Judul: Si Dul Anak Jakarta
Penulis: Aman Datuk Madjoindo
Penerbit: Balai Pustaka
Cetakan: ke 23 tahun 2001
Tebal Buku: 86 halaman
ISBN: 979-407-239-7
Abdul Hamid atau yang biasa dipanggil si Dul, merupakan anak Betawi yang hidup di kampung Jakarta. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya dalam keluarga kecil yang sederhana dan harmonis. Ayahnya merupakan seorang supir bus dan terkenal akan kebaikannya. Di kampung yang sama, tinggal pula kakek dan nenek Dul. Kakek Dul, biasa dipanggil Uak Salim, merupakan guru mengaji anak-anak di kampung itu. Biasanya, sore hari setelah bermain, Dul dan teman-temannya pergi ke rumah Uak Salim untuk membaca surat kajian bersama-sama. Setelah mengaji, barulah mereka bagi tugas untuk membersihkan pekarangan rumah dan mencari pakan kambing milik Uak Salim.
Begitulah hari-harinya dihabiskan dengan bermain, mengaji dan tak jarang pula berkelahi dengan temannya. Walaupun badannya kecil, Dul memang kampiun berkelahi seperti ayahnya dulu. Tak pernah ia menangis karena kalah berkelahi. Ia dapat mengalahkan temannya, Sapii, walaupun badannya jauh lebih besar dan tinggi. Rutinitas keseharian Dul pun terus berulang, hingga suatu hari musibah datang menimpa keluarganya. Ayah Dul meninggal karena bus yang dikendarainya menabrak pohon di tepi jalan. Sejak saat itu, kehidupan Dul pun berubah.
Kepergian Ayah Dul membuat mpok Amne sangat terpukul. Sebulan lamanya mpok Amne jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur. Semua barang dan perhiasan telah habis dijual untuk berbelanja dan membeli obat. Keinginan Dul untuk bersekolah pun terpaksa diurungkan karena adanya keterbatasan dana. Sebelum ayahnya meninggal, Dul meminta kepadanya untuk bersekolah seperti temannya, Karto. Ia ingin memakai seragam lengkap dengan dasi seperti anak sekolahan lainnya. Walaupun awalnya ayahnya ragu karena memang jarang sekali anak di kampung itu bersekolah, namun akhirnya ia diizinkan untuk bersekolah setelah lebaran. Sayangnya nasib berkata lain. Ayah Dul meninggal saat lebaran pun belum tiba.