Mohon tunggu...
Nataya  Khuria
Nataya Khuria Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (Universitas Airlangga)

Pisces Woman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kota Sidoarjo

1 Desember 2020   23:37 Diperbarui: 1 Desember 2020   23:39 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

5.            Rawapulo  I =  Kawedanan (Distrik) Porong 

Cara pemerintahan di Sidoarjo pada waktu itu sama seperti daerah-daerah lain yaitu masih memakai sentralistis dan hierarchies, dimana wedana di bawah perintah bupati, dan camat di bawah perintah wedana. Jabatan-jabatan itu semuanya diangkat oleh pemerintah. Sementara itu,  jabatan lurah pada waktu itu tidak diangkat oleh pemerintah dikarenakan adanya surat keputusan 1GO Stbl. 1906 No.83 untuk Jawa dan Madura. Isi dari surat keputusan tersebut ialah bahwa desa-desa harus mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka dari itu kepala desa harus dipilih sendiri oleh rakyat desa yang bersangkutan

Setelah RAAT Yjondronegoro I wafat, beliau digantikan oleh RAA Tjondronegoro I. Pada masa pemerintahan bupati RAA Tjondronegoro I ini, di daerah kecamatan Gedangan, tepatnya di desa Keboansikep, terjadi pemberontakan dengan memakai tanda umbul-umbul klaras. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Kiai Hasan Mukmin. Timbulnya pemberontakan itu karena persoalan peraturan persewaan tanah rakyat untuk pabrik gula Sruni, yang sangat merugikan rakyat. Pemberontakan itu disebut Perang Sabilililah. Yang disebut Perang Sabilillah yaitu perang yang mendatangkan banyak korban dari pihak Belanda dan pabrik gula Sruni. Kemudian pemberontakan tersebut akhirnya dapat lekas dipadamkan. 

Sesudah pemberontakan itu, tepatnya di tahun 1906 Tjondronegoro I wafat dan dimakamkan di Pesarean belakang Masjid Jamik. Kemudian yang diangkat sebagai penggantinya adalah RAA Tjondronegoro II (RP Saimun), yang sebelumnya beliau menjadi asisten wedana di Peterongan Jombang. Pada tahun 1924 Tjondronegoro II pensiun dalam masa jabatanya. Setelah itu tidak ada lagi yang menggantikan Tjondronegoro II, sehingga selama dua tahun (1924-1926) kabupaten Sidoarjo mengalami kevakuman kepala pemerintahan.

Kemudian akhirnya di tahun 1926,  RTA Sumodiputro diangkat menjadi bupati. Beberapa tahun kemudian Sumodiputro menderita sakit sehingga roda pemerintahan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Dan pada tahun 1932 beliau pensiun, sejak saat itu kabupaten Sidoarjo mengalami kevakuman lagi karena tidak ada yang memimpin. Namun kevakuman tersebut hanya berlansung satu tahun saja, karena pada tahun 1933 RAA Sujadi diangkat menjadi bupati Sidoarjo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun