dewasa, ia kesulitan menemukan sosok ideal yang bisa memenuhi kebutuhan empatinya.

Menurut teori psikodinamik, seseorang akan terhindar dari gangguan ini jika ia bisa melewati setiap fase perkembangan anak secara normal. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting untuk membantu anak membangun rasa percaya diri dan harga diri yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun