Mohon tunggu...
Nathan Bulang
Nathan Bulang Mohon Tunggu... Petani - Perang Kefanaan

Pengembara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[9th Kompasiana] Angan dan Kenangan sebagai Kompasianer

16 November 2017   22:27 Diperbarui: 17 November 2017   06:31 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi; Rekan seperjuangan

Hari ini saya menerima chatt WA dari seorang teman. Ketika saya buka ternyata berisi foto dengan judul "antara saya dan kompasiana", dibawahnya disertai dengan linknya. Yah, seperti biasa teman saya ini sering membagikan link artikel yang biasa ia tulis di kompasiana. Ketika saya klik linknya, ternyata ia mengulas seputar kenangannya selama ia menyandang gelar kebanggaan saya dan juga teman-teman yang aktif di kompasiana, yaitu seorang 'KOMPASIANER'.

Setelah saya baca, saya sempat memberikan rating dan menyisipkan sebuah komentar. Tiba-tiba saja saya menjadi kepo terhadap diri saya sendiri, kira-kira apa sih kenangan saya di kompasiana ? Sayakan baru 2 minggu saja jadi seorang 'kompasianer'. Pangkat saja juga baru 'debutan', maklumlah saya tidak seperti kompasianer lainnya yang mahir soal dunia menulis. Walaupun saya baru seumur jagung di kompasiana, saya bersikeras harus menuliskan sebuah artikel mengulas soal kenangan selama di kompasiana.

Yah, jujur saja saya termotivasi jadi kompasianer dari si teman yang mengirimkan link artikelnya tadi, meski secara tidak langsung ia mengajakku bergabung. Hal ini yang 'mengharuskan' saya menulis beberapa kenangan singkat saya dikompasiana sebagai ungkapan terima kasih kepada beliau juga sebagai hadiah terindah buat kompasiana yang sudah menjadikan saya sebagai 'keluarganya' sekaligus menuntun pikiran dan skill menulis saya kearah lebih baik.

Ketika saya memutar kembali memori saya soal kompasiana, saya menemukan beberapa kenangan yang masih terukir cantik pada singasana memori. Teringat Kala itu, istilah 'kompasianer' pertama saya dengar ketika saya bersama aktivis Senat Mahasiswa di kampus saya berdiskusi di sekretariat Senat.

"Nya biasa tulis di kompasiana kan'e. Dia kompasianer aktif" kata salah seorang rekan dalam logat Kupangnya kepada kawan kami yang kebetulan mahasiswa Filsafat di kampus saya. Kawan yang saya maksudkan ini adalah si pengirim link artikel kompasiana tadi. Yah, begitulah dia, setiap artikelnya terbit dia akan selalu bagikan ke saya, dan saya pun menjadi pembaca setianya. Nilai tambah yang saya dapatkan dari kebiasaannya ini adalah setiap ia membagikan link artikelnya itu mengingatkan untuk terus mengasah kemampuan menulis. Ini akan menjadi 'alarm' saya ketika mulai lengah dengan kerjaan seorang kompasianer.

Seiring berjalannya waktu, disela kesibukan kami pada kuliah, sebagai aktivitis Senat Mahasiswa kami sering bertemu dan berdiskusi. Kamipun membuat sebuah forum ilmiah yang sifatnya independen dan kami beri nama 'Cermin Retak', untuk makna filosofi forum ini silahkan baca disini. Forum ini bertujuan mendiskusikan secara ilmiah isu-isu aktual di Indonesia yang ditinjau dari berbagai perspektif disiplin ilmu sesuai studi kami

Dari sinilah saya mulai mengukir kenangan manis bersama kompasiana. Pada 5 november 2017 lalu atau 2 minggu yang lalu kali pertama saya terbitkan artikel di kompasiana.com. Sebetulnya artikel ini saya sudah tulis 3 hari sebelumnya, sebagai hasil diskusi ilmiah kami di forum cermin retak pada 2 november. Artikel saya disambut baik oleh kompasianer dengan viewer 260 orang. 

Silahkan baca artikel perdana saya tentang "Waspada Hoaks"

Saya sangat senang karena pertama kalinya artikel saya tayang dan permualaan menjadi seorang kompasianer. Pasalnya sejak 3 hari saya tulis arikel hasil diskusi kami, saya berjuang 'hidup dan mati' untuk mendaftar menjadi seorang kompasianer. Setiap malamnya saya tidur larut malam hanya untuk mendaftar di komspasiana.com dan saya tidak pernah berhasil, memang saya akui bergabung di kompasiana sangat susah. Akhirnya saya sangat galau soal ini, melebihi rasa galau ditinggal pacar. Kegalauan saya memuncak pada malam minggu. Biasa teman-teman galau di malam minggu karena cewek, tetapi saya galau karena susahnya jadi kompasianer. 

Malang tak dapat dihadang, untung tak dapat dibendung. Sekitar pukul 4.00 a.m akhirnya saya berhasil daftar dan login ke kompasiana.com. saya langsung bergegas terbitkan artikelnya saya yang sudah 3 hari ditulis dan akhirnya berhasil diterbitkan dan tayang. Tak lupa juga saya membagikan link artikelnya ke media sosial saya termasuk kawan inspirator saya yang memperkenalkan kompasiana ke saya juga yang sering berbagi link artikel.

Si kawan saya ini menyambut tulisan perdana ini dan ia sempat mengucapkan selamat dan tak lupa juga ia membagikan link artikel saya ke media sosialnya. Inilah saat-saat saya mendapat dorongan untuk terus berkecimpung dalam dunia literasi, dimulai dari hal-hal kecil seperti menulis artikel seperti ini. Hingga saat ini, saya merasa hari-hari akan menjadi terasa hampa bila tanpa berkelana bersama kompasiana dengan berbagai tulisan yang menarik dari kompasianer hebat dan event-event menarik dari kompasiana serta selalu ter-update.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun