Mohon tunggu...
Natasya Dewi Yolanda
Natasya Dewi Yolanda Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Kontroversi Film The Passion of the Christ (2004)

13 November 2022   00:09 Diperbarui: 13 November 2022   00:44 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Youtube World of Trailer

Film menjadi salah satu media dalam komunikasi massa pada ilmu komunikasi. Film dapat menyampaikan pesan kepada penontonnya. Film merupakan hasil dari pemikiran beberapa orang yang dirangkai hingga menjadi suatu produk budaya (Dwita & Sommaliagustina, 2018: 2). 

Bagi orang-orang Kristiani pasti sudah tidak asing lagi dengan Film The Passion of the Christ (2004). Film The Passion of the Christ menjadi salah satu film tentang Yesus yang kontroversial karena memunculkan berbagai tanggapan dari para kritikus film. 

Sebelum mengulas lebih lanjut mengapa film ini kontroversial, kita akan membahas dulu terkait dengan filmnya.

Sinopsi Film The Passion of the Christ 

Film The Passion of the Christ disutradarai oleh Mel Gibson yang berdurasi 2 jam 7 menit. Film ini mengisahkan tentang 12 jam penderitaan yang diterima Yesus sebelum kematiannya di kayu salib. Kisah penderitaan Yesus selama 12 jam tersebut dikemas secara singkat menjadi film yang berdurasi 2 jam.

Penderitaan ini dimulai dari kisah Taman Getsemani pada saat Yesus sedang berdoa untuk memohon kekuatan atas apa yang akan Ia jalani. 

sumber: terangiman.com
sumber: terangiman.com

Kemudian Yesus diadili dan dihakimi oleh Pontius Pilatus, Raja Herodes, serta masyarakat. Mereka menghukum Yesus untuk disiksa dan disalibkan di Golgotha.

Sebelum disalibkan di kayu salib, Yesus dicambuki dan dilemahkan kemudian harus memikul kayu salibnya sendiri dalam jalanan Yerusalem sampai ke Golgotha. 

Mengapa The Passion of the Christ menjadi Film Kontroversial?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun