Hingga saat ini, masih banyak orang yang menganggap bahwa penggunaan MSG (Monosodium Glutamat) sebagai bahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Namun, apakah penggunaan MSG sebagai bahan aditif makanan memang berbahaya?
Apa itu MSG?
Monosodium Glutamat (MSG), atau lebih dikenal dengan micin, merupakan bahan aditif makanan yang sudah digunakan di berbagai negara sejak berabad-abad silam. MSG memiliki rumus kimia CHNONa. Secara komposisi kimia, Monosodium Glutamat terdiri dari asam glutamat (sekitar 77%), natrium (sekitar 22%), dan sedikit air. MSG memiliki bentuk yang cukup mirip dengan garam dapur (NaCl), dimana MSG berbentuk kristal serbuk kristal putih. MSG mudah larut dalam air dan tidak menghasilkan bau apapun. Fungsi utama dari MSG adalah untuk memperkuat intensitas rasa dan karakteristik rasa pada makanan. Berbagai MSG yang cukup terkenal dan banyak digunakan di Indonesia meliputi Ajinomoto, Sasa, dan Royco.Â
Tanpa kita sadari, MSG sebenarnya banyak digunakan dalam hidangan-hidangan yang kita jumpai sehari-hari mengandung MSG, terutama dalam makanan kemasan, restoran cepat saji, makanan kalengan, serta jajanan pedagang kaki lima. MSG berperan sebagai penyedap rasa, di mana MSG ini akan menambahkan rasa gurih dalam makanan, sehingga makanan terasa lebih lezat untuk kita santap. Belakangan ini, MSG juga lebih terkenal dengan sebutan 'kaldu jamur', meski pada dasarnya tak lain adalah Monosodium Glutamat. MSG juga kerap digunakan sebagai perasa dalam makanan rumah tangga, terutama di negara-negara Asia sebagai konsumen MSG terbesar.
Penggunaan MSG juga terus berkembang dari tahun ke tahun, tampak dari data Ajinomoto, salah satu perusahaan besar MSG, yang menyatakan bahwa penggunaan MSG meningkat dari 1340mg/hari pada tahun 1998 menjadi 1530mg/hari pada tahun 2004. Berdasarkan data Riskesdas 2007, MSG sering dikonsumsi oleh 77,8% penduduk secara keseluruhan. Konsumsi MSG di Indonesia juga cukup tinggi, mencapai 1,53 gram/kapita/hari. Penggunaan MSG di Indonesia menempati posisi ke-2 dari penggunaan MSG di seluruh dunia. Data ini menunjukkan tingginya ketergantungan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan micin sebagai penyedap rasa dalam hidangan.
Bahaya MSG bagi manusia
Pertanyaan yang belum terjawab adalah, apakah MSG berbahaya atau tidak bagi kesehatan manusia? Monosodium Glutamat sebenarnya tidak bahaya jika dikonsumsi dalam kadar yang terbatas. Bahkan, berdasarkan riset, MSG dalam kadar terbatas memainkan peranan penting dalam proses kerja fungsi otak, Â termasuk pembentukan dan stabilisasi sinapsis, memori, kognisi, pembelajaran, serta metabolisme sel. Meskipun begitu, konsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan banyak efek samping, yang seringkali disebut sebagai MSG complex symptoms. Food and Drugs Administration (FDA), menyatakan bahwa efek samping tersebut bisa beragam, mulai dari gejala ringan seperti mual, keringat berlebih, sakit kepala, hingga gejala yang lebih berat seperti jantung berdebar, tegang otot, kaku dan kesemutan di wajah dan leher, nyeri dada, hingga kesulitan bernapas. Dalam beberapa kasus, MSG bahkan dapat menyebabkan diabetes dan juga obesitas. Perlu diketahui pula bahwa efek samping tersebut tidak terjadi pada semua konsumen MSG, melainkan hanya terhadap mereka yang sensitif terhadap MSG.
Adapun berbagai cara untuk mengatasi efek samping kelebihan konsumsi MSG, bervariasi berdasarkan gejala dan tingkat intensitas efek samping dari penderita. Beberapa cara tersebut diantaranya yaitu: