Mohon tunggu...
Nasywa Zaaidah
Nasywa Zaaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jakarta

Mahasiswi Ilmu Komunikasi yang suka eksplorasi dunia media dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Vigilantism: Istilah Baru di Dunia Digital. Bahaya atau Tidak?

8 Desember 2023   22:52 Diperbarui: 8 Desember 2023   23:53 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: industrywired.com

Nasywa Zaaidah (2210411164)

Cinta Arthamevia N. (2210411168)

Cheryl Arlintang (2210411178)

Viane Angel (2210411181)

Angelika Novelina N. (2210411193)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

"7 jam 42 menit" masyarakat Indonesia menghabiskan waktunya untuk menggunakan internet setiap harinya. Sadar atau tidak sebenarnya kita sudah memasuki era digital dengan kita menggunakan internet dan media sosial setiap harinya. Sosial media kini menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian kita. Sosial media memberikan kita akses ke berbagai penjuru dunia dan memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun, bahkan dimanapun.

Saat ini perkembangan teknologi sudah semakin maju dan bisa dibilang memasuki era digital. Kondisi ini dapat terjadi karena pada dasarnya kita membutuhkan agar semua hal bisa dilakukan secara efisien dan praktis. Dalam era digital, kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi tanpa bertemu langsung melalui jaringan internet dan juga sosial media, hal ini disebut dengan komunikasi dunia digital.

Internet bukan hanya digunakan untuk mencari informasi, tetapi juga bisa digunakan dalam mempersuasi orang. Namun, internet memiliki dampak yang membuat orang menjadi adiksi internet dengan penggunaan yang berlebihan. Perilaku komunikasi pada dunia digital memiliki dampak yang perlu diperhatikan, sebab tidak jarang kasus yang menyangkut perilaku masyarakat yang merugikan orang lain dalam dunia digital, salah satunya adalah Vigilantism.

Vigilantism dalam komunikasi dunia digital memberikan tantangan tersendiri yang perlu dihadapi oleh orang-orang yang menggunakan media sosial. Sebab, dengan kita menjaga perilaku dalam berinternet, kita akan terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Maka, penting untuk menyesuaikan perkembangan zaman oleh teknologi internet. Dunia digital memiliki banyak sekali hal yang menarik untuk kita ulas dalam penjelasan artikel ini.

Teori Komunikasi Digital

Teori komunikasi digital dikembangkan oleh Manuel Castells dan Marshall McLuhan serta berbagai pakar lainnya. Di mana dalam teori ini mereka membahas bagaimana teknologi digital mempengaruhi pola komunikasi, struktur sosial, dan budaya dalam masyarakat modern. Castells fokus pada konsep "komunikasi jaringan" dan dampaknya terhadap pembentukan identitas, sementara McLuhan dikenal dengan frase "the medium is the message," yang menekankan peran media komunikasi dalam membentuk persepsi dan pengalaman.

Teori komunikasi digital juga membahas beberapa prinsip yang digunakan untuk memahami interaksi, transmisi, dan dampak komunikasi dalam lingkungan digital. Ini mencakup studi tentang bagaimana teknologi digital, seperti internet, media sosial, dan perangkat mobile, mempengaruhi cara kita berkomunikasi, membangun hubungan, dan membentuk budaya secara keseluruhan.

Teori ini melibatkan aspek-aspek seperti konvergensi media, interaktivitas, dan transformasi informasi dalam era digital:

  • Komunikasi Jaringan: Meneliti bagaimana cara jaringan digital dapat mempengaruhi pola interaksi sosial dan komunikasi antar individu.
  • Dampak Teknologi: Memahami bagaimana teknologi digital seperti internet dan media sosial dapat mempengaruhi cara informasi disampaikan, diterima, serta diproses.
  • Identitas Digital: Memahami bagaimana individu membentuk identitas mereka secara online dan bagaimana hal ini dapat berdampak pada dunia digital.
  • Media Konvergensi: Memahami bagaimana berbagai bentuk media seperti teks, audio, video, dapat dikonvergensi dalam lingkungan digital.
  • Pengaruh Budaya: Meneliti perubahan budaya yang disebabkan oleh teknologi digital, termasuk trend, norma, dan nilai-nilai yang berkembang di media sosial.

Vigilantism

Salah satu gerakan yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini adalah main hakim sendiri secara digital. Hal ini erat kaitannya dengan tingginya kasus kekerasan seksual, dan didukung penuh oleh gerakan tumpahan yang meningkatkan kewaspadaan digital. Digital vigilantism adalah tindakan main hakim sendiri yang didukung oleh teknologi dan internet. Tindakan ini seringkali dipicu oleh kemarahan terkait kasus-kasus tertentu dan dapat melibatkan publikasi nama dan alamat tersangka, penyebaran foto, dan bukti-bukti di ruang digital. 

Di Indonesia, tindakan ini mudah ditemukan di linimasa Twitter dengan kata kunci paling populer yaitu spill the tea. Meskipun seringkali dilakukan untuk mencari keadilan terhadap korban yang terpinggirkan, tindakan ini tidak sepenuhnya dibenarkan karena rentan terhadap keberpihakan dan penghakiman yang salah sasaran, serta dapat melibatkan pelanggaran terhadap hukum seperti UU ITE. Vigilantisme digital juga erat kaitannya dengan kasus kekerasan seksual karena dominasi dukungan yang menciptakan adanya validasi terhadap korban kekerasan sehingga penerimaan yang dirasakan menjadi lebih besar.

 

Namun, cara ini tidak sepenuhnya aman dari masalah karena dapat memicu keberpihakan dan penghakiman yang salah sasaran. Oleh karena itu, penting untuk mengingat nasehat untuk tidak main hakim sendiri dan membiarkan penegak hukum melakukan tugasnya.

Kasus Vigilantism

Digital vigilantisme juga marak terjadi di salah satu platform media sosial yang populer digunakan, yaitu Twitter atau saat ini kerap disebut X. Kasus Vigilantisme seringkali terjadi bermula ketika seorang individu mengungkapkan pendapat negatif hingga mengarah kepada ujaran kebencian terhadap seorang artis Kpop di platform Twitter. Pendapat tersebut dinilai berupa kritik yang berlebihan atau komentar yang dianggap menghina atau merendahkan artis tersebut.

Sebagai respon, penggemar Kpop seringkali membentuk komunitas yang kuat dan membela idola mereka dari kritik atau komentar negatif yang muncul dan kadang kali terlibat dalam respons yang bersifat agresif. Tanpa proses hukum yang sah, mereka memutuskan untuk mencari informasi pribadi tentang individu tersebut dengan tujuan untuk memberikan pelajaran. 

Beberapa penggemar mengumpulkan informasi pribadi seperti nama asli, alamat, nomor telepon, dan informasi lainnya mengenai individu tersebut. Mereka kemudian mempublikasikannya secara daring di media sosial, seringkali dengan pesan yang mengkritik kembali individu tersebut untuk menimbulkan sifat jera dan sebagai bentuk sikap untuk melindungi idola mereka. Sehingga dalam kasus ini, Doxing menjadi salah satu tindakan yang sering terjadi dalam upaya untuk menghukum individu yang dianggap merugikan idola dalam suatu fandom Kpop.

Namun, konsekuensi dari tindakan doxing apabila dilakukan secara berlebihan ini bisa sangat serius. Individu yang menjadi target doxing dapat mengalami ancaman keamanan, penyerangan verbal, atau masalah privasi yang serius. Kepatuhan pada hukum dan penggunaan media sosial yang bertanggung jawab sangat penting dalam menghadapi situasi kontroversial di ranah daring dan penting juga untuk mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh.

Penyelesaian yang lebih baik dalam kasus seperti ini adalah melaporkan perilaku negatif atau ujaran kebencian kepada pihak berwenang atau menggunakan fitur pelaporan yang disediakan oleh platform media sosial. Hal yang cukup bijaksana ini pun sudah seringkali juga diterapkan oleh mayoritas penggemar Kpop, dengan beramai-ramai melaporkan akun Twitter yang dianggap menyebarkan kritik negatif berlebihan dan ujaran kebencian dengan memanfaatkan fitur "Report and Block" dalam Twitter. 

Selain itu, beberapa agensi Kpop juga telah mengeluarkan statement untuk secara tegas menangani manajemen dan melindungi artis mereka dari kritik-kritik negatif yang tidak mendasar. Beberapa agensi Kpop juga memiliki kebijakan atau prosedur internal untuk menanggapi konten negatif atau ujaran kebencian terhadap artis mereka. Dengan melaporkan konten negatif kepada agensi dapat memberikan informasi tambahan dan membantu mereka dalam manajemen reputasi.

Selain itu, Vigilantisme juga dapat ditemukan dalam Twitter yang seringkali memicu respon agresif dari netizen. Sesi pengakuan dosa dalam akun menfess @tubirfess, di mana pengguna Twitter dapat mengakui dosa pribadi mereka dan kadang-kadang bisa mengundang reaksi yang kuat dari netizen lainnya.

Ketika seseorang mengungkapkan dosa atau pengakuan yang kontroversial di media sosial, terutama dalam format anonim seperti menfess di Twitter, respon dari netizen akan sangat bervariasi. Ada kemungkinan bahwa netizen dapat mendukung pengirim dari menfess tersebut namun ada juga yang merasa tidak suka atau marah terhadap pengakuan tersebut dengan memberikan komentar yang keras bahkan menyebarkan informasi dari pengirim tersebut apabila dirasa pengakuan yang diujarkan sudah melebihi batas seperti salah satunya kasus pengakuan pengalaman pelaku pelecehan seksual. Netizen dapat mencari informasi lebih lanjut atau mencoba mencari tahu identitas pelaku untuk mengeksposnya atau menghukumnya secara daring. Namun, penting untuk dicatat bahwa penghakiman secara daring atau upaya untuk menghukum individu tanpa proses hukum yang sah dapat memiliki dampak yang serius.

Komunikasi dunia digital membawa dampak signifikan pada cara kita berkomunikasi dan berinteraksi tanpa harus bertemu langsung, memberikan kemudahan serta praktis, namun juga menimbulkan tantangan baru, terutama terkait dengan perilaku dan dampak sosial. Berikut kelebihan dan kekurangan dari komunikasi dunia digital:

Kelebihan:

  • Komunikasi tanpa batas waktu, ruang, dan tempat

  • Kemudahan dalam akses informasi

Kekurangan:

  • Adiksi terhadap internet baik untuk media sosial dan lainnya

  • Cyberbullying, vigilantisme dan kejahatan dunia digital lainnya

  • Tidak amannya data pribadi

Adanya fenomena vigilantism sebagai dampak negatif dalam dunia digital menunjukkan perlunya kesadaran akan etika serta perilaku dalam berinternet. Melalui teori komunikasi digital yang dikembangkan oleh Manuel Castells dan Marshall McLuhan dapat dipahami penggunaan teknologi digital secara bijak, membangun identitas secara positif, dan menghadapi perubahan budaya yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi. Oleh karena itu, penting untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan teknologi internet, namun tetap menjaga etika dan perilaku positif dalam berkomunikasi pada dunia digital yang begitu dinamis. 

DAFTAR PUSTAKA :

Jokhanan Kristiyono, S. T. (2022). Konvergensi Media: Transformasi Media Komunikasi di era digital pada Masyarakat Berjejaring. Prenada Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun