Representasi Gender dalam Media Massa dan Dampaknya pada Persepsi Publik
Media massa merupakan agen sosialisasi yang sangat berpengaruh dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap berbagai aspek kehidupan, khususnya isu gender. Media memiliki peran ganda: tidak hanya merefleksikan realitas sosial, tetapi juga aktif membentuk norma dan nilai sosial yang memengaruhi perilaku serta persepsi individu. Dalam konteks representasi gender, media massa mencerminkan bagaimana laki-laki dan perempuan dipersepsikan, digambarkan, dan dibedakan dalam ranah sosial. Representasi ini sering kali bersifat stereotipikal, normatif, dan bahkan mendiskriminasi, yang berdampak pada sikap serta persepsi publik.
Artikel ini membahas sifat representasi gender dalam media, peran media dalam membentuk persepsi publik, fungsi sosiologi dalam mengkaji fenomena tersebut, serta menyajikan studi kasus dari Indonesia untuk memberikan gambaran kontekstual yang mendalam.
Sifat Representasi Gender dalam Media Massa
Representasi gender di media massa kerap kali menampilkan stereotip yang berakar kuat dalam konstruksi sosial patriarki. Studi di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, patuh, berfokus pada penampilan, dan berperan dalam ranah domestik seperti ibu rumah tangga atau pengasuh. Sebaliknya, laki-laki digambarkan sebagai figur yang kuat, dominan, berwibawa, dan berperan dalam ranah publik seperti kepemimpinan dan kekuasaan.
Misalnya, analisis pada iklan televisi di Indonesia mengungkap praktik di mana perempuan banyak dijadikan objek yang menonjolkan kecantikan fisik atau fungsi domestik, sekaligus diposisikan dalam kerangka patriarki yang memperkuat ketidaksetaraan gender. Sifat representasi seperti ini tidak hanya memperkuat stereotip gender tetapi juga membentuk norma yang membatasi ruang bagi ekspresi dan peran gender yang beragam.
Sifat stereotip juga berpengaruh dalam pemberitaan yang cenderung menempatkan perempuan sebagai subjek berita dengan peran sekunder, sedangkan laki-laki dominan di posisi narasumber yang dianggap kredibel. Pola ini turut memengaruhi persepsi publik mengenai kapasitas dan peran perempuan di masyarakat.
Peran Media Massa dalam Membangun Persepsi Publik
Media massa memainkan peranan strategis dalam pembentukan opini dan persepsi publik tentang gender. Media tidak hanya menyajikan berita atau hiburan, tetapi juga membentuk narasi dan simbol yang dipakai masyarakat dalam memahami realitas sosial. Di Indonesia, berdasarkan penelitian Tempo Institute, pemberitaan media massa masih menunjukkan bias gender yang sistematis. Narasumber perempuan kerap tidak proporsional dibandingkan laki-laki, dan pemberitaan cenderung mengokohkan nilai-nilai patriarki.
Bias media ini menjadi salah satu penyebab utama terpeliharanya stereotip gender di masyarakat. Media menyiarkan pesan yang menggambarkan perempuan dalam posisi pasif dan domestik, sementara laki-laki aktif di ranah publik dan kekuasaan. Narasi ini menjadi pedoman sosial yang terserap oleh khalayak, menutup ruang bagi peran perempuan yang lebih luas dan setara.
Selain media konvensional, media sosial kini memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi generasi muda. Media sosial memberikan ruang interaksi yang luas dan interaktif, memungkinkan munculnya wacana baru terkait kesetaraan gender. Namun, media sosial juga berpotensi menguatkan stereotip dan memunculkan diskriminasi, terutama melalui algoritme yang mempromosikan konten viral yang sering bersifat provokatif dan bias.