Mohon tunggu...
Nasywa Hanni Tsuraya
Nasywa Hanni Tsuraya Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

semoga dimudahkan aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Edisi Pulang Kampung: Cara Baru Cerita Seru!! Yakin Gak Pulang??

6 April 2025   05:36 Diperbarui: 6 April 2025   05:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto diambil dari album penulis yang sedang mudik saat Ramadhan

Pulang ke kampung halaman adalah perihal wajib yang biasa dilakukan oleh para perantau terutama dari kota besar seperti Yogyakarta. Hidup selama hampir tujuh tahun di Jogja, kota hangat dan menyimpan begitu banyak kenangan. Bagiku, Jogja tak hanya menjadi tempatku menimba ilmu, melainkan sebagai ruang refleksi diri dan tempat belajar tentang kehidupan dari beragam sudut pandang.

Perantau Tua

Tujuh tahun merantau membuatku lebih lama tinggal di tanah orang daripada di rumah sendiri. Jangan heran jika tetangga, terutama simbah-simbah bertanya "Loh, kapan balik?"padahal posisi saat itu masa liburan sudah hampir selesai dan mulai mempersiapkan diri untuk kembali ke rantauan. Namun anehnya lagi, giliran baru aja sampai ke kampung halaman, aku ditakdirkan bertemu simbah tetangga yang bertanya "ealah, balik maning ming Jogja tanggal pira?" (pulang ke Jogja lagi tanggal berapa?). Rasanya seperti tidak pernah benar-benar aku adalah tamu musiman yang datang dan pergi tanpa undangan dan hantaran. Mungkin ini merupakan satu dari beratus bahkan beribu pertanyaan yang menjadi pertanyaan setiap aku pulang. Tapi tak apa, aku hanya kagum saja, mendengar konsistensi dari pertanyaan tiap aku pulang. Apakah ada dari kalian yang bisa membantuku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Atau mungkin kita sama nasibnya? Hahaha.

Sedikit berbeda dari biasanya

Pengalaman pulang kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Karena, tiket kereta yang sudah dipesankan oleh orang tuaku ternyata berada pada stasiun tujuan Gumilir. Aku awalnya kaget, dan hampir tak percaya bahwa ada stasiun yang berada di Cilacap selain pada Stasiun Kroya. Memang rumahku berada di pertengahan Cilacap dan Purwokerto, yang mungkin masing-masing diantara keduanya selisih satu jam kurang dari rumah. Setelah aku dikirimkan foto bukti pembayaran tiket kereta aku baru percaya bahwa terdapat stasiun yang lebih dekat dari stasiun Kroya, dan Purwokerto yaitu stasiun Gumilir.

Stasiun Gumilir memang bukan stasiun besar seperti halnya stasiun Kroya dan Purwokerto, namun letaknya lebih dekat dibandingkan dua stasiun ini dari rumahku. Untuk keberangkatan dari Yogyakarta ke stasiun ini hanya terdapat 3 jenis kereta, yaitu: Kereta Joglosemarkerto, Sancaka Utara, dan Wijayakusuma. Aku sendiri duduk di kereta Joglosemarkerto yang berangkat jam 10.20 dari Stasiun Yogyakarta atau sering disebut Stasiun Tugu dan sampai di Stasiun Gumilir jam 13.10. Setelah turun dari gerbong kereta, dan keluar melewati pintu keluar, ternyata aku keluar bersama anak-anak sekolah yang mungkin lebih muda 2 atau tiga atahun dariku, dan beberapa mahasiswa sepertiku dengan memakai tas ransel besar. Menurutku, meski tak terlalu besar, stasiun ini cukup nyaman untuk menjadi tempat penjemputan. Dilihat dari lokasi strategis yang berada tak jauh dari jalan raya, disambut dengan banyaknya tukang becak yang siap mengantarkan penumpang yang baru kelelahan setelah menaiki kereta menuju alamat tujuan, atau mungkin pada terminal bus yang hanya berjarak beberapa rumah dari stasiun.

Beneran nih aku disambut?

Tak lama setelah aku turun dari kereta Joglosemarkerto itu, aku melihat sosok-sosok faimiliar yang aku rindukan selama ini, iya betul.Keluargaku, menunggu dengan wajah hangat entah karena merindukanku juga atau karena cuaca panas dan terlalu lama menunggu keluar diantara rombongan-rombongan bocah itu hahaha

 Tapi, seperti biasa, pulang tidak hanya membawa rindu, tapi juga membawa kenyataan untuk kembali menghadap pada tugas-tugas kuliah yang menumpuk ini, salah satunya yaitu hasil karya yang sedang kalian baca, iya benar. Artikel ini merupakan saksi mahasiswa teladan berjuang menuntaskan tugas negaranya ditengah kesibukannya mudik.

Jadi, apa makna "pulang" sesungguhnya?

Kepulangan kali ini menyadarkanku bahwa "Pulang" bukan hanya soal titik lokasi, tapi tentang rasa. Tentang bagaimana setiap perjalanan selalu menyimpan cerita baru bahkan dari stasiun kecil yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Mungkin, jika aku memilih tiket kereta sendiri, aku hanya memiliki dua opsi stasiun yang tentunya terdengar familiar di telingaku. Dan tidak akan mengenal tentang stasiun nyaman itu.

Jadi, langsung pulang kembali?

Oo, tentu tidak. Aku dan keluargaku pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli baju yang akan dikenakan saat lebaran tiba, sambil menelusuri deretan toko kami tak sadar waktu sudah mendekati waktu berbuka. Seperti di Yogyakarta, jalanan mulai padat oleh orang-orang yang berburu hidangan ringan untuk berbuka puasa. Bedanya, disini para penjual lebih banyak berjajar di pinggir jalan ketimbang di area khusus yang sudah di sediakan. Mungkin karena lebih mudah dijangkau atau karena suasana pinggir jalan yang lebih menggoda selera, aku tak tau pastinya. Untuk makanan nya pun tak jauh beda, seperti sticky milk,dimsum, kue pancong. Aku membeli kue pancong, dimsum mentai, dan lainnya. Setelah sampai pulang ke rumah, sambil menunggu waktu berbuka, kami bersama sama mempersiapkan makanan untuk berbuka, dan untuk pertama kalinya bagi ku setelah berbulan-bulan berada di perantauan.

suasana sepi jarang pembeli, Foto diambil dari album penulis saat membeli takjil di daerahnya
suasana sepi jarang pembeli, Foto diambil dari album penulis saat membeli takjil di daerahnya

Dari momen ini, aku ingin berbagi sedikit wejangan yang pernah kudengar dari kyaiku dan selalu kuingat hingga kini:

Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, nikmati semua yang ada dengan rasa Syukur dengan hati lapang. Karena pada akhirnya berbuka dengan orang-orang tercinta adalah sebuah kenikmatan tiada tara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun