Mohon tunggu...
Natalia FitriaRevini
Natalia FitriaRevini Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswi universitas Jambi program studi akuntansi

Penulis : Cristyn Yohana, Melda Junita, Nadya Tifany Ananda, Natalia Fitria Revini Pranata, Sari Puspita Dewi (mahasiswi universitas Jambi program studi akuntansi)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Diduga Kaya, Ternyata Hanya Gaya

18 November 2019   17:26 Diperbarui: 18 November 2019   17:27 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Di era modernisasi saat ini, gaya hidup maupun pola konsumsi menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Tentu dengan majunya zaman dan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), maka dapat mempermudah manusia untuk melakukan segala aktivitas, termasuk perihal berbelanja, dengan timbulnya Market Place dapat mendorong terjadinya sifat hidup boros.

Gejala yang timbul saat ini adalah "Hedonisme", yaitu gaya hidup yang mewah. Dengan adanya gejala ini secara otomatis akan mempengaruhi manusia untuk menuntut keadaan agar terlihat kaya, dengan cara membeli berbagai macam barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan sama sekali.

Lantas bagaimana dengan individu yang memiliki modal terbatas namun tetap ingin terlihat kaya? Nah, hal ini yang akan menjadi pemicu terjadinya perilaku menyimpang seperti berbohong, mencuri, dsb. Inilah dampak apabila manusia tidak dapat menerapkan skala prioritas kebutuhan.

Tulisan ini berangkat dari fenomena hedonisme yang telah menjamur di kalangan masyarakat khusunya generasi muda/milenial, tentu hal ini bertentangan dengan kaidah-kaidah islam. Individu harusnya mampu mengetahui bahwa islam memberi batasan-batasan dalam bergaya dan berkonsumsi. Banyaknya dampak negatif dari gaya hidup mewah dan boros ini, tentu akan merusak moral dan etika setiap individu yang terpengaruh.

Sebelum membahas tentang bagaimana lebih rinci mengenai fenomena hedonisme dan sifat boros ini dalam kehidupan,berikut akan di jelas mengenai pengertian hedonisme dan sifat boros secara lebih luas.

Pengertian Hedonisme

Secara etimologi Hedonisme diambil dari bahasa yunani yaitu "Hedone" yang artinya kesenangan. Secara sederhana pengertian Hedonisme mengacu pada paham kesenangan terhadap kenikmatan. Sedangkan pengertian Hedonisme menurut para ahli adalah "sesuatu yang dianggap baik sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Dengan kata lain sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan, dan tidak menyenangkan adalah sesuatu yang dinilai tidak baik"(Burhanuddin 1997:81).

Ada dua faktor penyebab Hedonisme, pertama, faktor internal yaitu berasal dari dalam diri sendiri. Sudah menjadi sifat dasar manusia itu ingin mempunyai kesenangan sebanyak banyaknya dengan bekerja seringan mungkin dan tidak puas dengan hal yang sudah dimiliki.

Kedua, faktor eksternal
Yaitu arus informasi dari luar yang sangat besar atau juga globalisasi. Kebiasaan kebiasaan orang dari luar negeri yang dianggap dapat membuat senang lalu diadaptasi oleh masyarakat Indonesia.

Ciri-ciri Hedonisme di Masyarakat:
1.Berfikir bahwa tujuan utama hidup seseorang adalah kenikmatan dan kesenangan pribadi
2.Tidak peduli dengan kepentingan dan kebahagiaan orang lain sehingga menjadi pribadi yang egois
3.Tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki
4.Bersifat konsumtif
5.Mereka yang menganut Hedonisme cenderung diskriminatif dan sombong

Dampak dari hedonisme, dapat memicu timbulnya sikap Individualisme, Konsumtif, Egois, Kurang bertanggung jawab, Boros, bahkan Korupsi.
*Sifat Boros*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun