Mohon tunggu...
Natasya Siahaan
Natasya Siahaan Mohon Tunggu... Pelajar

Saya memiliki hobi berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Representasi Gender dalam Media Massa dan Dampaknya pada Persepsi Publik

9 Oktober 2025   21:26 Diperbarui: 9 Oktober 2025   21:18 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Representasi Gender dalam Media Massa dan Dampaknya pada Persepsi Publik

Media massa merupakan agen sosialisasi yang sangat berpengaruh dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap berbagai aspek kehidupan, khususnya isu gender. Media memiliki peran ganda: tidak hanya merefleksikan realitas sosial, tetapi juga aktif membentuk norma dan nilai sosial yang memengaruhi perilaku serta persepsi individu. Dalam konteks representasi gender, media massa mencerminkan bagaimana laki-laki dan perempuan dipersepsikan, digambarkan, dan dibedakan dalam ranah sosial. Representasi ini sering kali bersifat stereotipikal, normatif, dan bahkan mendiskriminasi, yang berdampak pada sikap serta persepsi publik.

Artikel ini membahas sifat representasi gender dalam media, peran media dalam membentuk persepsi publik, fungsi sosiologi dalam mengkaji fenomena tersebut, serta menyajikan studi kasus dari Indonesia untuk memberikan gambaran kontekstual yang mendalam.

Sifat Representasi Gender dalam Media Massa

Representasi gender di media massa kerap kali menampilkan stereotip yang berakar kuat dalam konstruksi sosial patriarki. Studi di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, patuh, berfokus pada penampilan, dan berperan dalam ranah domestik seperti ibu rumah tangga atau pengasuh. Sebaliknya, laki-laki digambarkan sebagai figur yang kuat, dominan, berwibawa, dan berperan dalam ranah publik seperti kepemimpinan dan kekuasaan.

Misalnya, analisis pada iklan televisi di Indonesia mengungkap praktik di mana perempuan banyak dijadikan objek yang menonjolkan kecantikan fisik atau fungsi domestik, sekaligus diposisikan dalam kerangka patriarki yang memperkuat ketidaksetaraan gender. Sifat representasi seperti ini tidak hanya memperkuat stereotip gender tetapi juga membentuk norma yang membatasi ruang bagi ekspresi dan peran gender yang beragam.

Sifat stereotip juga berpengaruh dalam pemberitaan yang cenderung menempatkan perempuan sebagai subjek berita dengan peran sekunder, sedangkan laki-laki dominan di posisi narasumber yang dianggap kredibel. Pola ini turut memengaruhi persepsi publik mengenai kapasitas dan peran perempuan di masyarakat.

Peran Media Massa dalam Membangun Persepsi Publik

Media massa memainkan peranan strategis dalam pembentukan opini dan persepsi publik tentang gender. Media tidak hanya menyajikan berita atau hiburan, tetapi juga membentuk narasi dan simbol yang dipakai masyarakat dalam memahami realitas sosial. Di Indonesia, berdasarkan penelitian Tempo Institute, pemberitaan media massa masih menunjukkan bias gender yang sistematis. Narasumber perempuan kerap tidak proporsional dibandingkan laki-laki, dan pemberitaan cenderung mengokohkan nilai-nilai patriarki.

Bias media ini menjadi salah satu penyebab utama terpeliharanya stereotip gender di masyarakat. Media menyiarkan pesan yang menggambarkan perempuan dalam posisi pasif dan domestik, sementara laki-laki aktif di ranah publik dan kekuasaan. Narasi ini menjadi pedoman sosial yang terserap oleh khalayak, menutup ruang bagi peran perempuan yang lebih luas dan setara.

Selain media konvensional, media sosial kini memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi generasi muda. Media sosial memberikan ruang interaksi yang luas dan interaktif, memungkinkan munculnya wacana baru terkait kesetaraan gender. Namun, media sosial juga berpotensi menguatkan stereotip dan memunculkan diskriminasi, terutama melalui algoritme yang mempromosikan konten viral yang sering bersifat provokatif dan bias.

Pengaruh media sosial terhadap persepsi remaja tentang gender sangat kompleks, di satu sisi memberi kesempatan edukasi dan pemberdayaan, di sisi lain terdapat risiko penyebaran misinformation dan stigma terhadap kelompok gender nonbiner dan LGBTQ.

Fungsi Sosiologi dalam Memahami Representasi Gender

Sosiologi memiliki fungsi penting dalam menganalisis, mengkritisi, dan memahami bagaimana representasi gender dalam media massa dibentuk dan dampaknya terhadap struktur sosial. Dengan pendekatan sosiologis, kita dapat menelaah hubungan antara media dengan norma sosial, budaya, dan kekuasaan.

Sosiologi membantu mengidentifikasi bagaimana media mengangkat dan memproduksi nilai-nilai patriarki yang menormalisasi ketidaksetaraan gender dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi sosiologi juga terletak pada kemampuannya mengkritisi praktik komunikasi media yang bias dan mendukung advokasi terhadap media yang lebih inklusif serta representatif.

Dalam konteks Indonesia, sosiologi berperan sebagai alat perubahan sosial dengan mendorong media massa untuk merefleksikan keberagaman gender serta menentang diskriminasi. Hal ini penting agar media tidak hanya menjadi cermin realitas yang ada, tetapi juga fasilitator kemajuan sosial dan kesetaraan.

Studi Kasus di Indonesia

Dalam studi kasus Indonesia, representasi gender di media massa menunjukkan pola-pola yang konsisten dengan stereotip yang memarginalkan perempuan:

  • Iklan Televisi: Penelitian menunjukkan perempuan sering tampil dalam peran domestik dan sebagai objek kecantikan. Mereka digambarkan lebih banyak dalam konteks konsumsi dan perawatan keluarga, sementara laki-laki digambarkan dalam peran pengambil keputusan dan pekerja publik. Pola ini memperkuat konstruksi sosial patriarki dan menyempitkan peran gender.

  • Pemberitaan Media: Laporan Tempo Institute menyatakan bahwa pemberitaan di media masih mengandung bias gender dengan dominasi narasumber laki-laki dan penggambaran perempuan yang terbatas pada isu sosial budaya. Kultur patriarki dalam redaksi turut memengaruhi cara pemberitaan, yang kemudian memperkuat sikap publik yang androcentrik.

  • Media Sosial: Meskipun media sosial memberikan ruang bagi suara perempuan dan kelompok minoritas gender, kehadiran konten yang negatif dan stigma terhadap gender nonbiner serta LGBTQ masih signifikan. Interaksi di media sosial menjadi arena penting untuk dialog kesetaraan, namun juga sarana reproduksi diskriminasi budaya patriarki.

  • Persepsi Remaja: Studi kualitatif mengungkap bahwa remaja terutama di perkotaan mulai menunjukkan kesadaran lebih tinggi terhadap isu kesetaraan gender, dipengaruhi oleh konten media sosial yang membahas gender dan identitas. Namun, perlunya edukasi yang lebih sistematis dan inklusif tetap menjadi kebutuhan.

Kesimpulan

Representasi gender dalam media massa Indonesia umumnya bersifat stereotipikal dan normatif yang memperkuat nilai patriarki dan membatasi peran perempuan dalam berbagai ranah kehidupan. Media massa memainkan peran fundamental sebagai agen sosialisasi dalam membentuk persepsi publik yang bias gender. Fungsi sosiologi sangat penting untuk mengkritisi dan memberikan pemahaman terhadap fenomena ini, serta mendorong perubahan media menjadi lebih adil, inklusif, dan representatif dari keberagaman gender.

Pemahaman kritis dan kesadaran sosial dalam menanggapi representasi gender di media akan membantu masyarakat Indonesia menuju kesetaraan yang lebih nyata. Media yang progresif dan kritis terhadap bias gender akan menjadi instrumen efektif bagi perubahan sosial dan pemberdayaan semua kelompok gender.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun